Selama di rumah sakit sendiri dia banyak sekali berpikir, beberapa hari ini tidak terjadi apa apa sampai sampai dia berpikir apa benar yang waktu itu dia dengar di malam pertama dia ada di rumah sakit ini? Apa mungkin itu hanya halusinasinya saja?
Di tengah tengah lamunannya pintu kamarnya terbuka, Rosie agak sedikit terkejut dan langsung memejamkan matanya berpura pura untuk tidur. Dia tau setiap malam Jisoo sering datang untuk mengecek keadaannya namun hal yang selalu dilakukan Rosie adalah sama seperti yang dilakukannya saat ini, berpura pura tidur. Tentu dia memiliki alasan, ia takut jika kejadian malam pertama itu benar terjadi orang yang sama akan datang kembali menemuinya.
Namun untuk beberapa malam ini kecurigaan itu nihil karena yang selalu datang setiap malam tak lain adalah Jisoo sendiri. Biasanya, setelah Jisoo masuk dan melihat Rosie tertidur dia akan berjalan menghampiri ranjang dan memanggil Rosé perlahan dan karena biasanya Rosie tidak memberikan respon, Jisoo biasanya akan menempelkan telapak tangannya ke dari Rosie untuk mengecek suhu tubuhnya, membenarkan selimutnya. Beberapa kali Rosiepun mengintip sedikit ketika suara langkah Jisoo menjauh, Jisoo biasanya akan berdiri termenung melihat keluar jendela cukup lama. Terkadang ia tertidur di sofa namun setiap kali terbangun di tengah malam, ia akan segera beranjak pulang.
Kebiasaan itu berlangsung berhari hari tanpa Jisoo tau Rosie bangun dan mengamatinya selama ini. Namun ada yang berbeda dengan kedatangannya kali ini, saat masuk kedalam kamar dia sedang berbicara serius di telpon. Ketika menyadari Rosie tertidur dia mengecilkan suaranya.
“Tenang lah Eomma, aku baik baik saja.”
...
“Iya aku baru sampai rumah sakit.. Rosé terlihat baik baik saja dia sedang tidur sekarang.”
…
“Eomma tidak perlu mengkhawatirkan aku, apa yang terjadi pada Yeri hanya ancaman biasa. Aku sudah menyuruh bodyguard untuk menjaga Yeri.”
…
“Aku sudah katakan aku tidak akan apa apa, tidak akan ada yang bisa menyentuhku apalagi membunuhku Eomma, aku dikawal kemana mana Eomma tenang saja.”
…
“Iya baiklah.. aku akan pulang sebentar lagi.. Eomma tidak perlu menungguku istirahatlah dengan Appa ya “
Rosie mendengar semuanya, ternyata benar ada yang ingin membunuh Jisoo dan mereka sudah mengancam ke anggota keluarganya yang lain.
Setelah Jisoo mematikan panggilan telpon seperti biasa dia menghampiri istrinya lalu menempelkan tangannya ke dahinya. Jisoo agak terkejut ketika Rosie membuka mata perlahan karena biasanya Rosie tetap terlelap ketika dia mengecek suhu tubuhnya.
“Uhm.. aku hanya memastikan kau tidak demam, tak usah berpikir macam macam.” Ucap Jisoo defensif.
“Aku.. tidak.. berpikir.. begitu..” sahut Rosie. “Bagaimana.. harimu.. Jisoo?” ucapnya menambahkan.
Jisoo menatap Rosie dalam, lalu mengalihkan pandangannya. “Hariku baik baik saja..”
“Tidak.. tidak baik.. aku mendengar.. pembicaraanmu.. tadi..”
Jisoo membuang nafas panjang. “Itu tidak terlalu penting, hanya saja ada seorang pria yang mendatangi Yeri dan memberikan ancaman akan membunuhku jika aku melanjutkan pencalonanku sebagai walikota.. itu hanya gertakan kosong.”
“Soo.. kita.. tidak boleh.. meremehkan.. hal itu.. itu berbahaya..”
Jisoo memejamkan mata lalu tersenyum kecil. “Jika aku tidak benar benar mengenalmu, aku akan berpikir kau benar benar peduli padaku Rosé.. sebenarnya apa mau mu? Bukannkah jika aku mati kau akan senang? Kau bisa bersama dengan kekasih barumu?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Love - R
FanficLika liku perjalanan hidup seorang Kim Jisoo menjadi calon walikota kota Incheon ditengah keretakan rumah tangganya. Akankah ia kehilangan atau menemukan cintanya kembali?