Part 4

1.3K 181 57
                                    

Pagi ini setelah memastikan Winter baik baik saja dan menitipkannya pada Suzy dan Bibi Han Jisoo bergegas ke rumah sakit sebelum pergi ke kantornya. Disana Jisoo bertemu dokter yang tersenyum melihatnya datang.

“Anda sepertinya tidak sabar menunggu istri anda untuk bangun Nona Kim, anda bisa tenang, karena keadaannya semakin membaik.”

“Tentu saya ingin melihatnya segera pulih dokter, dia istri saya. Terimakasih telah merawatnya dengan baik.”

“Itu sudah menjadi tugas saya Nona Kim.” Jawab dokter itu, dan Jisoopun mengingat perkataan Jin kemarin.

“Oh ya dokter, bagaimana dengan kondisi janinnya?”

“Janin? Maksud anda?”

“Bukankah istri saya sedang hamil?”

“Menurut data yang kami terima, tidak ada tanda tanda bahwa istri anda sedang hamil Nona.”

Jisoo terlihat bingung. “Apa mungkin dia mengalami keguguran saat kecelakaan kemarin?”

“Jika terjadi keguguran kami pasti menerima hasil pemeriksaannya Nona Kim tapi tidak ada laporan untuk hal itu, kesehatan rahim Nona Park dalam keadaan normal dan baik baik saja.”

Walaupun masih dalam tanda tanya besar Jisoo tidak mau memperpanjang masalah. “Baiklah dokter kalau begitu saya permisi.”

Dokter mengangguk dan Jisoopun melenggang masuk ke kamar rawat istrinya. Dia membuka blazernya dan menaruhnya di sofa. Dia melihat kearah ranjang pasien, wajah istrinya yang biasa terlihat datar kali ini seperti sedang tidak nyaman, jarinya bergerak sedikit. Jisoo berjalan mendekat.

Jisoo mendengar erangan dari mulut istrinya sebenarnya lebih pada merintih, Jisoo memegang tangan Rosie. “Hey.. tenanglah.. kamu akan baik baik saja.”

Perlahan Rosie membuka matanya, wajah Jisoo secara samar semakin terlihat tapi dadanya ini terasa sesak sekali.. nyeri setiap kali dia menarik nafas. Boro boro bisa berbicara, membuka mulut saja sulit dan kepalanya sangat pusing. Rosie berbaring setengah duduk karena jika berbaring terlalu lama akan berbahaya bagi paru parunya. Dengan tenaga yang tersisa dia mencoba menggenggam balik tangan Jisoo.

Jisoo melihat kesakitan seperti ini mulai merasa tidak tega tapi dia merasa tidak bisa berbuat apa apa, namun perasaan tak berdaya itu dengan cepat berubah menjadi panik ketika darah mengucur dari hidung Rosie. Dengan cepat dan hati hati Jisoo memegang wajah istrinya lalu menggunakan lengan baju kemejanya mengusap darah itu.

Tangannya yang lain meraih tissu di atas meja sebelah ranjang Rosie, dia melipatnya lalu menaruhnya di hidung Rosie yang mengeluarkan darah. Wajah mereka sangat dekat, sehingga kondisi jantung Rosie yang kini berdegup tak beraturan semakin memperkeruh suasana.

“Sakit ya?? Tunggulah sebentar..” Jisoo memencet tombol darurat beberapa kali sehingga dokter segera masuk ke ruangan dan memeriksa Rosie. Untungnya tidak ada yang serius, mimisannya pun sudah berhenti.

“Nona Park, saya tau anda kesulitan bernafas saat ini tapi anda harus berlatih bernafas secara normal jika tidak akan bahaya bagi paru paru anda. Berusahalah menarik nafas secara perlahan.” Ucap dokter itu dan Rosiepun sedikit menganggukan kepalanya dan tangannya masih menggenggam jemari Jisoo.

Tak lama seorang perawat membawakan tray makanan untuk pasien, semangkuk cream soup hangat dan jus buah. “Waktunya anda untuk makan Nona Park.” Ucap perawat itu.

Namun Rosie menggelengkan kepalanya membuat Jisoo menghela nafas. “Kau harus makan agar cepat sembuh dan tidak menyusahkan mereka lebih lama.” Sahut Jisoo.

Dokter dan perawat tersenyum melihat interaksi keduanya.

“Taruh saja makanannya disini biar aku yang akan membantunya makan.” Dengan perkataan terakhir dari Jisoo, Dokter dan perawat pergi keluar meninggalkan mereka berdua.

Love - RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang