14. Ajian Macan Putih

815 100 2
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan kami dengan Harvey. Sepertinya sekarang Harvey sudah mengetahui bahwa ada yang tidak beres. Tentu saja, tidak mungkin dia masih tidak menyadari bahwa jumlah penantang yang mengambil ujian telah berkurang drastis. Terlebih lagi, dia pernah hampir memergoki kami.

Kecurigaan ini didukung dengan kebiasaan Harvey yang semakin sering berpatroli. Orang-orang yang ditugaskan untuk merekrut para penantang beberapa kali hampir kepergok saat beraksi. Untungnya, kami belum pernah sampai tertangkap basah. Kami harus lebih berhati-hati lagi.

Daniel mengurung para penantang yang kami rekrut di sebuah ruangan di lantai ini. Anggota kami menjaga agar mereka tidak keluar. Dengan banyaknya jumlah anggota yang sekarang kami miliki, sekarang kami sudah sampai di tahap mencegat penantang sejak mereka baru menginjakkan kaki di lantai ini. Sekarang, jumlah penantang yang masih berkeliaran di lobby dan mengambil ujian sudah sangat sedikit karena mayoritas penantang sedang berada di ruangan ini baik yang setuju maupun tidak setuju dengan gerakan ini.

Aku tidak setuju dengan hal ini. Tapi setelah Daniel menyelamatkan kami saat hampir kepergok merekrut penantang lain, kami jadi berhutang budi padanya. Kami harus diam dan menurut.

Daniel sedang duduk di depan menghadap ke kami, para penantang yang sedang berkumpul. Di sebelahnya ada palu super besar yang selalu ia bawa kemana-mana. Di kanan kirinya, berdiri dua anggota berbadan besar yang bertindak sebagai bodyguardnya. Padahal, aku ragu kalau dia membutuhkan bodyguard mengingat badannya tidak kalah besar dibanding bodyguardnya.

"Dia dari keluarga bangsawan tinggi." Ivan menjelaskan kepada kami tentang siapa Daniel.

"Bangsawan tinggi? Lebih tinggi dari bangsawan?" tanya ku sambil menjahit sepatuku yang kembali jebol.

"Bisa dibilang, dihadapan bangsawan tinggi mah semua orang adalah rakyat jelata." sahut Andy.

"Hmm, pantas saja dia terlihat begitu sempurna."

"Dia mah pasti mendapatkan yang terbaik sejak kecil." Andy menjelaskan. "Gizi yang terbaik, guru yang terbaik, sekolah yang terbaik, lingkungan yang terbaik. Berbeda dengan kelas menengah sepertiku yang hanya bisa makan seadanya."

Kalau kelas menengah saja dibilang hanya makan seadanya, bagaimana dengan rakyat jelata seperti aku, Ivo, dan Jeff?

"Apakah para bangsawan tinggi semuanya terkenal? Kemarin kamu langsung berlutut begitu mendengar namanya." tanya Jeff.

"Semua orang utara pasti tahu keluarga Campo. Campo adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Barkara di antara keluarga bangsawan tinggi yang lain. Mereka sangat disegani, bahkan ditakuti. Mereka bisa melakukan apa saja yang mereka mau. Kalau mereka ndak suka dengan Jeffi do, ndak perlu menunggu besok do, nanti malam Jeffri akan lenyap dari muka bumi ini. Lebih hebatnya lagi, mereka tadinya hanyalah kelas menengah. Mereka memperoleh semua pengaruh itu dalam waktu yang sangat singkat bahkan sampai dianggap mustahil. Hanya dalam waktu 30 tahun saja, mereka yang tadinya bukan siapa-siapa berubah menjadi keluarga yang paling berpengaruh. Semua diawali dengan kakek Daniel yang berhasil menjadi ksatria hitam. Lalu, kekayaan mereka terus bertambah hingga mereka bisa memiliki tanah sendiri. Keluarga mereka menempati posisi penting di kerajaan meski sekarang kakek Daniel sudah pensiun sebagai ksatria hitam. Belum ada keluarga lain yang memperoleh pengaruh sebesar itu dalam waktu yang sesingkat itu. Karena itulah keluarga mereka sangat dikagumi dan diidolakan orang-orang utara." Tumben sekali Ivan ngomong panjang lebar.

"Wow..." hanya itu komentar Ivo dari tadi.

"Kalau dia dari keluarga yang seberpengaruh itu, kenapa dia tidak membayar uang suap saja? Itu pasti urusan gampang buat keluarganya." aku bertanya karena penasaran.

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang