22. Reuni Tim Ivory

500 78 0
                                    

IVAN PATUPANG

Jauh di depan sana, di wilayah sekitar gerbang menuju ke zona aman, terlihat banyak penantang sedang duduk-duduk. Mereka berkumpul secara berkelompok.

Dari gerbang, terlihat dua orang penantang membawa tas di punggungnya. Pasti tas itu berisi makanan. Melihat keberadaan dua orang tersebut, para penantang yang tadi duduk-duduk kini berdiri.

"BERSEDIA!" kata penjaga melalui alat pengeras suara.

"Siap!"

"Yak!"

Dua penantang itu berlari.

"Sepuluh.. Sembilan.. Delapan.."

Beberapa kelompok orang mengejar mereka, terutama yang posisinya dekat dengan jalur larinya dua penantang itu. Beberapa kelompok lain yang posisinya cukup jauh kembali duduk dan menunggu penantang berikutnya.

"Empat.. Tiga.. Dua.. Satu!"

Ketika sepuluh detik telah habis, salah satu dari dua penantang yang membawa tas memilih untuk bertarung agar kawannya bisa lolos, persis seperti apa yang Ivory lakukan. Usahanya ndak bertahan lama melawan orang sebanyak itu do, tasnya pun direbut oleh para pengeroyok. Para pengeroyok membuang tas penantang tersebut setelah mengetahui bahwa isinya kosong, mereka lalu mengejar penantang satunya yang berlari.

"Bodoh! Kalau semua orang teh menggunakan trik yang sama, pasti mah para penunggu lama sudah hafal."

"Tapi kita juga kabur dengan trik yang persis seperti itu." kata awak.

"Itu karena kita pendatang baru. Sebelumnya kita tidak punya gambaran seperti apa situasi di sini. Sekarang, kita harus mencari cara lain."

Andy terlihat sedang berpikir. Matanya melihat jauh ke depan, ke arah gerbang yang ditunggui oleh puluhan penantang. Meski ini adalah trik klasik yang mudah dibaca, para penantang yang ingin masuk ke zona perang tetap saja menggunakannya.

"Tapi bagaimanapun juga, aku teh tidak bisa memikirkan cara lain untuk mengatasi cara keluar masuk zona aman." Andy terlihat frustasi.

Penantang yang tadi kabur membawa tas pun terjatuh setelah anak panah menancap di pundak dan di kakinya. Salah seorang dari rombongan pengejar berhasil mendapatkan tasnya. Sekarang, gantian dia yang dikejar oleh kelompok lain. Anggota kelompoknya melindunginya agar dia bisa lari. Namun lagi-lagi tas tersebut berpindah tangan. Hal yang sama terjadi lagi berulang-ulang.

"Sial! Kenapa ujian di lantai ini teh seakan mustahil untuk diselesaikan? Kita dibuat bertarung tanpa mendapatkan hasil karena semua orang menyembunyikan gadget mereka. Lalu hasil dari bertarung yang tidak seberapa itu harus dipertaruhkan seperti ini hanya demi bisa makan. Kalau pun kita bisa masuk ke zona aman, belum tentu kita teh bisa kembali ke sini tanpa dirampok."

Awak ndak merespon ocehan Andy do.

"Ah, aku teh menyesal tidak langsung membawa makanan yang banyak saja dari awal." kata Andy.

Awak berdiri, Andy terlalu banyak bicara. Awak melangkah menuju ke gerbang.

"Hey! Kamu teh dari tadi tidak mendengarkan aku ya?"

Ndak perlu ditanggapi do, terserah dia mau ikut atau ndak do, awak lapar.

"Hey! Bodoh!"

Awak ndak tahu bagaimana cara masuk ke sana dan kembali ke sini do. Awak malas untuk memikirkan bagaimana caranya. Itu nanti saja lah. Yang penting makan dulu.

"Kamu mengabaikanku?!" teriaknya, namun akhirnya dia ikut juga.

***

ADOLF SUTRESNA

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang