49. Abdi Satrio Piningit

212 37 0
                                    

Brak!

Aku menjatuhkan lawanku ke lantai. Aku mencengkram dan menarik paksa topengnya hingga lepas.

Mata biru itu... mata yang sudah lama tidak ku lihat. Dia tersenyum kepadaku.

Bhuak!

"Bangsat kamu Jeff!!!! Kemana saja kamu!!" Teriakku sambil memukulinya.

"Aduh! Aduh! Ampun, Vo! Hahaha."

Air mataku jatuh. Aku menangis dan memeluk sahabatku.

***

JEFFRI PRAWIRA

Dua tahun lalu.

FWOOSH!

Sesaat setelah badanku terlempar keluar jendela tower, gravitasi menarik tubuhku. Saat tubuhku memotong udara dengan kecepatan yang mengerikan, sensasi kesemutan dan rasa geli melanda tubuhku. Rambutku berkibar liar di udara. Angin mendesis di telingaku dengan suara kencang.

Aku kesulitan bernafas karena dadaku rasanya seperti diremas. Aku berusaha menggapai apapun yang bisa kugapai, tetapi tidak ada. Wajah Ivo dan Liz tiba-tiba terbayang dalam benakku. Kami begitu bahagia saat mencari sisa makanan sambil bermain bertiga.

Tunggu.

Aku... mau mati?

Dari sini aku bisa melihat ke dalam tower melalui jendela-jendelanya. Ada yang sedang bertarung, mengobrol, tertawa...

Seandainya aku masih punya kesempatan untuk melakukannya lagi...

Ahhhhh!!!! Aku tidak ingin mati!!

Tiba-tiba aku reflek meregangkan otot-ototku.

Badanku serasa bergerak sendiri ingin melindungi diri.

Aku menghirup nafas dalam... mungkin ini adalah hirupan nafas terakhirku. Aku mengolah nafas menjadi tenaga dalam, dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. Semuanya kulakukan tanpa sadar.

Tiba-tiba...

BLAM!

Semua terlihat gelap. Badanku sama sekali tidak bisa bergerak. Badanku rasanya remuk, seluruh udara dalam tubuhku keluar, dadaku sesak, aku tidak bisa bernafas.

Ah... mungkin aku sudah tidak perlu bernafas.

***

"... jatuh!"

"... dari atas!"

"... ke klinik!"

"Dia masih bisa..."

Hah...?

Dunia serasa berputar setiap kali aku berusaha membuka mata. Badanku tergoncang-goncang. Sepertinya aku sedang dibawa menggunakan tandu.

"Panggil Vincent! Suruh dia panggilkan dokter!"

Ugh... bertahan untuk tetap sadar rasanya terlalu berat.

***

IVORY MANGGALA

Kami berdua memandang keluar jendela tower. Dari atas, orang-orang di bawah sana tampak sangat kecil. Wilayah pusat terlihat sangat padat dan dipenuhi cahaya lampu yang menerangi malam, sangat berbeda kalau dibandingkan dengan wilayah tengah yang kebanyakan merupakan perkebunan dan lahan kosong yang gelap.

"Jeff... Bangsat kau."

"Hehehe."

"Aku menghabiskan dua tahun seperti orang gila, kupikir aku telah membunuhmu karena membawamu ke dalam tower."

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang