17. Strategi Lantai Lima

634 75 1
                                    

Aku membawa dua mangkuk mie ayam ke meja makan. Jeff yang tadi berjalan di belakangku, juga membawa dua mangkuk.

"Wah, wah, kalian ini teh anak kecil tapi makannya banyak juga yah." komentar Andy.

"Sudah berhari-hari kami berhemat. Ini adalah bentuk balas dendam." respon Jeff.

"Lagipula disini kita saling memperebutkan uang." aku menimpali. "Percuma berhemat kalau nantinya malah direbut orang lain!"

"Bodoh! Kalau uangnya kalian habiskan untuk makan, bagaimana kamu bisa lulus dari sini?"

"Yaa dari hasil merebut uang orang lain, lah! Hahahaha." aku tertawa sambil menyantap mie ayamku menggunakan tangan.

"Hey! Jijik, bodoh! Kenapa kamu makan menggunakan tangan!? Itu kan makanan berkuah!"

"Memangnya kenapa?"

"Itu kan ada sumpit! Pakai sumpit itu!"

"Kami tidak tahu caranya makan pakai sumpit." kata Jeff sambil memakan mie dari telapak tangannya..

"Itu kotoran yang ada di tangan kalian teh jadi masuk semua tercampur dengan kuah! Aduh, tadi bukannya kalian belum cuci tangan!?"

"Tidak apa-apa laaah... anggap saja ini vitamin! Hahahaha." balasku.

"Aduh, nafsu makanku teh jadi hilang."

"Ya sudah sini makananmu buat aku saja, hahahaha."

"Enak saja!" Andy menarik mangkoknya dari jangkauanku.

"Makananmu kurang asin nggak Andy? Nih, coba tambahin ini." Jeff menyodorkan sesuatu yang ada di ujung jarinya.

"Apa itu?"

"Upil."

"Bangsaaaaaaaat! Aku pergi saja lah! Aku tidak bisa makan disini!"

"Hahahahahahaha." Aku dan Jeff tertawa terbahak-bahak.

Aku mengecek uang yang tertulis di gadgetku, uangku hanya cukup untuk makan dua hari. Uang Jeff pasti jumlahnya sama karena kita selalu bersama. Uang Andy pasti lebih banyak karena dia mengambil ujian ulang di lantai empat. Aku tidak tahu berapa uang Ivan. Ivan makan soto tanpa berbicara, sepertinya soto enak juga. Kuahnya yang berwarna kuning dari kunyit tampak mengepul karena masih hangat, aromanya yang sedap tercium dan bikin ngiler. Dari aromanya, kuahnya terlihat gurih dan ketika Ivan memeras jeruk nipis diatasnya aromanya jadi begitu segar. Di dalamnya terlihat ada irisan kubis dan suwiran ayam yang mengapung. Remah-remah kerupuk udang ditaburkan diatasnya sebagai pelengkapnya. Kapan-kapan aku mau mencobanya, ah.

"Jadi, bagaimana rencananya?" Jeff bertanya pada Andy, memecah lamunanku pada soto Ivan.

"Oke begini, salah satu dari kita harus tinggal disini." kata Andy.

"Hah? Kenapa?" Jeff protes.

"Bodoh! Kamu tidak melihat peserta lain melakukan itu juga?"

Aku, Jeff, dan Ivan melihat sekeliling. Banyak peserta yang duduk juga, namun mereka tidak sedang makan.

"Mereka teh meninggalkan salah satu rekannya disini untuk menyimpan uang yang mereka sisakan untuk makan."

"Kenapa begitu?" tanya Jeff.

"Aduh, masa aku harus menjelaskan semuanya? Tentunya setiap orang di zona perang butuh makan, kan?"

"Ya iyalah!"

"Bagaimana caranya mereka beli makanan?"

"Ummm.. yaa.. tinggal kembali ke zona aman?"

"Kalau begitu aku mau menunggu di dekat zona aman saja. Membegal mereka yang mau beli makan. Mereka mah pasti bawa uang untuk beli makan."

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang