Page 8

5.6K 579 27
                                    

"Atau...atau bapak mau liat foto saya lagi yang kayak waktu itu?" Jeno terbatuk mendengar ucapan Haechan barusan, anak itu terlihat menundukkan kepala dengan wajah yang memerah. 

"M-maksud kamu?" pertanyaan Jeno malah semakin membuat Haechan malu, tapi dalam hati Haechan dia sudah kepalang malu jadi sekalian saja dia malunya.

"Bapak waktu itu liat wallpaper saya yang kurang enak diliat itu kan?" Jeno yang mendengar itu langsung paham maksud Haechan, 
"Itu bukan termasuk gambar yang kurang enak dilihat sebenernya." ucapan Jeno membuat Haechan diam, berfikir keras untuk mengerti apa yang dimaksud oleh Jeno. 

'Jadi maksudnya foto gue enak dilihat?'

"Jadi?" 
"Haechan, mumpung kamu bahas soal ini. Maaf kalo saya udah lancang liat wallpaper kamu waktu itu dan maaf kalo saya merasa suka. Jangan anggep saya apa-apa tapi emang begitu kenyataannya." ucapan Jeno justru membuat wajah Haechan semakin memerah. 

"Jadi...bapak suka?" pertanyaan Haechan tidak langsung dijawab oleh Jeno, pria itu mengalihkan pandangan dan mengangguk kecil. 
"T-tawaran saya tadi, bapak mau?" ucapan Haechan membuat Jeno menoleh kembali menatap Haechan, 
"Saya ikhlas bantu kamu, Haechan. Saya nggak perlu bayaran balik." jawab Jeno dengan senyuman. Melihat itu Haechan langsung menolehkan kepalanya, dia ingin menghilang saja sekarang. 

"Haechan lo goblok banget!"

"Makasih ya, jamunya enak." Jeno bangkit dari duduknya, 
"Kamu istirahat aja, nggak perlu anter saya kedepan, kaki kamu masih sakit." ucap Jeno. Lantas Haechan tak banyak menolak, hanya melihat punggung Jeno yang keluar dari rumahnya dan senyum perpisahan sebelum bertemu lagi nanti setelah Haechan kembali kuliah nanti. 

"Gimana caranya ngadepin Pak Jeno nanti Ya Tuhan! gue malu banget!" Haechan mengambil bantal sofa lalu menutupkannya pada wajahnya. Tolong dia tidak ingin keluar sampai minggu depan. 




Malam harinya secara tak disangkan Hyunjin bersama dengan Yeji datang ke rumah Haechan, membuat keadaan rumahnya yang tadinya sepi karena Haechan hanya sendiri menjadi sangat ramai karena kehadiran si duo bacot. 

"Tapi motor lo keliatan baik-baik aja tuh." Yeji mengunyah pisang gorengnya sambil melirik ke arah motor Haechan yang diparkir di teras rumah.

"Udah dibengkelin sama Pak Jeno." 
"Hah?!" 

Haechan berhenti bergerak, baru sadar akan apa yang dia ucapkan. 
"Kok lo sama Pak Jeno?"
"Jangan ngawur dengan jawab Pak Jeno tukang bengkelnya karna itu ga mungkin banget." bahkan sebelum Haechan menyangkal, Hyunjin sudah menyangkal terlebih dahulu.

Haechan terdiam, dia sudah tidak bisa mengelak lagi. Pada akhirnya Haechan menceritakan apa yang terjadi malam itu hingga Jeno yang pergi ke rumahnya untuk mengantar motor. 

"Gue kirain lo ada apa-apa sama si bapak." ucap Hyunjin,
"Tapi Pak Jeno ganteng sih emang. Lo nggak mau mepet Chan? lumayan lho." Yeji malah mengompori, tentu saja Haechan langsung menolak. Dia dan Jeno itu bagaikan langit dan bumi.

"Pala lo, dosen kita itu." ucap Haechan,
"Kan cuma dosen sementara buat gantiin Pak Icul aja." Yeji menjawab seenaknya, tapi Haechan tetap tidak setuju, mau bagaimanapun hubungan antara mahasiswa dan dosen bisa memunculkan gosip-gosip tak mengenakkan nantinya.

Kenapa dia jadi berfikir untuk berkencan dengan Jeno?!

Haechan menggelengkan kepalanya, tidak, dia tidak mungkin suka pada Jeno kan
Tidak kan?





PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang