Page 26

4.2K 424 14
                                    

Haechan berjalan menghampiri Jeno yang sedang duduk digazebo belakang rumahnya, cuaca hari ini mendung dari pagi, Haechan membaringkan tubuhnya dengan kepala yang berada dipaha Jeno, pria itu sedang membaca buku. 

"Mas.. udahan ih baca bukunya." Haechan kini sudah mau merengek kepada Jeno, tak ada lagi Haechan yang mandiri dan dikenal tegas di kampus itu. Jeno menyingkirkan bukunya setelah menaruh pembatas bentuk beruang yang diberikan Haechan, 

"Mau apa sayang?" tanya Jeno,
"Ngapain gitu, mumpung nggak ngapa-ngapain." 
"Nggak mau nyicil skripsi kamu?" Haechan mengerucutkan bibirnya, ini hari Minggu! dia tidak mau memikirkan skripsi, melihat wajah Haechan yang menunjukkan penolakan membuat Jeno terkekeh. 

"Iyaudah mau ngapain sekarang?" 

"Duh anak muda kalo lagi pacaran mah suka lupa dunia." atensi Haechan dan Jeno langsung teralihkan pada Taeyong yang berdiri di pintu belakang, Haechan bahkan sampai langsung duduk. Taeyong tersenyum, 
"Tuh bebek gorengnya udah dateng, ayo makan dulu." ajak Taeyong, mendengar kalau makanan kesukaannya sudah datang membuat Haechan senang, ia sampai menarik tangan Jeno agar cepat-cepat ke ruang makan, disana sudah ada Jaehyun, Taeyong, Mark, dan juga Jaemin. 

"Ayem banget pacaran dikebon." ucap Mark,
"Dih, kayak lo dulu pacaran nggak nongkrong di kebon juga aja." balas Jeno sambil duduk disamping Haechan yang masih berdiri untuk membantu Taeyong membagikan piring berisi nasi. 

"Oh iya, kalian mau resmiin tunangan kalian kapan?" tanya Jaehyun yang mengarah pada Jeno dan Haechan, si manis menatap Jeno untuk mencari jawaban, sebenarnya dia belum siap kalau sampai ada pesta pertunangan ini.

"Liat aja kedepannya, lagian begini aja udah cukup kok. Langsung ke hari-H juga malah enak." Jeno menjawab dengan enteng, tak memperdulikan wajah Haechan yang memerah apalagi ketika mendengar kata hari-H, apa Jeno sudah pasti akan menikahinya? 
"Yaudah kalo gitu sih malah bagus." ucap Taeyong. 

Setelah itu mereka mengobrolkan banyak hal lain, apalagi tentang rumah milik Mark dan Jaemin yang sedang dalam pembangunan, Jaemin menginginkan rumah yang memiliki taman yang luas, setidaknya untuk dirinya menikmati embun pagi. 


Selepas makan siang, Haechan dan Jeno pergi untuk menonton bioskop, jadwal film masih tayang dua jam lagi jadi mereka berkeliling mall terlebih dahulu. Jeno melihat Haechan yang berjalan sambil memainkan ponsel, katanya masih balas chat Yeji yang galau karna Hyunjin. 
"Jangan kelamaan main hapenya." Jeno menarik lengan Haechan ketika anak itu hampir saja menabrak seseorang karena terlalu fokus dengan ponsel, anak itu menunjukkan cengirannya, ia kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku jaket dan membiarkan Jeno menggenggam tangannya. 

"Mas, beli mixue yuk." ajak Haechan, 
"Dek, kamu kemaren waktu kita jalan beli mixue tiga terus besoknya flu." 
"Satu ajaaa." Haechan tak menyerah, meskipun kemarin sempat overload mixue, tapi kali ini dia janji tidak akan membeli terlalu banyak. 
"Satu aja ya?" kepala Haechan mengangguk dengan semangat, ini saja dia masih suka mampet hidungnya, tapi apa peduli, dia mau mixue. Akhirnya mereka mampir ke kedai mixue untuk membeli es krim yang terkenal karena badut dan lagunya itu, setelah itu mereka kembali berjalan-jalan, Jeno mampir ke toko arloji untuk membeli satu, mungkin. 

"Mas." 
"Hm?" Jeno melirik ke arah Haechan sekilas, lalu kembali fokus memilih jam. 
"Mas beneran mau nikahin adek?" Jeno yang tengah mengambil satu jam yang dia pilih lantas menatap Haechan, ia menarik tangan kanan Haechan kemudian memakaikan jam tangan yang dia pilih dipergelangan tangan Haechan,
"Ya saya serius, masa boongan?" mendengar jawabannya itu Haechan jadi malu-malu sendiri, namun ia tersadar saat sebuah jam tangan sudah berada ditangannya, 
"Mbak yang ini ya, satu lagi." ucap Jeno,
"Mas ini satu harganya 10 juta loh." 
"Ya terus?" 
"Mending beliin aku saham mixue aja." 
"Iya nanti sekalian saya beliin." 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang