Part 2

1.8K 197 46
                                    

“Apa-apaan ini!? Ini yang kau sebut laporan?! Yang benar saja, sudah bosan kau bekerja?” ucap pria paruh baya itu tanpa memikirkan perasaan gadis di depannya.

“T-tapi saya mengerjakan laporan itu sesuai dengan yang bapak perintahkan.”

“Sekarang kau berani melimpahkan kesalahan padaku!?”

“Bukan begitu maksud saya pak-“

*BRAK!!* Gadis itu melonjak kaget karena hantaman buku laporan itu mengenai meja kayu di depannya.

“Saya tidak mau lagi dengar alasan apapun! Buat ulang laporan ini, saya tunggu besok pagi di meja saya. Keluar kamu!”

Dengan hati yang dongkol gadis itu keluar dari ruangan kerja atasannya. Batinnya sudah meronta ingin berteriak atas ketidak adilan yang selama ini dia terima hanya karena menolak pernyataan cinta dari pria tengik itu.

Cih.. sungguh rendah tindakan pria hidung belang itu, jika bukan karena harus membayar cicilan apartemen miliknya dia tidak akan mau bertahan di tempat ini, namun 2 bulan lalu cicilan itu telah selesai. Jadi dengan tanpa beban saat dia duduk di meja komputernya bukan laporan yang dia buat tapi surat pengunduran diri.

“Makan surat pengunduran diriku ini dasar pria biadab..” umpatnya pelan sambil terus menekan tuts keyboard dengan cepat.

Sore itu setelah memastikan semua karyawan sudah pulang, gadis itu kembali masuk ke kantor atasannya dan meletakkan surat pengunduran dirinya lalu ia berjalan dengan langkah yang ringan dari gedung itu dan bersumpah tak akan lagi menginjakkan kaki disana.

***

Sesampainya di depan pintu apartemen miliknya sebelum dia memasukan kunci ke gagang pintu bunyi dering ponsel mengagetkannya sehingga kunci yang dia pegang jatuh ke lantai.

Walau sebelah tangannya masih memegang dada karena kaget, dengan sigap dia mengambil ponsel dari dalam tas lalu mengambil kunci yang tergeletak di dekat kakinya.

Roseanne. Itulah nama yang tepampang pada layar ponselnya, dengan sedikit malas dia mengangkat panggilan telpon sambil memasukan kunci ke gagang pintu. “Ada apa?”

“Apakah anda keluarga dari Rosé Park? Kami dari Melbourne Police Department menghubungi anda karena nomor anda ada di daftar panggilan cepat milik korban.”

Jemari yang sedang memutar kunci tiba tiba kaku mendengar perkataan orang di line telpon itu. “Korban? Apa maksud anda?”

“Seorang wanita dengan data yang ada di passpornya bernama Rosé Park berkendara dengan kondisi mabuk dan menabrak pembatas jalan sore ini, sayangnya mobil yang ia kendarai terperosok jatuh dari tebing. Korban berhasil dilarikan ke rumah sakit namun maaf nyawanya tak terselamatkan.”

Tubuh gadis ini mematung, kakinya mati rasa dan lidahnya kelu.

“Halo? Nona? Apakah anda masih bisa mendengar saya? Hal-“

“Dimana dia sekarang?” Tanyanya lemas.

“Melbourne Central Hospital.”

Gadis itu segera mengunci kembali apartemennya lalu bergegas keluar. Ia mencoba fokus untuk berkendara sementara jantungnya masih berdegup tak karuan setelah berita naas itu dia dengar. Sesampainya di rumah sakit dia diantar oleh perawat untuk menemui polisi yang bertugas menangani kasus kecelakaan tadi sore.

Saat ia menemui petugas kepolisian, petugas itu sedikit terkejut melihat gadis ini. “Anda..”

“Saya Rosie Park.. korban kecelakaan sore ini adalah saudara kembar saya.”

Tanpa banyak bicara, polisi mengantarnya ke ruang penyimpanan jenazah. Dia memperlihatkan wajah Rosé yang sudah terlihat agak pucat. “Saya akan memberi anda waktu dengannya disini.” Ucap polisi itu yang dijawab anggukan kepala oleh Rosie.

Love - RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang