Page 1

18.4K 944 55
                                    

Apasih yang terlintas dipikiran kalian saat mendengar kata mahasiswa? 

Organisasi? laporan? tugas? ambis? pengen pulang? 
Oh semuanya akan termasuk, tentu saja. Bahkan tak jarang ada yang menginginkan kisah romansa paling romantis dalam hidupnya saat kuliah. Namun hal itu tidak berlaku untuk Haechan sepertinya. Haechan Subiantoro namanya, mahasiswa semester akhir yang tinggal nyusun skripsi habis itu lulus, mahasiswa yang terkenal dimana-mana karena sering riwa-riwi dipanggil banyak organisasi untuk meminta bantuan atau meminta saran. Maklum mantan ketua bem, sekarang Haechan hanya ingin fokus skripsi dan magang, dia harus bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Itu pikirnya. 

Pagi ini Haechan bangun tak perlu buru-buru seperti semester sebelumnya, kelas siang benar-benar surga dunia baginya yang banyak begadang ini. Selain menjadi mahasiswa ambis, Haechan juga buka jasa joki tugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, apalagi masa jabatannya sudah habis, makin-makin lah Haechan bersemangat untuk membuka jasa joki tugas. 

Ketika Haechan bangun jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Mae begitulah Haechan memanggil orang yang telah merawatnya sejak kecil itu. 
"Cie anak Mae udah bangun, begadang mulu kamu ini. Mae udah bilang jam 12 paling mentok, malah tidur jam tiga pagi." ucap Ten. 

"Kerjaannya harus selesai Mae." Haechan duduk lesehan di sofa usang di depan televisi yang menayangkan berita pagi ini, sudah sering mendengar ocehan Ten, jadi lebih baik dia mendengarkan update berita hari ini. 

"Dengerin, kalo Mae ngomong tuh." tiba-tiba Ten datang dengan sepiring nasi goreng dan sebuah jeweran di telinga Haechan. 
"Adududuh, lagian Mae ngomel kok, bukan ngomong baik-baik." Haechan malah ngeles, kebiasaannya. 

"Teros ya, alesan teros." ucap Ten. 
"Hehe, makasih Mae." Haechan menerima sepiring nasi goreng dengan senyum cerahnya, bagaimana bisa Ten marah lebih lama saat melihat anaknya bersikap seperti itu. Ten kembali ke dapur untuk mengambil tas berisi puluhan mika tahu mercon dan satu tas lagi berisi bungkusan nasi rames yang akan dia titipkan ke warung kopi sebelah, lumayan uangnya untuk tambah. 

"Mae ke warung dulu ya. Kamu kelas jam berapa?" tanya Ten, 
"Jam setengah dua Mae, paling nanti pulangnya agak sorean Mae." Ten selesai memakai jaket abu-abunya dan menenteng dua tas dari anyaman plastik di kedua tangannya.
"Oh yaudah, kalo pulangnya sebelum maghrib nanti anterin Mae ke tempat kerja ya?" kepala Haechan mengangguk mendengar ucapan Ten sembari menghabiskan nasi goreng buatan Ten yang menurut Haechan kelewat maknyus itu. 




Biasanya setelah mengantarkan makanan ke warung Ten akan pergi untuk tidur atau pergi ke rumah tetangga untuk berbagi informasi sambil membantu mereka yang sedang panen. Haechan berangkat ke kampus jam setengah satu siang, disaat matahari diatas kepala. Jarak kontrakan Haechan dengan kampus sekitar empat kilometer, Haechan datang lebih cepat karena ingin merasakan AC kelasnya. Maklum dirumahnya mana ada AC. 

"Woi mbul!" Haechan menoleh ketika suara cempreng itu memanggilnya, tentu dia sudah hafal betul dengan suara itu. Yeji, si sipit.

"Widih, gaya pak bem emang gapernah gagal meskipun naiknya motor beat." ucap Yeji. 
"Mantan ketua." Haechan mengoreksi, mereka berdua berjalan bersama menuju ke kelas, sudah tak tahan dengan panas. Apalagi Yeji dengan kulit putihnya belum ada lima menit kena matahari sudah merah saja kulitnya.

"Tumben lo sendiri, pacar lo kemana?" tanya Haechan. 
"Gatau, molor kali." Yeji nampak tidak peduli, hubungan Yeji dan Hyunjin juga love hate relationship. Suka ngata-ngatain satu sama lain tapi itulah cara pengungkapan perasaannya. 

"Dosen kita siapa deh di kreatif periklanan?" tanya Haechan.
"Kalo nggak salah sih doli kita." mendengar itu Haechan menghentikan langkahnya, dia lupa memeriksa siapa yang mengajar dan asal ambil matkul sesuai dengan buku panduan tapi yang masih dia sukai. 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang