11. Ketenangan Sebelum Badai

900 118 1
                                    

ELIZABETH INDRASWARI

"Kukira aku teh sudah ketinggalan jauh dengan kalian. Tapi ternyata kalian nyangkut disini. Hahahah. Dasar bocah bodoh!" kata Andy.

"Hey, jangan samakan aku dengan mereka! Cuma mereka berdua yang bodoh. Aku sih, tidak." balas ku.

"Hahahaha. Ngomong-ngomong, aku teh mau langsung mengambil ujian, sampai ketemu di lantai yang lain ya. Cepat menyusul!" ucapnya seraya melambaikan tangan dan pergi.

"Loh, kamu sudah mempelajari semua bukunya? Sejak kapan?" Jeff seolah memprotes. Jelas, kita kan lebih dulu masuk ke lantai ini. Kok, Andy yang baru datang sudah mau ambil ujian?

"Aku sih baru tiba kemarin, tetapi aku sudah hafal semua isi buku ini di luar kepala. Aku mah sudah khatam belajar ini di akademi."

"Wah, curang sekali." aku merasa iri.

"Haha, jangan terlalu dipaksakan! Nanti kepala kalian yang tidak ada isinya itu meledak." ledek Andy.

"Hey! Sini ku ledakkan kepalamu sekarang!" kata Ivo bercanda.

Kami semua tertawa dan Andy pergi meninggalkan kami bertiga.

"Liz, ajari kami, dong!" Jeff merengek.

"Iya, Liz." Ivo juga minta diajari.

"Ajari awak juga." seseorang berbadan besar seperti beruang ikut menimpali.

Dia kan orang berbadan besar dari utara yang kami lihat di lantai satu, pikirku.

"Hey, itu kan orang yang melawan tuyul sendirian. Yang lantainya sampai retak-retak." bisik Jeff ke Ivo.

"Iya aku tahu."

"Kok dia bisa ada di sini? Kan dia sudah masuk tower sejak dari lama."

"Ya mana aku tahu?"

"Sepertinya cuma badannya saja yang dilatih, tapi otaknya tidak. Hihihihi."

"Awww!" Jeff tiba-tiba berteriak. Ivo menginjak kakinya. "Sakit bangsaaat." dia mengumpat dengan berbisik.

"Baiklah, ayo, aku ajari kalian. Tapi traktir aku makan siang setiap hari!" kataku. Ivo dan Jeff memang harus kubantu. Buat apa aku menaiki tower tanpa mereka? Sedangkan si badan besar ini, aku yakin dia akan berguna suatu saat nanti.

"Baik." jawabnya singkat.

"Aku rasa aku pernah melihatmu saat menjalani tantangan lantai pertama." aku mengutarakan yang dibisikkan Jeff dan Ivo. "Siapa namamu?"

"Ivan Patupang." hanya begitu saja jawabannya, singkat. Sepertinya orang ini tidak suka banyak bicara.

***

Kami berempat pergi ke kantin untuk makan. Aku, Ivo, dan Jeff kembali duduk di meja kami dengan membawa makanan kami masing-masing, tapi Ivan tidak.

"Kenapa kamu tidak makan?" aku bertanya padanya.

"Awak harus berhemat."

"Agar bisa membayari aku makan siang?"

Ivan tidak menjawab. Aku melirik ke Ivo dan Jeff. Mereka saling lirik satu sama lain.

"Oh, tidak tidak, tadi aku hanya bercanda, hahaha." kataku. "Makanlah!"

"Tapi tadi makananmu aku yang bayar, Liz." Kata Jeff.

"Iya nanti aku ganti." Kataku sambil memberinya sebuah tatapan kesal.

"Masalahnya kamu makan dua piring, Liz."

"Ssstt, itu tidak perlu dibicarakan keras-keras."

Aku ingat bagaimana kami menghemat uang saat baru lulus dari lantai satu. Kami belajar ilmu kebal hingga uang kami habis dan menjalani ujian dengan kelaparan.

The Trials of SatriakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang