Part 22

1.1K 161 12
                                    

Perjalanan Rosie dan Jisoo menuju vila terbilang tanpa hambatan berarti hanya ada sedikit kemacetan di pusat kota tapi setelah itu perjalanan mereka cukup lancar. Sepanjang perjalanan Jisoo menggenggam tangan Rosie, tentu hal itu membuat Rosie senang dan sedikit mengurangi cemas yang ia rasakan.

Sesampainya di tempat tujuan mereka turun lalu membawa barang barang mereka masuk ke dalam. Vila ini tidak terlalu besar tapi terlihat sangat nyaman seperti berada di rumah sendiri.

Mereka berjalan berkeliling dan merasa cukup terkesan dengan kolam renang air hangat di halaman belakang rumah. Vila ini hampir mendekati kata sempurna jika Rosie tidak beranjak ke dapur, sebenarnya dapur vila ini baik baik saja, hanya tidak ada bahan makanan sama sekali untuk bisa mereka makan nanti, bahkan ramyun pun tak ada.

Melihat senyuman hilang dari wajah Rosie, Jisoo bertanya.. “Kenapa ga suka vilanya?”

“Bukan gitu.. tapi ga ada makanan..” jawab Rosie sambil cemberut.

Jisoo terkekeh lalu mencubit pipi Rosie.. “Kamu dah laper sayang?”

“Belum terlalu sih tapi kan tetep aja kalo nanti laper kita ga ada makanan buat beberapa hari kedepan gimana?”

“Ya berarti kita mesti belanja dulu sayang, kayanya tadi kita lewatin beberapa supermarket juga deh ga jauh dari sini.”

“Ya udah abis beres beres baju kita pergi ya?” ucapnya agak memelas, maklum tubuhnya agak tidak bisa berfungsi dengan baik kalau dia tau tidak ada makanan untuknya ditempat ini.

Jisoo mengangguk lalu membawa 2 koper mereka ke atas. Setelah selesai merapikan baju baju mereka ke lemari, dua sejoli itu

***

Di supermarket terdekat mereka langsung berburu barang belanjaan. Tepatnya hanya Rosie sih yang mencari sementara Jisoo hanya mendorong troli saja mengekori kemanapun Rosie pergi.

Belum setengah jam mereka disana, troli belanja mereka sudah hampir penuh kebanyakan dengan bahan makanan sisanya adalah cemilan beberapa untuk di vila dan beberapa lagi untuk dibawa pulang, oleh oleh untuk putri kecil mereka.

Saat sedang asik memilih cereal untuk sarapan besok pagi tiba tiba ada suara yang memanggil. “Jisoo?? Kim Jisoo?”

Jisoo dan Rosie menoleh ke arah suara itu, disana mereka bertemu dnegan seorang wanita yang tersenyum lalu sedikit membungkukkan badannya.

“Bona?” tanya Jisoo

Wanita itu tersenyum lebih lebar laku mengangguk. “Aku kira kau sudah tidak mengingatku.. apa kabarmu?”

“Ah.. aku baik tentu saja.. bagaimana denganmu?”

“Setelah putus denganmu? Chh kabarku sangat baik.” Ucapnya dengan sarkas, mata berputar tapi bibirnya tersenyum. Jisoo tau kebiasaan Bona, dia memang orang yang santai dan sennag bercanda, setelah putus di masa SMA hubungan mereka juga baik baik saja. Jadi Jisoo hanya tersenyum kecil saat mendengar jawaban dari Bona.

Namun tentu saja percakapan kedua memicu bara di telinga Rosie yang lalu berdeham cukup keras agar kehadirannya dinotice. “Ehem.. Ehrm..” ucapnya smabil memasukan satu box cereal ke dalam troli dan Jisoo dengan sekejap mengingat bahwa dia tak sendirian ke tempat ini.

“Oh.. Bona.. ini Rosé istriku.. sayang ini Bona.. temen SMA ku dulu.” Ucap Jisoo sambil merangkul pinggang Rosie.

“Wah.. seleramu memang tak bisa diragukan Jisoo, wanita yang pernah bersamamu sungguh menawan.” Perkataan Bona membuat Jisoo agak panik karena dahi Rosie sudah agak berkerut.

“Aish apa yang kamu katakan.. jangan melantur ini masih siang.” Ucap jisoo sambil sedikit memicingkan mata memberi kode kepada Bona, dan hal itu membuat Bona tertawa.

“Itukan dulu Kim.. sekarang kamu sudah memenangkan lotre terbesar rupanya..” ucapnya sambil melirik pada Rosie. “Kita harus hang out bersama kapan kapan, aku akan mengajak suamiku juga.. sampai ketemu Jisoo.. Rosé.” Ucap Bona sambil tersenyum dan melambaikan tangannya lalu pergi dari tempat itu.

Jisoo yang ditinggalkan dengan perasaan canggung itu menoleh ke arah Rosie, disitu Rosie berdiri masih memandang lurus ke arah Bona tadi pergi sambil menggigit bibir bawahnya.

“Sayang ini belanjaannya udah apa gimana?” tanya Jisoo perlahan.

“Udah.” Jawab Rosie singkat lalu berjalan maju tanpa menunggu Jisoo..

Jisoo hanya tertunduk sambil menghela nafas kasar tak lama dia mengejar Rosie tentu saja sambil berpikir bagaimana agar Rosie tidak marah lagi.

Setelah membayar dan membawa semua belanjaan seorang diri ke mobil dengan susah payah karena Rosie tentu saja tak membantu dan hanya menunggu di samping mobil, Jisoo memasukkan semua barang ke bagasi lalu duduk di kursi pengemudi dan Rosie sudah duduk disampingnya dengan wajah menghadap jendela dan langan berlipat di dada.

Sungguh mengerikan jika wanita sedang cemburu dan marah, pikir Jisoo. Dengan modal nekat Jisoo mencoba memberanikan diri untuk menggenggam tangan Rosie tapi tentu saja Rosie menghindarinya.

“Sayang kenapa sih akunya dicuekin?” tanya Jisoo

“Ga tau..” jawabnya singkat.

“Kamu cemburu?”

“Chh.. cemburu?? Sama apa? Ngapain aku mesti cemburu?” sahut Rosie dengan senyum sarkas sok acuh.

“Cemburu sama Bona.. sama cewe cewe yang dia sebut tadi juga.”

“Dih kepedean kamu.. ngapain aku cemburu sama yang gitu.” Ujar Rosie masih menyangkal. Tatapannya masih terpaku keluar jendela tanpa melirik ke arah Jisoo sedikitpun.

“Bohong.” Ucap Jisoo sambil menahan senyum karena tingkah lucu Rosie saat ini.

“Ngapain aku bohong? ga ada untungnya.” Ucapnya ketus.

“Kalo kamu ga bohong, ngomongnya sambil liat mana aku sini.” Kata Jisoo.

Merasa ditantang Rosie menoleh ke arah Jisoo. Jisoo masih merasakan bara api di mata Rosie.. jujur saja saat ini dia agak takut juga tapi dia tak boleh gentar, dia menatap balik mata Rosie menunggu perkataannya.

“Aku.. ga cemburu.” Ucapnya dengan penuh penekanan.

“Iya kalo kamu ga cemburu terus kenapa sekarang marah? Tadi kan kita baik baik aja sebelum ketemu Bona.”

Rosie tak menjawab lalu ingin menoleh lagi ke arah jendela tapi wajahnya kini ditahan oleh tangan seorang Jisoo Kim. Saat tangannya ingin melepaskan tangan Jisoo yang menempel dipipinya, dengan cepat Jisoo menarik wajah Rosie maju lalu Jisoo mengecup bibirnya.

Awalnya tentu saja Rosie melawan tapi Jisoo tak menyerah. Cubitan dan pukulan dari Rosiepun diabaikan walau terasa sangat sakit. Jisoo berhenti memagut bibir Rosie ketika sudah tidak ada perlawanan balik dari Rosie.

Jisoo menggenggam tangan Rosie. “Aku tuh pacaran cuma 2x dulu sebelum sama kamu. Pertama sama Bona pas SMA.. yang kedua sama Soojoo waktu kuliah dan itu ga berlangsung lama karena Eomma ga setuju. Eomma cuma setuju sama kamu.”

Mata Rosie yang tajam itu mulai melembut mendengar penjelasan dari Jisoo.

“Dan bener kata orang orang restu seorang Ibu itu yang paling baik.. dan yang dikatakan Bona itu benar, aku telah memenangkan lotre terbesar dalam hidupku.” Ucap Jisoo sambil mengecup kedua tangan Rosie di genggamannya.

Saat pandangan Jisoo kembali menatap wajah Rosie, kedua mata Rosie sudah berair. “Cuma ada beberapa hal yang aku ga suka.. aku ga suka kalau kamu lagi marah.. aku ga suka kalau kamu sedih dan mau nangis kaya gini..hati aku sakit liatnya..”

Segera Rosie mengusap air matanya yang hampir menetes itu. Lalu tangannya mencubit pipi kanan dan kiri Jisoo. “Awas aja kalo kamu ngomong kaya tadi buat gombal doang ya.. aku potong kamu.”

Walau pipinya sakit Jisoo tetap tersenyum dan mengangguk.

Love - RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang