Page 35

2.8K 312 25
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Jeno dan Haechan, tak terasa memang dua anak itu akhirnya akan mengikat diri dengan janji suci di altar. Haechan kini masih berada di ruang rias bersama dengan Ten dan Piyo, diluar terdengar suara Yeri yang tengah memandu acara.

"Adek, lima menit lagi loh, ayo keluar yuk." ajak Ten, tetapi Haechan yang kini terlihat sangat gugup, Ten meraih tangan Haechan sambil tersenyum.
"Nak, semuanya bakal baik-baik aja, Mae percaya sama Jeno bisa jagain kamu baik-baik. Jangan mikirin gimana sikap Papa kamu selama ini, dia nggak sama kayak Jeno. Jeno anak baik ya? Mama juga ada Mas kun, Mama nggak mau kamu jadi trauma sama pernikahan karna Papa kamu." Ten mengusap punggung tangan Haechan dengan lembut, Ten tidak ingin anaknya jadi trauma karena perlakuan Johnny yang hanya membawa petaka bagi Ten maupun bagi Haechan. 

"Iya ma.." Haechan mati-matian menahan air matanya, dia tidak boleh menangis sekarang, ia bahkan sampai mendongakkan kepala agar tidak menangis. 
"Jangan nangis, yuk keluar, abangmu udah nunggu diluar." ucapan Ten membuat hati Haechan lebih tenang, ia bangkit dari duduknya dan keluar bersama dengan Ten. 

Hendery sudah menunggu diluar ruangan, acara pernikahan mereka dilakukan outdoor dengan pemandangan taman indah milik penginapan. 
"Lama amat lo dek, nggak ngompol kan?" pertanyaan Hendery membuat Haechan mencebik, ia menginjak kaki Hendery yang membuat kakaknya itu mengaduh. Piyo yang melihat itu terkikik pelan, 

"Kakak-kakak lucu." Piyo berucap dengan bahasa isyarat, baik Haechan, Ten, dan Hendery, mereka kompak belajar bahasa isyarat agar bisa berinteraksi dengan Piyo.
"Dia yang nyebelin tau dek." Haechan berucap dengan bibirnya yang mengerucut, 
"Ssst udah-udah, serius." Ten menabok pantat Haechan dan Hendery bergantian, membuat anak-anaknya itu meringis dan mengubah mode menjadi mode serius. Ketika Yeri memanggil nama Haechan, Hendery yang kini mengamit lengan Haechan berjalan bersamaan ke panggung. 

Semua orang turun dari panggung setelah Haechan sudah bersama dengan Jeno, upacara pernikahan itu akhirnya dilaksanakan dan semuanya berjalan dengan lancar hingga setelah acara janji suci itu Haechan berkumpul dengan keluarganya, sesi foto bersama dilakukan setelahnya.

Ditengah sesi foto itu, seseorang yang familiar di mata Haechan membuat fokus Haechan teralihkan. Johnny datang bersama dengan Doyoung. 

Jeno merasakan genggaman tangan Haechan makin erat, ia menoleh ke arah Haechan yang terdiam kemudian mengalihkan pandangan ke arah yang dilihat oleh Haechan sekarang. Ternyata anak itu menatap Johnny dan Doyoung berjalan menghampirinya, oh, lebih tepatnya mereka. 

Ten yang melihat itu terlihat kesal, dia tidak ingin mengundang Johnny tetapi mau bagaimanapun Johnny Ayah kandung Haechan, jadi Ten rela saja tetapi tidak untuk bicara dengan Johnny juga. 
"Selamat atas pernikahan kalian berdua." ucap Johnny,
"Bunda seneng akhirnya kamu nikah juga." Doyoung memeluk tubuh Haechan lalu tersenyum pada Jeno. 
"Makasih Om, Tante." ucap Jeno. 
"Panggil Bunda sama Ayah aja, kan udah jadi menantu." ucap Doyoung, mereka berdua hanya tersenyum mendengar itu.

Jeno tahu kalau Doyoung juga mengajar di kampus, beliau terkenal baik dan sabar di kampus, bahkan menjadi dosen favorite mahasiswa meskipun galak sedikit. 
"Ayo foto bareng, Bunda mau pajang juga nanti dirumah." ucap Doyoung, ia dan Johnny lantas berpose di samping Jeno dan Haechan. 
"Jeno, jagain Haechan baik-baik ya." ucap Doyoung,
"Iya...Bunda." setelah itu Doyoung dan Johnny pergi untuk memakan makanan prasmanan yang disediakan. 

Haechan melirik kearah Ten, Mama-nya itu terlihat sedang bersama dengan Kun, calon Papa barunya itu terlihat menjaga Ten dengan baik bahkan menenangkan Ten. Haechan bersyukur, ternyata Om Kun orang yang baik sama seperti yang dikatakan oleh Ten. 

"Mau makan juga sayang? laper nggak?" tanya Jeno,
"Laper, mau makan bentar emang boleh?" tanya Haechan,
"Boleh dong sayang, masa nggak boleh." Jeno tersenyum, 
"Sesi foto sama keluarga udah selesai, ayo duduk disana dulu, aku ambilin makan-nya dulu ya." Jeno menunjuk satu meja yang ada disamping panggung, Haechan menganggukkan kepala dan pergi untuk mengambil makanan untuknya dan Haechan. 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang