Page 22

4.9K 488 8
                                    

Jeno menjemputnya hari ini, setelah Haechan begadang semalaman karena membungkus cookies dan gugup akhirnya pagi ini Jeno sudah berada di depan gedung apartemen untuk menjemputnya. 

"Bubu pasti suka cookies buatan kamu." ucap Jeno,
"Ish, kan Bubu belom coba, gimana tau suka apa enggaknya?" Haechan membalas dengan bibir mengerucut sambil duduk di kursi mobil, Jeno menutup pintu belakang setelah memastikan kalau paperbag berisi cookies buatan Haechan sudah aman. Pria itu kemudian duduk di kursi kemudi dan langsung memakai sabuk pengaman sebelum melajukan mobilnya. 

"Tenang aja, Bubu pasti suka. Kan saya udah coba juga yang." Jeno meraih tangan kanan Haechan, menautkan jemari mereka di sisa perjalanan sambil mengobrol ringan. 

Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk tiba di kediaman Jeno, mobil hitam itu berhenti di garasi yang sudah terisi dengan tiga mobil. Haechan masih berdiam di kursinya sejenak sebelum keluar dari mobil, Jeno sudah berada di depan Haechan dengan paper bag ditangannya. 

"Ayo, Bubu sama Papa udah nungguin, kita sarapan dulu ya?" kepala Haechan mengangguk menanggapi ucapan Jeno, mereka berdua lantas masuk ke dalam rumah dengan Haechan yang memeluk lengan kiri Jeno. 

"Nah itu anaknya dateng, duh calon mantu Bubu gimana kabarnya nak?" Taeyong terlihat menyambut kedatangan Haechan bahkan sampai berdiri dan merebut Haechan dari Jeno untuk dipeluk. 

"Baik kok ta- eh..Bu." Haechan membalas pelukan Taeyong lalu mereka melepaskan pelukan, 
"Anu..Aku nggak tau apa yang Bubu sama Papa suka jadi aku cuma bisa bawain cookies aja buat kalian." ucap Haechan malu-malu, Jeno bahkan sudah mengeluarkan beberapa toples cookies buatan Haechan ke meja makan. 

"Apa yang kamu kasih Bubu sama Papa pasti suka, apalagi Mark tuh liat dia udah makan duluan." Haechan mengalihkan pandangannya ke meja makan, dia melihat Mark yang sudah membuka satu toples dan memakan cookies buatannya,

"Enak Chan, lo buka toko kue aja dah." ucapnya dengan mulut penuh, 
"Telen dulu lo, keselek mampus." ujar Jeno. 

"Yuk sarapan dulu, maaf ya Bubu belom bisa masakin. Sama Papa nggak dibolehin soalnya." mereka duduk di kursi, Taeyong tentu memberikan tempat duduk disamping Jeno untuk Haechan dan dia disamping Jeno yang berhadapan dengan mereka. 

"Ya kan kita baru pulang dari Bali sayang, kamu pasti capek." ucap Jaehyun.
"Padahal kita kesana juga liburan bukan kerja." balas Taeyong. 

"Nggak papa kok, kan bisa kapan-kapan lagi aku cicipin masakan Bubu." balas Haechan,
"Oh iya, apa kamu nggak mau tinggal dirumah ini juga? biar Bubu ada temen disini." mendengar pernyataan Taeyong yang terlalu tiba-tiba itu Haechan tidak bisa langsung memberikan jawaban dan beberapa kali menatap Jeno.

"Eh anu..nggak dulu deh...em...Mae sendirian soalnya dirumah." jawab Haechan. 
"Loh kan ada Ayahmu kan?" lidah Haechan kelu, dia tidak tahu bagaimana caranya menjelaskannya. 

"Haechan tinggal sama Mama kandungnya, Ayahnya cerai dan Bunda Doy itu Bunda tirinya Haechan." Jeno mengambil alih pembicaraan, dia melihat Haechan yang gugup jadi dia merasa kalau dia bisa menjelaskannya. 

"Eh maaf ya, Papa sama Bubu nggak tau." ucapan Jaehyun dibalas senyuman oleh Haechan, 
"Nggak papa kok, Pa." ujarnya. Dibawah meja sana tangan Jeno mengusap tangan Haechan dengan lembut, memberikannya semangat dan seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. 

"Oiya Mark, jadi persiapan pertunanganmu gimana?" tanya Taeyong.
"Udah selesai kok, lusa tinggal dateng aja. Undangan juga udah disebar dari minggu lalu." Mark menjelaskan, ia dan Jaemin akhirnya bisa mengadakan pesta pertunangan mereka secara resmi.  

"Baguslah, terus Jaemin gimana sama keluarganya?" tanya Jaehyun,
"Masih di Jepang, malem ini berangkat kok." jawab Mark. 
"Syukur semuanya udah selesai, tadi juga udah disimpen di ruang ganti. Lancar-lancar ya lusa acaranya, Haechan kamu ikut kan?" Taeyong menatap Haechan yang terlihat sedang memakan sarapannya dengan nikmat,

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang