6. Nama Manggala

1.3K 150 6
                                    

Lonceng dibunyikan. 15 menit telah berlalu. Pintu tempat tuyul itu tadi datang kembali dibuka dan para tuyul berlarian masuk ke dalamnya seperti sudah dilatih untuk melakukan hal yang demikian begitu mendengar bunyi lonceng. Kami beruntung, lagi-lagi aku tidak jadi mati.

Ujian telah selesai. Kami tergeletak di lantai. Tidak ada tenaga lagi bagi kami untuk berdiri. Tubuhku dipenuhi luka dan darah, begitu pula penantang yang lain.

"Hiyahahahah, lihatlah kalian!" ksatria penjaga lantai satu tertawa. Sepertinya dia sangat terhibur. "Dimana kalian yang tadi sok tahu lah? Hiyahahahah. Masih hidup?"

Aku melihat sekeliling. Anggota tubuh dan organ-organ berceceran terpisah dari badannya. Dari peserta yang mengikuti ujian, hanya sebagian kecil yang masih hidup. Kebanyakan dari mereka terluka, meski ada juga sebagian yang tidak tergores sedikitpun.

"Urusan kita belum selesai." Kata Nicolaus pada William.

"Tch! Aku tidak punya urusan apa-apa denganmu."

"Kenapa? Takut?"

"Hentikan, Nicolaus. Lihatlah, ketakutan dia." temannya mengompori agar suasana memanas.

"Hati-hati, nanti kau bisa dilaporkan ke mamanya." Mereka tertawa terbahak-bahak. Puas telah mengejek lawannya.

"Untuk apa aku takut pada orang-orang yang kelakuannya seperti anak kecil?"

Jawaban William membuat mereka semua berhenti tertawa. Muka mereka memerah.Tampaknya mereka tidak menyangka cemoohan mereka justru kembali ke diri mereka. Jeff cekikikan melihat hal tersebut.

"Hey!" Nicolaus mendekati dan menjambak rambut Jeff, membuatnya ketakutan. "Apanya yang lucu!"

"Lepaskan temanku," aku memegang tangan Nicolaus yang menjambak Jeff.

"Bagaimana kalau aku gak mau?" Dia mencekik leherku dengan tangannya yang satunya.

"Hieheheheh. Lebih baik kau hentikan sebelum aku diskualifikasi kau." Ksatria yang mukanya rusak sebelah menghentikan pertengkaran kami. "Beristirahatlah! Nampak kelelahan kali kalian. Hiyahahaha, tentu saja! Silahkan ambil gadget di sebelah sana! Scan kartu identitas kalian." Dia menunjuk sebuah lemari berisi banyak benda kotak seukuran genggaman tangan.

Nicolaus mendorong aku dan Jeff hingga kami terjatuh ke belakang.

"Kalian bisa lihat saldo uang yang kalian dapatkan karena telah berhasil lulus ujian. Hanya uang itu yang bisa kalian gunakan untuk bertransaksi di dalam tower. Jadi meski kalian di luar sana kaya raya, atau miskin seperti rakyat jelata, di sini kalian setara. Kalian pelajari sendiri lah cara menggunakan gadgetnya, tidak sulit, kok. Hiehehehe."

Setelah kuhitung secara sekilas, hanya kurang dari 30 peserta yang tersisa. Kami bertiga, kelompok William, kelompok Nicolaus, kelompok putri raja beserta pengawalnya, semua selamat. Pria berbadan besar dari utara juga lulus. Penantang lain yang lulus merupakan tim yang terdiri dari tiga orang berbadan besar dan lima orang pemanah. Setelah istirahat, para peserta mengambil gadget mereka masing-masing.

"Kami sudah boleh pergi?" tanya seorang penantang pada pengawas ujian.

"Tentu saja, ujiannya sudah selesai pun. Boleh pergi lah kalian. Kalau ada yang mau makan silahkan ke kafetaria, kalian bisa beli makanan menggunakan uang yang tertera di gadget kalian."

"Aku lapar." ujar seorang penantang pada teman-temannya. "Ayo kita cari makan."

"Gunakan uang kalian secara bijak." Ksatria putih berjubah hitam itu berkata kepada para penantang. "Untuk ikuti tantangan lantai dua dan seterusnya, kalian harus bayar. Jangan habiskan uang kalian hanya untuk makan hiehehehehe."

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang