- 48 -

37 4 4
                                    

Jungkook POV

Aku tersenyum miring mengingat bagaimana Yebin menggeliat karena sentuhanku tadi malam.

Sudah ku katakan, kau akan kembali padaku, Kim Yebin. Cepat atau lambat, aku akan mendapatkanmu kembali.

Aku terkekeh sendirian dikantorku.

Lalu tiba-tiba seseorang masuk kedalam kantorku tanpa mengetuk. Hal yang paling ku benci.

"Hey!"

Namun kudapati wajah Yoongi yang menatapku dengan mata melebar. Ada yang tidak beres. "Ada apa hyung?" Tanyaku.

Yoongi menutup pintu kantorku, menguncinya, membuatku menaikan alisku. "Hyung, ada apa? Kau membuatku cemas." Tanyaku, berdiri dari kursiku.

Yoongi berjalan kearahku, "Seseorang meneleponku, tentang kebakaran waktu itu," Yoongi meletakan tangannya dikepala, memijatnya seakan hal yang akan ia katakan membuat kepalanya sakit, "Mengatakan ia melihat seseorang keluar dari ruangan dimana kebakaran berawal, dan itu bukan Yebin."

Seseorang? itu berarti apa yang Yebin katakan waktu itu benar. Seseorang memukul kepalanya sampai ia tidak sadarkan diri. Aku tidak berhalusinasi.

Aku menatap Yoongi dengan tajam, "Mengapa ia baru melaporkan ini sekarang?!"

Setelah investigasi diakhiri, mengapa baru melaporkan hal seperti ini? dan lebih aneh lagi, mengapa melaporkannya kepada Yoongi? bukan polisi.

Yoongi menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa ia juga tidak mengetahui alasannya. "Orang ini, kami sudah menanyainya sejak awal, dan ia mengatakan tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Tapi tiba-tiba hari ini ia menghubungiku mengatakan hal ini." Yoongi berkata.

Aku memejamkan mataku, apa-apaan ini? apakah kami dapat mempercayai orang itu? ataukah ini lagi-lagi hanya pengecoh?

Apa yang harus ku lakukan?

"Atur pertemuan dengan orang itu, hyung. Aku akan memeriksanya sendiri."

---------------------------------------------------------------

Aku menatap orang yang dihadapanku ini, lelaki muda, berpakaian rapi dengan kaca mata tebalnya.

Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Lee Yi-Seo kepada ku dan Yoongi. Lelaki itu terlihat kikuk, duduk dengan canggung, enggan menatap mataku dan Yoongi.

"Mengapa saat pertama aku menanyaimu, kau tidak mengatakan hal ini?" Yoongi bertanya, dengan tangan terlipat dan duduk dengan kaki menyilang didepannya.

Lelaki berkaca mata itu menatap Yoongi dengan cemas, seakan tidak yakin akan memberikan jawaban apa, "S-sebenarnya aku takut s-saat itu dijadikan t-tersangka." Ucapnya tergagap.

Aku memutar bola mataku, "Apa seseorang membayarmu untuk mengatakan ini semua?" Tanyaku dengan sinis. Lelaki berkaca mata itu menggeleng dengan cepat.

"A-aku berkerja sebagai sekretaris baru Nona Wendy, Nona Yebin adalah teman baik Nona Wendy, aku sedang mewakilinya diacara itu karena ia tidak dapat menghadirinya. A-aku sangat takut disalahkan atau terkena masalah dan k-kehilangan pekerjaanku. Karena itu aku-"

Yoongi meletakan gelas kopi dimeja dengan sedikit kasar membuat lelaki berkaca mata itu ketakutan dan tidak dapat menyelesaikan ucapannya. "Apa menurutmu itu cukup untuk membuat kami percaya?" Tanyanya.

Lelaki itu hanya diam, tampak gugup, lalu mengambil sesuatu dari tasnya. Aku duduk dengan tegap ketika ia menyodorkan sesuatu kearahku dan Yoongi, sebuah pisau kecil. Pisau yang terlihat sangat familiar olehku.

Tacenda - j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang