Part 33

1K 159 132
                                    

Kerutan di dahi Jisoo mulai terlihat jelas seiring dengan fakta aneh yang baru saja dia dengar, hal itu tentu membuat kepalanya semakin semrawut.

Pandangannya tak lepas dari mata Rosie, masih mencari secercah keraguan yang bisa meyakinkannya kalau Rosie sedang berbohong saat ini, namun hasilnya nihil.

Setelah beberapa saat terdiam, Jisoo terkekeh kecil. “Kembar?”

“Apa kamu bercanda denganku? Jika kamu mengatakan kamu melakukan operasi untuk menghilangkan luka bekas caesar mu aku akan lebih mempercayainya.” Tambah Jisoo sambil bertolak pinggang.

Rosie menghela nafas frustasi seraya mengambil handuk kimono dan memakainya untuk menutupi tubuhnya yang sekarang mulai kedinginan. “Aku minta maaf Soo tapi itulah kenyataannya.” Ucapnya pelan dengan wajah tertunduk ke lantai.

Sebenarnya keadaan Jisoo sudah kacau di dalam.. banyak pertanyaan dan asumsi yang membuat kakinya cukup lemas, dia tak mungkin duduk di lantai basah ini pikirnya, dengan tenaga yang tersisa dia melangkah keluar kamar mandi sambil memegang dinding di sekitarnya sebagai topangan, dan Rosie mengikutinya saat itu juga.

Di luar, Rosie menemukan Jisoo terduduk di sofa dengan pandangan yang tak fokus. Tentu saja Jisoo terlihat seperti itu, dia teringat banyak hal janggal yang selama ini terjadi di depan matanya termasuk kecurigaan sang Eomma beberapa waktu lalu yang dia hiraukan.

Rosiepun berdiri mematung, bingung apa yang akan dia katakan selanjutnya sembari membaca kondisi Jisoo di hadapannya.

Jisoo memejamkan mata sesaat sambil berkata. “Jika kamu mengatakan yang sebenarnya, berarti selama ini kamu membohongiku.”

“Aku tidak bermaksud-“

“Mengapa kau tega melakukan ini? Walaupun hubunganku dengan Rosé tidak baik, aku tetaplah istri dari saudarimu.. tidakkah kamu memikirkan perasaanku sedikit saja?” Jisoo memotong perkataan Rosie, nada bicaranya terkesan seperti dia sangat merasa kecewa dan Rosie membencinya.. lebih tepatnya membenci dirinya sendiri karena membuat orang yang dia cintai ini merasa terluka.

“Jisoo.. memang betul aku menyimpan rahasia ini tapi aku tak pernah berbohong tentang perasaanku.. aku sungguh sungguh menyayangimu dan Winter.”

“Tapi aku masih istri sah Rosé.. saudara kembarmu.. Bagaimana bisa- Apa yang kau pikirkan Rosie?!”

“Mungkin karena keegoisanku Soo.. sejak di Rumah Sakit, aku mulai menyayangimu, dan Aku tak ingin Winter tumbuh besar tanpa seorang Ibu.. aku menyayanginya Soo.. please believe me.”

“Tanpa seorang ibu? Tapi winter masih memiliki-“

“Rosé meninggal Soo.” Ucapan Rosie kali ini diiringi tetesan air mata yang menetes ke pipinya.

Seperti mendapat jackpot rasanya Jisoo hari ini, namun bukan jackpot yang menyenangkan tentu saja karena bertubi tubi dia mendapat berita buruk.

“Apa katamu? Meninggal? Jangan bercanda.”

“Bagaimana bisa aku bercanda tentang kematian satu satunya keluargaku yang tersisa?” jawab Rosie terduduk lemas di ujung ranjang karena mengingat hari naas itu.

Jisoo tak bisa berkata kata.. istrinya meninggal dunia dan dia baru mengetahuinya sekarang sementara kembarannya mengambil alih peran untuk menjadi istrinya, bukankan hal ini gila? Ini tak masuk akal.

Tapi satu hal yang pasti hati Jisoo sesak melihat Rosie menangis terisak di hadapannya.

“Mengapa kamu merahasiakan ini dariku Rosie?”

“Seseorang dirumah ini ingin mencelakaimu Soo, dan dia sepertinya bekerja sama dengan Rosé walaupun aku ragu Rosé bisa sejahat itu.”

“Kenapa mereka mau melakukan itu?”

“Untuk menghancurkan hati orang tuamu.. aku mendengar perkataan orang itu saat di rumah sakit.. sayangnya aku tidak bisa membedakan itu suara wanita atau pria.. dan aku harus menjaga identitasku jika tidak aku tidak akan bisa menolongmu dan dia akan membunuhku juga.”

“Ini gila Rosie.. apakah hanya aku yang tau tentang ini?”

Rosie menatap Jisoo dalam. “Jennie, Lisa, Somi dan Yeri tau identitasku.”

“Yeri?? Jadi dia juga berbohong padaku?”

“Jangan salahkan dia Soo.. aku yang memintanya.. aku yang salah.”

Jisoo membuang nafas kasar karena frustasi. “Tidak.. ini tidak mungkin.. kau salah Rosie, tidak mungkin keluargaku ingin mencelakai aku, apa mereka sudah gila? Jika ingin mencelakaiku mereka bisa menaruh racun pada makananku dengan mudah? Tapi aku baik baik saja sampai saat ini.”

“Soo.. percayalah.. mereka menunggumu selesai dengan pencalonanmu sebagai walikota.”

“Persetan dengan pencalonan itu, sekarang katakan padaku dimana Rosé dimakamkan?” Desak Jisoo pada Rosie.

Rosie mau tidak mau bangun dari ranjang lalu masuk ke dalam walk in closet dan mengambil sebuah benda tepatnya koper milik Rosé. Awalnya hal itu membuat Jisoo bingung. Namun setelah Rosie membukanya dan mengeluarkan tabung besi dengan ukiran nama istrinya, dia mengerti.

Perlahan Rosie mengangkat tabung itu dan mengeluarkan dokumen dokumen keterangan kematian milik Roseanne lalu menyerahkannya pada Jisoo.

Jisoo memeriksa dokumen itu sambil memegang erat tabung yang menyimoan sisa keberadaan Rosé istrinya itu. Pandangannya sedikit kabur saat melihat foto foto tubuh Rosé.

Boleh dibilang dunianya terguncang saat ini, bagaimanapun juga Jisoo mencintai Rosé.. air matanya jatuh tak terasa, diiringi dengan bibir yang bergetar.

Hancur hati Rosie melihat keadaan Jisoo saat ini, dia maju untuk memeluk Jisoo namun Jisoo menahannya dan menggelengkan kepalanya pelan.

Jisoo berdiri lalu meletakkan tabung milik Rosé di meja lalu ia bergegas keluar dari kamar, tak pikir 2x Rosie menyusulnya tapi Jisoo meneruskan langkahnya keluar rumah lalu masuk ke dalam mobil dan pergi dari kediaman Kim pagi itu.

Love - RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang