Pagi itu Jisoo terbangun karena mendengar seseorang masuk ke dalam ruangannya, dokter dan perawat datang untuk memeriksa keadaannya. Mereka terkejut saat melihat Rosie berbaring juga di ranjang pasien bersama Jisoo, tentu saja peraturan rumah sakit tidak mengijinkan hal itu.
“Maaf Nona tapi istri anda tidak bisa berbaring di-“
“Aku tau.. tapi aku mohon biarkan dia tidur disini kali ini saja, dia kelelahan.” Ucap Jisoo dengan nada berbisik sambil perlahan dia bangun dari tidurnya.
Perawat dan dokter tidak bisa menolak permintaannya dan hanya bisa mengangguk. “Apa anda merasa lebih baik? Bagaimana dengan kepala anda?” tanya dokter itu.
Jisoo memegang kepalanya “Aku rasa sepertinya aku baik baik saja, rasa sakitnya jauh berkurang, hanya terasa nyeri ketika disentuh saja.”
“Baik, saya akan coba mengecek luka anda.”
Sebelum dokter melakukan tugasnya Jisoo berpindah tempat ke sofa agar tidak mengganggu istirahat Rosie. Dokter membuka perban dan memeriksa luka dengan teliti. “Luka anda tidak terlalu besar dan mengering dengan cepat, anda hanya perlu meminum obat dan vitamin saja dengan rutin maka anda akan baik baik saja.”
“Syukurlah.. apakah perbannya bisa tidak usah dipasang lagi? Perban itu membuatku tak nyaman, lagi pula aku tidak mau orang bertanya tanya saat melihat kepalaku diperban seperti itu.”
Dokter tersenyum. “Tentu saja Nona.. lukamu sudah kering jadi tidak masalah jika anda tidka memakai perban, hanya saja anda harus masih berhati hati saat keramas dan mintalah istri anda untuk memakaikan krim luka setelahnya.”
“Baik dokter.. terimakasih.” Sahut Jisoo, Dokter serta perawat keluar dari ruangan rawat itu.
Tak lama berselang, Rosie bangun karena hidungnya mendeteksi bau makanan. Matanya yang terpejam itu perlahan terbuka, menyadari Jisoo tak ada disisinya wajahnya mulai berpaling mencari sosok istrinya itu.
Jisoo ada si sofa sedang membuka beberapa box makanan tentu saja ada ayam goreng juga disana. Jisoo yang merasa ada pergerakan di ranjang menoleh. “Kamu udah bangun?”
“Wangi banget..” jawab Rosie sambil mengucek matanya.
Jisoo tertawa melihat hal itu, gemas pikirnya. “Sudah kuduga kamu pasti lapar.. ayo sini kita makan.”
Rosie beranjak dari ranjang untuk bergabung bersama Jisoo di sofa. “Perbanmu sudah di lepas? Apa kau baik baik saja?” ucap Rosie sambil memeriksa kepala Jisoo.
“Iya dokter sudah memeriksa tadi pagi dan dia bilang aku hebat karena lukanya sudah kering.”
“Chh.. hebat…” sahut Rosie sambil menggeleng dan tersenyum.
“Wae?? Mengapa nadamu seperti meledek? Aku benar benar hebat bukan?” ucap Jisoo agak tak terima.
Rosie melirik jahil. “Iya iya.. kau sangat hebat Kapten Incheon..”
“kapten incheon??”
“Iya kapten incheon karena kamu dari incheon bukan dari amerika.” Sahut rosie sambil terkekeh dan mengambil sepotong ayam. “Mengapa memesan makanan pagi pagi begini?” tambah Rosie sambil mengigit daging juicy itu.
“Makanan rumah sakit tidak enak.” Jawab Jisoo singkat sambil meraih remote Tv dan menyalakannya. Memang sudah kebiasaannya untuk menonton berita di pagi hari semenjak dia akan mencalonkan diri sebagai walikota.
Selagi menikmati makan pagi ditemani suara Tv tiba pintu kamar terbuka, Lisa dan Jennie masuk ditemani 2 orang tak dikenal. “Ah.. kau sulit dihubungi membuatku khawatir.. ternyata sedang enak enaknya makan ya..” ucap Lisa dengan agak kesal lalu ia ikut duduk di sofa sambil mencomot ayam milik Jisoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love - R
Hayran KurguLika liku perjalanan hidup seorang Kim Jisoo menjadi calon walikota kota Incheon ditengah keretakan rumah tangganya. Akankah ia kehilangan atau menemukan cintanya kembali?