Saat Rosie ingin mengejar Jisoo keluar rumah tangannya ditahan oleh Somi.
“Ada apa sih?” tanya Somi sambil melihat ke arah mobil Jisoo yang mulai meninggalkan kediaman keluarga Kim.
“Gue harus kejar Jisoo..” Jawab Rosie tanpa berpikir panjang namun genggaman tangan Somi tak melepaskannya.
“Lu ga bisa keluar dengan apa yang lu pake sekarang, seenggaknya pake baju yang bener dulu.. lagian ada apa sih?” tanyanya dengan hati hati sambil melihat ke sekitar.
Rosie menyadari kalau dia hanya memakai kimono setelah mandi tadi, dan merutuk dalam hati lalu menatap Somi dan mendekat untuk berbisik “Jisoo tau.” Jawabnya dengan singkat dan Somi menatapnya balik dengan ekspresi terkejut.
“How? You told her?”
Rosie menggeleng “Bekas luka operasi pasca melahirkan Winter ga ada.”
Somi dengn frustasi menjitak kepalanya sendiri. “Ish.. bego, kenapa gue ga mikir kesitu.”
“Gue titip Winter ya tolong minta Bibi Han jaga dia, gue harus susul Jisoo.. gue ganti baju dulu.” Ucap Rosie sambil berlari meninggalkan Somi untuk kembali ke kamarnya.
***
Pagi berganti sore, Rosie sudah berputar putar namun keberadaan Jisoo masih tidak dia ketahui. Beberapa kali dia merutuk karena ponsel Jisoo ditinggalkan di kamar dan saat ini dia bawa bersamanya.
Jisoo sama sekali tidak bisa dijangkau.. dia berusaha menghubungi Yeri untuk menanyakan apakah Jisoo ada di kantor tapi hasilnyapun nihil, kantor Jisoo kosong.
Jemarinya semakin menggengam erat stir mobil, dan dia mulai menggigit bibir bawahnya karena frustasi.
Tiba tiba ponselnya berdering kembali dan tanpa melihat Rosie mengangkat panggilan itu.
“Yah!! Kau baru mengakat telpon ku sekarang? Apa ada yang lebih penting dari telpon gue?!” Sambutan tidak menyenangkan itu berasal dari sang sahabat yang berusaha menghubunginya sejak pagi.
“Jen.. not now.. jangan marah sekarang please.. Gue lagi ga bisa mikir..” jawab Rosie dengan nada kalut dan bingung.
“Tapi ini menyangkut Roseanne.” Jawab Jennie dengan serius.
“Bentar gue minggir dulu..” Rosie menangkap maksud Jennie lalu dia memperlambat laju mobil dan parkir di sisi jalan.
Setelah Rosie selesai parkir, Jennie mulai menceritakan semua hal yang terjadi tadi pagi. Rosie semakin cemas, penjahat yang awalnya hanya ingin membahayakan Jisoo sekarang sudah mulai mengintai untuk membahayakan sahabat sahabatnya juga.
“Fuck.. apa yang harus aku lakukan sekarang?” ucapnya sambil menempelkan dahi ke stir mobil.
“Hey..Rosie tenang.. Lisa udah kerahin lebih banyak pengawal.”
“Ga bisa Jen.. sekarang Jisoo aja gue ga tau dia ada dimana.. gimana kalau dia kenapa napa?”
“Wait.. harusnya ada pengawal Lisa yang jaga dia sih.. gue coba hubungin dulu ya.”
“Really?! Please Jen tolong hubungin sekarang.”
“Iya nanti gue kabarin lagi ya.” Dengan begitu panggilan terputus dan Rosie kembali menaruh dari di stir mobil sambil memejamkan mata berharap Jisoo bisa segera ditemukan.
***
“Halo Oppa.. apa kamu masih mengawasi kediaman Kim?” tanya Jennie pada salah satu pengawal Lisa.
“Iya beberapa orangku berjaga disana, beberapa mengikuti Nona Park dan aku sedang mengawasi Nona Kim.”
“Nona Kim? Kim Jisoo?” tanya Jennie memastikan.
“Betul.. Nona Kim keluar semenjak pagi dari kediamannya.. aku segera mengikutinya namun dia tidak datang ke kantor, lama dia berputar putar di jalanan kota, dia berkendara seperti orang tak tau arah setelah berhenti di mini market dia melanjutkan perjalanan sampai di tempatku saat ini dan keadaannya sekarang sedang mabuk. Sejauh ini tidak ada orang yang menguntitnya, dan aku menutup beberapa akses jalan ke tempat ini agar tidak ada orang yang melihatnya dengan kondisi seperti itu.”
“Ah ada apa dengan si bodoh itu.. mabuk disaat hari masih terang seperti ini.. tapi terimakasih Oppa, kamu melakukan tugasmu dengan baik, tolong beritahu aku dimana posisi kalian, karena istrinya sedang mencarinya saat ini.”
“Baik Nona, akan segera ku kirimkan lokasiku saat ini.”
***
Getaran ponsel Rosie segera direspon, dengan tak sabar Rosie membuka pesan dari sahabatnya yang berisi lokasi keberadaan Jisoo saat ini.
Jisoo mabuk tapi dia aman dijaga sama pengawal. Lokasinya sekarang di Phantasia Memorial Garden
Lavender street, Incheon.Tempat itu tak asing untuk Rosie dan dia ingin memaki dirinya mengapa dia tidak mengunjungi tempat itu tadi, ini adalah tempat dimana Rosé menyatakan perasaannya pada Jisoo dulu. Tempat itu cukup jauh dari posisinya sekarang, tak pikir panjang Rosie segera melajukan mobil kembali kejalanan.
***
Di sisi lain, Jisoo saat ini sudah mengosongkan kira kira 3 setengah botol bir seorang diri. Air mata yang mengalir karena kepedihan hatinya sudah mengering di pipinya.
“Kenapa.. kenapa hidupku jadi begini?” tanyanya pada langit yang mulai berwarna oranye kemerahan.
“Apa salahku hingga hidupku Kau permainkan seperti ini?!” ucapnya dengan lantang sambil menunjuk ke atas. Jika ada warga yang melihat, hancur sudah reputasinya sebagai calon walikota saat ini juga.
“Apakah lucu bagiMu melihat hidupku berantakan?! Kau mengambil istriku, sekarang semua menyimpan rahasia dariku, dan keluargaku ingin membunuhku?? Chhh.. apa Kau puas sekarang tak ada satupun yang bisa aku percayai Tuhan!??” ucap Jisoo sambil bangkit berdiri masih dengan wajah yang memandang ke langit.
Tak lama berseoang, pandangannya jatuh ke lantai batu yang ia pijak dan dia tertawa kecil. “Eomma selalu mengajariku untuk menjadi anak yang baik, taat beribadah dan tak lupa untuk berdoa.. namun kurasa semua hal yang kulakukan untukMu itu hanya kesia siaan.. mungkin Kau tak pernah mendengar doaku.. apa Kau kewalahan mengurus begitu banyaknya manusia di bumi hingga kau melupakan aku? Atau sebenarnya Kau hanyalah sebuah dongeng omong kosong!!” ucap Jisoo sambil menendang botol yang tergeletak di lantai.
Namun alih alih menendang botol kakinya yang terayun ke depan membuatnya kehilangan keseimbangan dengan cepat dan badannya terjengkang ke belakang.
Kepalanya nyeri karena terbentur lantai batu namun bibirnya tersenyum lalu dia terkekeh geli seperti menertawai diri sendiri. Tak terasa dengan mata terpejam masih dengan tawanya yang kosong, air matanyapun ikut menetes.
Tawa bercampur tangisan itu terlihat menyedihkan, kondisinya tersu begitu sampai Jisoo mendengar suara seseorang didekatnya.
“Sedang apa kau disitu?”
Isak tangis Jisoo terhenti, lalu ia mencoba membuka matanya, tentu saja pandangannya agak kabur karena tertutup air matanya sendiri. Jisoo lalu menyeka air mata dengan bajunya perlahan dan kembali membuka mata dan melihat orang yang sedang berdiri disampingnya dan memandang ke bawah tepat kewajahnya dengan ekspresi bingung.
“Rosie..” ucap Jisoo pelan.
“Chh.. sudah hidup lama bersama ku tapi tetap tidak bisa mengenali istrimu Kim Jisoo..?”
Jisoo masih dalam keadaan mabuk mencoba mencerna perkataan aneh dari sosok dihadapannya ini lalu dia sadar.. “R-Rosé??”
Sosok dihadapan Jisoo tersenyum mendengar namanya disebut oleh Jisoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love - R
Hayran KurguLika liku perjalanan hidup seorang Kim Jisoo menjadi calon walikota kota Incheon ditengah keretakan rumah tangganya. Akankah ia kehilangan atau menemukan cintanya kembali?