Page 4

6.3K 661 19
                                    

Jeno Pandhera, anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya adalah seorang guru di SMA sebagai guru seni musik, dia baru saja kembali dari luar negri, memutuskan untuk kembali ke Indonesia karena sudah bosan disana katanya. 

Jeno sendiri menjadi dosen sementara di alumni kampusnya setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya di Jerman. Jaehyun -sang Ayah- juga menyetujui kalau Jeno menjadi dosen sementara untuk membantu Pak Icul yang ingin melanjutkan S3. 

Malam ini setelah Jeno menyelesaikan tugasnya dan pergi hangout bersama dengan teman-temannya ia langsung pulang, dan pemandangan yang sangat luar biasa dia temui di dapur saat dia hendak mengambil minum. Ia melihat Mark dan Jaemin berciuman di dekat kulkas, sungguh, mentang-mentang kedua orang tua mereka sedang pergi ke luar kota untuk berjalan-jalan malah dimanfaatkan kesempatan untuk seperti ini.

"Misi, mau lewat ambil minum." Jeno dengan santainya berucap, Mark dan Jaemin langsung menghentikan kegiatan mereka, Jaemin terlihat malu-malu dengan wajah memerahnya sedangkan Mark menatap Jeno dengan kesal. 

"Lagi enak juga." ucap kakaknya itu, Jeno mendengus. 
"Dikamar lah, dapur tempat umum." Jeno menggeser tubuh Mark untuk mengambil satu botol air mineral dingin dan membawanya pergi ke kamar. 

Agak anjing tapi mau gimana lagi. Kalau di Jerman mungkin Jeno bisa mencium sembarang perempuan atau laki-laki manis di bar langganannya, sayang dia belum pernah ke bar yang ada disekitar sini. 

"Coba kesana kali ya?" Jeno bergumam, setelah meneguk air dia meletakkan botol dengan air tersisa setengah itu ke atas meja kerjanya dan berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 

Mungkin setelah ini Jeno akan pergi ke bar untuk minum dan bersantai sedikit. 







║▌│█║▌│ █𝐏𝐄;𝐀║▌│█│║▌║







Haechan menatap pintu ruangan PR yang sudah kembali menutup dalam diam, dia masih shock. Orang yang barusan dia temui membuat Haechan langsung teringat masa lalunya yang tak banyak diingat Haechan. 

Hendery Anta Mandala. 

Haechan tersenyum kecut melihat Hendery yang berlagak seperti orang asing bahkan menolehkan kepala darinya. Apa Haechan begitu dibencinya?
Terlalu larut dalam pikirannya membuat Haechan kaget ketika mendengar suara telefon di ujung meja, Haechan segera mengangkatnya. 

"Selamat sore, dengan Haechan."
"Mas Abin kemana ya?"

"Mas Abin lagi pergi nemuin klien." 
"Oh, yaudah kamu aja yang kesini ya? ada titipan buat mas Abin, tolong ambil di lobby ya."

"Oke Mbak." 

Setelah itu Haechan menutup telfon dan bersegera menuju ke lobby, yang sialnya disana dia bertemu lagi dengan Hendery. Bahkan ketika Haechan menyapa pria itu di meja resepsionist  Hendery hanya berdeham kemudian segera pergi setelah mengambil paket dokumen yang dia inginkan.

"Pagi mbak." sapa Haechan, 
"Eh, anaknya Mas Abin ya?" pegawai wanita itu menyambut dengan senyum dan mengambil sebuah bingkisan,

"Bukan Mbak, saya trainee di PR."
"Lah iya to, anak didiknya Mas Abin." wanita itu tertawa lalu menyodorkan paper bag pada Haechan, 
"Oh hehe, iya Mbak." 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang