- 53 -

31 4 1
                                    

Taehyung POV

Setelah hampir satu minggu dirawat dirumah sakit, Yebin akhirnya diperbolehkan pulang kerumah.

Orangtuaku memaksanya untuk kembali kerumah mereka karena merasa Yebin tidak akan aman jika tinggal seorang diri, tentu saja Yebin bersikeras ingin kembali kerumahnya sendiri, terjadi pertengkaran kecil antara Yebin dan orangtua kami. Akhirnya aku menenangkan orangtuaku, mengatakan bahwa aku akan menemani Yebin sementara waktu ini sampai keadaan membaik dan cukup aman untuk membiarkan Yebin tinggal seorang diri.

Dan tentu saja kami belum memberitahukan tentang hubungan ini kepada mereka.

Aku memandangi Yebin yang sedang terlelap di sampingku, kedua luka di bahunya masih diterbalut oleh kasa. Aku merasa tidak dapat memaafkan diriku sendiri.

Saat mendengar suara tembakkan dari kantorku, tanpa berfikir panjang, aku berlari meninggalkan ruang rapat yang berada tidak jauh dari kantorku. Ketika melihat tubuh Yebin terkulai dilantai dengan bersimbah darah, aku tidak bisa berfikir, aku bahkan tidak melihat tubuh Jeremy yang berada tidak jauh dari pintu. Seakan jantungku berhenti berdetak, aku tidak dapat mendengar suara orang-orang disekitarku berteriak ketakutan melihat pemandangan itu di kantorku. Aku hanya bergerak kearah Yebin, mengangkat tubuhnya dan berlari ke lift, membawanya kerumah sakit terdekat. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh Jeremy, sekretarisku menelepon Hyunjin untuk membereskan semuanya.

Hal ini terjadi lagi. Melihat Yebin tidak sadarkan diri lagi. Aku sangat marah pada diriku sendiri.

Saat dirumah sakit, Yebin masih tidak sadarkan diri, sempat terjadi perkelahian antara aku dan Jungkook. Aku tidak kuasa menahan amarahku dan melampiasakannya kepada Jungkook, mengkonfrontasi Jungkook bagaimana ia tidak menyadari bahwa orang terdekatnya yang menyakiti Yebin, aku juga mengatakan bahwa sangat mungkin untuk ia dan Yoongi sebenarnya adalah bagian dari rencana jahat ini sejak awal. Jungkook naik pitam dan melemparkan tinju kewajahku.

Hyunjin dan Yoongi memisahkan kami. Aku merenung dan akhirnya memutuskan untuk mengkonfrontasi Namjoon. Aku sudah tidak tahu kepada siapa aku harus meluapkan kemarahanku, jd aku memilih untuk mengkonfrontasi orang-orang.

Tentu saja Namjoon tidak mengaku. Tapi jika ku fikirkan lagi, hanya ia yang mampu melakukan semua ini dengan kemampuan sindikat mafia yang menopang Jeon group. Tapi tetap saja, bukankah mencoba mencelakai Yebin terlalu berlebihan? Memangnya apa yang pernah dilakukan Yebin kepadanya? Bukankah sejak awal ia mengganggu Yebin hanya untuk memancingku? Tapi sekarang, semuanya sudah sangat keterlaluan.

Aku tersadar dari lamunanku ketika Yebin membuka matanya sebelah, mengerenyit lalu tersenyum melirikku. Yebin tidak dapat tidur dengan posisi miring, ia hanya dapat tidur terlentang yang membuatnya setiap hari mengeluh. Tapi untunglah luka tusuk di bahu dan paha kanannya tidak terlalu dalam, dokter mengatakan dalam waktu dua minggu kemungkinan Yebin sudah dapat tidur dengan posisi miring kekanan, dan dapat menggerakan tangan dan kaki kanannya dengan bebas. Sedangkan untuk luka tusuk di bahu dan pinggang kirinya terhitung cukup dalam, mungkin membutuhkan waktu cukup lama untuk benar-benar sembuh.

"Jam berapa ini?" Yebin bertanya dengan suara bangun tidurnya dan mata yang masih tertutup sebelah. How cute.

Aku mengelus rambut Yebin, "Entahlah, 11 siang ku rasa?" Aku berkata, tidak terlalu peduli dengan jawabanku.

Yebin terkekeh lalu sedikit menoleh kebelakangku untuk melihat jam dinding, "Jam 9, ada jam dibelakangmu, kau tahu?"

Aku mengangguk dan terkekeh bersamanya, lalu membantunya duduk dari posisinya. "Oppa," Yebin memanggilku sambil sedikit meringis sebelum menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. "Apa kau bermimpi buruk atau berhalusinasi atau apapun itu ketika pertama kali membunuh seseorang dengan tanganmu?"

Tacenda - j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang