Page 15

4.9K 543 16
                                    

Haechan masih diam menanggapi ucapan Ayahnya barusan, 
"Haechan?" suara panggilan itu membuat Haechan sadar dan dia menatap Doyoung yang memanggilnya, namun Haechan tak menjawab, ia lantas menatap Ayahnya.

"Kenapa kesini?" tanya Haechan,
"Ya Ayah mau liat gimana keadaan kamu." Johnny menjawab, sang anak mencebik kemudian ia berjalan menuju ke dapur dimana terdengar suara kebisingan. 

"Mae." Haechan berjalan mendekati Ten yang terlihsat sedang membuat teh hangat, 
"Eh udah pulang kamu?" senyuman yang di dapatkan Haechan, terlihat menyakitkan dimatanya.
"Mae gaperlu ke ruang tamu buat nemuin mereka, biar Echan aja." ucap Haechan,
"Nggak papa, kita harus jadi tuan rumah yang baik ya?" Ten mengusap kepala Haechan dengan lembut, 
"Tapi-"
"Mae nggak papa, kejadian itu udah lama. Toh apartemen ini dari Ayahmu kan?" kali ini Haechan mencoba untuk percaya pada ucapan Ten, setelahnya ia membantu Ten membawa kudapan dan teh hangat ke ruang tamu.

"Maaf ya makanannya nggak mewah-mewah amat." ucap Ten.
"Nggak papa, dirumah juga sama aja." balas Doyoung. 

Haechan duduk disamping Ten setelah menaruh cangkir teh diatas meja. Sungguh rasanya sangat canggung sekali, melihat bagaimana Ayahnya membawa istri barunya di depan Mae, membuat Haechan merasa kesal dan sedih di saat yang bersamaan. 

Dan juga, Haechan terkejut kalau ternyata yang menjadi istri baru Ayahnya adalah Doyoung, dosen pembimbing magangnya sendiri. Kenapa dunia bisa sejahat ini padanya? Sekarang bagaimana cara dia menghadapi Doyoung sekarang yang otomatis menjadi Mama-nya juga. 

Ngomong-ngomong dia tidak tahu sama sekali tentang ibu tirinya karena dia bahkan tidak datang ke pernikahan mereka berdua. Oh Haechan sangat membenci Ayahnya waktu itu. 

"Gimana magang kamu? enak?" tanya Doyoung,
"Aman kok Pak, Mas Abin enak orangnya." ucap Haechan.
"Jangan panggil Pak lagi, nggak enak. Panggil Ibun aja, Hendery juga panggilnya gitu." mendengar itu Haechan hanya bisa menganggukkan kepala sambil tersenyum canggung. Aneh rasanya,

"Oh iya, Hendery nggak ikut? udah lama nggak liat dia." tanya Ten mencoba untuk mencairkan suasana karena mereka terdiam beberapa saat setelahnya,
"Hari ini dia keluar kota buat ngurus kerjaan." jawab Johnnya,

"Kamu mau liat fotonya? tadi dia kirim foto ke aku." tawar Doyoung,
"Boleh." Ten tentu saja menjawab dengan senang hati, sudah lama dia tidak mendengar kabar soal Hendery, dia merindukan anaknya itu, penasaran dengan bagaimana pertumbuhan anak pertamanya. 

"Dia sekalian main ke danau katanya." Doyoung menunjukkan foto Hendery yang dikirimkan padanya,

Ten melihat foto Hendery dengan senyum mengembang, anaknya tumbuh dengan baik dan terlihat sehat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ten melihat foto Hendery dengan senyum mengembang, anaknya tumbuh dengan baik dan terlihat sehat.
"Haechan mau liat juga?" tawaran Doyoung dibalas gelengan oleh Haechan,
"Nggak deh, hehe." 
"Udah males deh tuh ketemu terus di kantor ya?" tanya Doyoung yang lagi-lagi hanya dibalas tawa canggung oleh Haechan. 

Mereka bahkan tidak pernah bertegur sapa.

Haechan bingung, kenapa kakaknya bertingkah seperti itu? apa dia punya salah pada Hendery? sekilas Haechan melihat kearah Johnny yang tengah menikmati rokoknya, apa tujuan Ayahnya kesini? 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang