Page 27

4.4K 415 24
                                    

Haechan mengambil satu botol air dari pendingin dari vending machine, keringat Haechan bercucuran akibat tunangannya yang semena-mena membangunkannya disaat tidur siang dan mengajaknya untuk lari mengitari lapangan basket dekat perumahan elite milik pria itu. Mereka kini berada minimarket setelah satu jam mengelilingi lapangan basket disertai workout yang Haechan benci. 

Abis olahraga nggak boleh minum dingin, baru seteguk yang diminum oleh Haechan. Jeno lalu menggantikannya dengan air mineral biasa yang langsung diminum oleh Haechan tentunya, 
"Mas lagi kurang kerjaan apa? nggak lagi ngajar?" mendengar pertanyaan itu membuat Jeno tertawa, melihat wajah jengkel Haechan sangat menyenangkan baginya. Bibirnya mengerucut sebal, Jeno terlihat memperhatikan sekitar sebelum dirinya mengecup bibir Haechan dengan cepet. 

"Sebenernya cuma pengen liat kamu ngomel gemes gini sih." ujarnya diliputi tawa, Haechan semakin kesal dibuatnya, ia memukul perut Jeno yang keras seperti papan cucian itu. 
"Nyebelin!" Haechan pergi dengan menyentakkan kakinya ke tanah dan berjalan menuju ke motor mereka yang terparkir apik di parkiran taman, ia langsung naik ke jok motor belakang sambil menunggu Jeno yang berjalan santai menghampirinya. 

"Habis ini kita jalan, jangan cemberut gitu. Bubu minta dibeliin beberapa barang, katanya mau belajar buat pizza sama pastry." mendengar itu Haechan mengangguk, ia memeluk Jeno dari belakang ketika pria itu melajukan motornya, sudah tidak marah ceritanya. 

Begitu sampai dirumah Jeno tentu saja anak itu akan mandi terlebih dahulu, bergantian dengan Jeno. 
"Eh Echan, udah selesai mandinya?" Taeyong terlihat sehabis dari dapur, lelaki manis itu membawa sebuah catatan di tangannya,
"Mas Jenonya belum selesai tapi." 
"Nggak papa, ini bawa dulu. Bubu mau ke kumpulan bentar, oke?" setelah itu Taeyong pergi meninggalkan Haechan dengan catatan belanjaan ditangannya, rambut Haechan masih setengah basah, handuk kecil bahkan masih bertengger dibahunya. Haechan duduk di kursi ruang santai sambil membaca satu persatu pesanan Taeyong, ada lumayan banyak yang harus mereka beli kali ini. 

Ngomong-ngomong Haechan sudah seperti dirumah sendiri saja ketika dirumah Jeno, mungkin karena terbiasa ke rumah besar itu, Haechan sampai hafal setiap sudut rumah ini. 

"Hayo ngapain?" entah sejak kapan Haechan melamun tapi yang pasti anak itu sampai tidak mendengar suara langkah kaki Jeno, pria itu menoel pipi Haechan dan membuat anak itu menoleh, Jeno memeluk Haechan dari belakang, menaruh kepalanya di bahu sempit Haechan untuk menghirup aroma sabunnya dari tubuh Haechan. 

"Mas gelii, ih udah." rengek Haechan. Jeno memberikan sebuah kecupan di pipi Haechan, 
"Gemes abisnya, pengen peluk sama cium kamu seharian." jawaban Jeno dibalas decakan oleh Haechan,
"Nggak mau, Mas nyebelin. Ayo berangkat, keburu gelap." Haechan berdiri dari duduknya, dia pergi ke depan untuk mengambil jaketnya yang digantung pada gantungan jaket di depan pintu masuk. 

Mereka akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan ini, tentu saja tidak akan ada di minimarket atau indomaret dan kawan-kawannya. 
"Mau jajan dulu nggak?" 
"Mauuu laper, tapi nanti masih mau makan pizza buatan Bubu." Haechan memeluk lengan Jeno, kali ini mereka mengendarai mobil, barang belanjaan mereka pasti banyak. 

"Pengen makan apa manisku??" Jeno membukakan pintu untuk Haechan, membiarkan anak itu masuk terlebih dahulu.
"Pentol mercon! mau itu, ayo beli."
"Tapi janji beli yang level 2 aja ya?" meskipun sambil mendengus Haechan mengangguk setuju. 





║▌│█║▌│ █𝐏𝐄;𝐀║▌│█│║▌║



PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang