Part 7

1K 184 75
                                    

Setelah kelelahan Winter tertidur di sebelah Rosie, Jisoo hendak menggendong putrinya untuk memindahkan agar istrinya tidak terganggu namun Rosie melarang.

“Jangan.. biarin aja dia tidur.” Ucap Rosie sambil kembali membelai kepala Winter.

“Tapi kamu ga nyaman kalau dia tidur disitu, dia tidurnya ga mau diem.”

Rosie tersenyum mendengar perkataan Jisoo. “Ga apa apa.. aku mau dia ada di deket aku.”

Pandangan mata Jisoo tak lepas dari wajah sang istri seperti mencari ekpresi janggal tetapi dia tidak menemukannya, ekspresi yang ada di depannya saat ini terlihat tulus.

Saat masih memperhatikan wajah winter, Rosie teringat perkataan Jisoo tadi. “Jisoo, darimana kau tau aku membeli boneka kelinci besar untuk winter?”

“Bukankah aku sudah bilang bahwa kau selamat karena boneka itu di dalam mobil? Kau tak mungkin membelinya untuk dirimu sendiri.” Sesaat setelah berkata begitu Jisoo memicingkan matanya. “Atau kau bukan membelinya untuk winter?”

“Ngga.. bener kok aku membelinya untuk winter.”

Jisoo memejamkan mata sesaat sambil membuang nafas. “Look Rosé.. aku tak tau apa yang kau rencanakan dalam pikiranmu itu, tapi jika kau melakukan ini semua hanya untuk menghancurkanku dan menyakiti winter lagi sebaiknya kau berhenti.”

“Apa maksudmu Jisoo?”

“Kamu bersikap baik dan perhatian seperti ini pada Winter, lalu ini sudah seminggu lebih dari kecelakaanmu, ponselmu hancur dan kau tak pernah menanyakannya sama sekali padahal dulu kau tidak bisa lepas dari ponselmu itu. Apakah kekasihmu tidak mencarimu?”

“Pelankan suaramu Kim Jisoo, dan aku tidak punya kekasih lain seperti yang kamu pikir.” Sahut Rosie. Walaupun dalam hati ia ragu, apakah benar Rosé berselingkuh dari Jisoo.

Jisoo berdecak sambil tersenyum tipis. “Jangan bercanda denganku.”

“I’m not.. harus berapa kali aku katakan padamu Jisoo, aku tulus ingin berubah.. memperbaiki kesalahanku.”

“Kamu?? Berubah?? Bukankah itu sudah jauh terlambat.. seharusnya kau mengatakan ini saat aku berlutut memohon padamu malam itu, tapi kamu tetap tak perduli.” Jisoo mengatakannya dengan mata berkaca kaca, ia segera membalikkan badan agar tak terlihat lemah di mata istrinya namun sayang Rosie melihatnya.

Rosie sejak kecil terbiasa membenahi dan bertanggung jawab atas masalah yang saudara kembarnya perbuat, namun dia tidak menyangka masalah Roseanne sekarang akan serumit ini.

“Maafkan aku Jisoo..”

“Sudahlah, kau tak perlu mengatakannya, aku hanya bertahan selama ini karena Winter masih terlalu kecil.” Sahut jisoo sambil memijat keningnya.

Seketika Rosie teringat akan abu Roseanne yang dia simpan di kopernya. “Jisoo, saat kecelakaan semua barangku di bagasi.. dimana barang barang itu sekarang?”

Rosie berpikir keras, jika kopernya hilang.. abu milik Roseannepun hilang.. namun jika koper itu telah dibawa oleh Jisoo, maka Jisoo akan tau dirinya bukanlah Roseanne karena dalam koper ada surat surat keterangan kematian milik Roseanne.

“Kopermu aman ada di rumah, masih terkunci rapat. Tidak ada yang membukanya karena aku tau kau benci orang lain menyentuh barang milikmu termasuk aku.” Ucap Jisoo sambil berjalan pergi meninggalkan kamar rumah sakit untuk mencari udara segar.

Rosie bisa merasakan sakit yang dirasakan Jisoo saat ini, walaupun begitu Jisoo tetap melakukan tugasnya sebagai istri dan terlebih lagi dia masih menghargai dan menjaga privasi Roseanne. Entah mengapa hal itu membuat hati Rosie sakit saat ini.

Love - RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang