41. Babak Final

303 53 7
                                    

WILLIAM PAKUBUMI

Setelah fase pertama diakhiri, ada dua hal besar yang terjadi.

Pertama, terjadi serangan oleh para teroris di zona lain. Lagi-lagi para teroris. Kekesalanku pada mereka cukup personal mengingat aku hampir gagal sampai di lantai 50 tepat waktu gara-gara mereka. Pasti mereka sedang mengincar hadiah tantangan spesial satu suro. Jika benar hadiahnya adalah kalung gigi naga antaboga, pasti malam ini akan terjadi banyak aksi teror.

Kedua, terjadi penyerangan secara ilegal seorang penantang pada penantang lain. Kekerasan di luar waktu tantangan adalah pelanggaran berat. Hal tersebut dianggap sebagai bentuk sabotase untuk menggagalkan penantang lain dan merupakan wujud dari persaingan yang tidak sehat. Ujian di tower ini menjunjung tinggi asas keadilan dan sportivitas. Pelanggaran seperti ini sudah sepatutnya dihukum dengan berat.

Aku tidak dapat melihat dua hal tersebut secara langsung, aku hanya tahu dari apa yang disampaikan oleh pembawa acara melalui pengeras suara. Untungnya, pihak panitia telah mengerahkan para ksatria untuk menyelesaikan keduanya. Tidak ada yang terluka akibat dari serangan teroris ke dalam arena, namun sayangnya mereka berhasil kabur dan membaur dengan penantang-penantang lain. Selain itu, penantang yang menyerang peserta lain juga sudah diamankan.

"Karena melakukan pelanggaran berat berupa penyerangan terhadap penantang lain secara ilegal, dengan ini kami nyatakan bahwa Matteo Sibontor dikeluarkan dari tower!"

Matteo?

Aku terkejut mendengar berita yang disampaikan oleh pembawa acara.

Jadi yang menyerang penantang lain itu... Matteo?

Padahal dia adalah salah satu lawan terkuat yang pernah kutemui. Bahkan dengan segala keterbatasannya, aku tidak dapat mengalahkannya.

Sungguh disayangkan.

Aku melihat segerombolan ksatria bergegas ke arah pintu keluar arena membawa seseorang yang terlihat seperti Matteo.

"Para ksatria yang bertugas memberikan isyarat bahwa semuanya sudah aman! Karena situasi sudah terkendali, mari kita lanjutkan fase kedua!"

Perkataan pembawa acara menyudahi pikiranku yang melayang kemana-mana.

Jeglek! Brrrrr... Tembok-tembok penyekat zona diturunkan, menampakkan dengan keseluruhan arena yang berbentuk lingkaran. Setelah semua sekat antar zona lenyap, tembok melingkar di tengah arena diturunkan paling akhir. Dibalik tembok melingkar itu, ada sesosok kalajengking raksasa setengah manusia laki-laki yang sedang dikerangkeng di jeruji besi.

Penonton di tribun tersentak kaget melihat pemandangan ini, para finalis di arena tegang mematung, termasuk aku. Beberapa saat kemudian, para penonton bersorak-sorai. Ini adalah pertama kalinya aku melihat setan semengerikan ini secara langsung. Sebelumnya aku hanya melihatnya di buku-buku pelajaran saat di akademi. Ukurannya dan auranya berbeda dari setan-setan lain yang pernah aku temui di dalam tower. Lawan yang pantas untuk babak final festival sebesar ini. Aku melihat Susan seperti terdiam ketakutan.

Manusia kalajengking jantan tersebut memegang tombak dengan tangan manusianya, di samping tubuhnya terdapat dua capit besar yang menempel pada badannya yang berwujud kalajengking. Baik tubuh manusia maupun tubuh kalajengkingnya berlapis cangkang hitam mengkilap. Di lehernya, terdapat kalung yang menggantung.

"Sebagaimana garuda adalah penguasa langit, Naga Antaboga adalah raja ular penguasa tujuh lapis bumi. Monster kalajengking di hadapan kalian memakai kalung gigi naga Antaboga! Siapapun yang memakainya saat lonceng tanda selesai dibunyikan dapat membawa pulang pusaka yang menyimpan kekuatan dahsyat tersebut!"

Para penonton semakin riuh bersorak dan bertepuk tangan. Aku menggenggam pedangku dengan erat. Aku harus memenangkannya, bisa jadi ini adalah kunci agar bisa bersaing dengan ayah Charles di masa depan. Tidak ada waktu untuk ragu-ragu.

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang