18

6.2K 526 55
                                    


"Aku ke Beomgyu dulu Mas" ucap Taeyong berdiri lalu berjalan menyusul Beomgyu ke kamarnya.

"Tu anak jiwa pemberontakannya persis kaya Lo" Mark ke Jeno.

"Apaan, jelas beda" Jeno.

"Beomgyu kenapa sih?" Ucap Sungchan.

Jaehyun hanya memijit dahinya. Entah apa yang ia fikirkan sampai kepalanya sakit.

"Tunggu, Kak Mark tau siapa Bosnya Beomgyu?" Tanya Sungchan.

"Iya, Yeonjun. Beomgyu kerja di tempatnya Yeonjun" ucap Mark.

"Ini salah kakak juga, harusnya Kakak nanya Beomgyu ke Yeonjun" ucap Mark.

"Ngapa jadi salah Lo? Bang Yeonjun juga harusnya bilang ke Lo kan kalau Beomgyu masih kerja sampai semalam itu" Jeno.

"Yeonjun emang belum tau kalau Beomgyu adek kita" Mark.

"Ck, nyusahin banget emang" Jeno.

"Udah Stop. Mark, kita kembali ke perusahaan" ajak Jaehyun karena semakin lama di rumah semakin sakit kepalanya.

.

.

Taeyong mengetuk pintu kamar Beomgyu sebelum membukanya.

"Sayang, bubu masuk ya" Taeyong melangkah masuk.

"Gyu ada masalah? Cerita sama bubu" tanya Taeyong dengan lembut.

Beomgyu tadi ingin sekali mengeluarkan apa yang ia pendam namun melihat tatapan Bubunya membuat Beomgyu tidak tega.

Beomgyu tidak bisa membuat Bubunya itu sedih jika mungkin ada kata-kata yang seharusnya tidak Beomgyu ucapkan karena sedang marah.

"Bu" panggil Beomgyu.

"Iya"

"Bisa peluk Beomgyu gak? Gyu capek pengin tidur" ucap Beomgyu membuat Taeyong tersenyum.

"Tentu saja, kamu mau peluk seharian juga Bubu gak masalah" ucap Taeyong dengan nada suara lebih ringan.

"Aigoo bungsunya Bubu" ucap Taeyong saat Beomgyu sudah mendekatkan tubuhnya ke Bubunya dan masuk ke dalam dekapan sang bubu.

Taeyong memeluk erat sang putra sambil sesekali menciumi puncak kepala Beomgyu.

Beomgyu menikmati pelukan hangat sang bubu dan berusaha menghilangkan perasaan apapun di dalam hati dan pikirannya.

.

.

"Gyu, sayang. Kamu dimana?" Taeyong sedang menghubungi Beomgyu karena saat Dia bangun ternyata Beomgyu tidak ada di sampingnya.

"Gyu lagi keluar sebentar ya Bu, gak akan pulang malem kok" ucap Beomgyu membuat Taeyong menarik nafasnya.

"Ya udah, tapi kamu jangan pergi jauh-jauh dan jangan matiin ponsel kamu" ucap Taeyong karena mungkin Beomgyu memeng membutuhkan waktu sendiri, setidaknya Taeyong bisa menghubungi sang putra.

"Iya Bubu"

Setelah memutus panggilan, Taeyong menatap sekeliling kamar yang Beomgyu tempati beberapa Minggu ini.

Kamar yang masih sama seperti saat pertama kali Beomgyu menempatinya. Tidak ada yang berubah. Dia tidak menambahkan barang apapun di kamar ini.

Hanya baju di dalam lemari dan juga buku yang tertata di meja. Beomgyu sejak dulu tidak pernah meminta barang apapun pada Taeyong.

Beomgyu hanya tidak ingin Taeyong repot jika mereka harus pindah kota lagi.

Putranya itu tidak pernah mau menyusahkan Taeyong dengan keinginan-keinginan nya seperti anak-anak lain sepantarannya.

Pintu kamar di ketuk lalu seseorang membukanya membuat Taeyong mengusap air matanya yang mengalir di pipi.

"Jae" ucap Taeyong.

"Bibi bilang kalo Dia lihat Beomgyu keluar" ucap Jaehyun berjalan masuk menghampiri Taeyong.

"Iya, Dia ingin keluar sebentar" ucap Taeyong.

"Mau jemput?" Tanya Jaehyun dan Taeyong menggelng.

"Kayaknya Dia mau sendiri dulu" ucap Taeyong.

"Jae, emang bener ini salah aku. Aku tau tempat kerja Beomgyu harusnya kemarin malam aku mencarinya karena Dia belum pulang. Kalau saja aku mencarinya hubungan Jeno dan Beomgyu pasti tidak akan semakin panas kan?" Ucap Taeyong.

"Enggak, ini bukan salah kamu. Kamu juga capek kan lagian Beomgyu juga udah gak masalah" Jaehyun.

"Tapi Beomgyu gak pernah seperti ini Jae, selama Dia menjadi putraku Dia tidak pernah berkata seperti itu" ucap Taeyong lagi membuat Jaehyun membawa Taeyong kedalam pelukannya.

"Mungkin Beomgyu hanya lelah karena tugas kuliahnya atau ada masalah di kampus, nanti aku minta Sungchan buat mantau Beomgyu di kampus" ucap Jaehyun masih memeluk Taeyong.

Yah semoga ini bukan hanya akting Jung Jaehyun di depan Taeyong. Akting kepeduliannya pada Beomgyu.

.

.

"Lo itu jangan memperkeruh bisa gak?" Mark masuk ke kamar Jeno.

"Apa sih Kak, emang Jeno salah apa?" Jeno .

"Yang tadi siang, Lo Salah!" Mark.

"Ck, ngapain sih Kakak jadi belain Dia. Padahal Kakak tau sendiri kalo Dia yang bikin Mommy ninggalin kita" Jeno membahas itu lagi.

"Kenapa Beomgyu jadi alasan Mommy pergi?"

"Sungchan!" Mark.

"Ngapain Lo belum tidur?" Jeno.

"Sebenernya gimana sih? Sungchan pengin tau" tanya Sungchan yang juga ingin tau masalah di keluarganya ini.

"Lo pengin tau kan? Sini" Jeno meminta Sungchan untuk mendekat.

"Jen, baru kakak bilang kan jangan memperkeruh" Mark.

"Adek Lo pengin tau masalahnya itu apa" Jeno ke Mark.

Mark udah cape sama Jeno pun membiarkannya, percuma saja berbicara dengan adik keras kepalanya itu.

"Mommy ninggalin kita karena Daddy minta buat Mommy milih antara kehamilannya atau kita"

"Dan Mommy milih buat mertahanin kehamilannya lalu pergi ninggalin kita. Jadi sejak saat itu kita gak pernah punya Mommy"

"Kenapa Daddy minta Mommy milih? Beomgyu anak Daddy juga kan?" Tanya Sungchan yang masih tidak paham.

"Ya iya" Jeno.

"Kenapa Daddy gak mau Beomgyu lahir?" Tanya Sungchan lagi.

"Jawab tuh pertanyaan adek Lo" Ucap Mark saat melihat Jeno tidak menjawab pertanyaan Sungchan.

"Ternyata Sungchan lebih punya otak dari pada Lo" ucap Mark.

"Cih, Lo juga gak suka sama Beomgyu kan? Gak pernah tuh Gua liat interaksi antara Lo sama tu anak dan tadi tu anak bilang apa? Lo kenal Bos dimana Dia kerja? Tapi Lo gak berusaha ngubungin buat nanyain Beomgyu karena Lo emang gak perduli sama Dia atau karena Lo gak mau orang-orang tau kalo Dia Adek Lo" ucap Jeno membuat Mark menatapnya tajam.

"Gak usah sok munafik kak, kita sama kalo kita gak suka sama Beomgyu dan gak bisa nerima Dia, cuman yah Gua itu nunjukin, kalo Lo cuman diam" lanjut Jeno membuat Mark berjalan keluar dari kamar Jeno.




✅ Why? -Jungfam-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang