Page 33.

2.9K 289 10
                                    

Haechan terkejut ketika tiba-tiba ada kunjungan dari orang tua Jeno ke rumahnya malam ini, padahal dia sedang menggunakan baju santai dan sedang bermain PSP bersama dengan Piyo. 
"Mas kok nggak bilang-bilang sih?" Haechan berbisik pada Jeno ketika Jaehyun dan Taeyong berjalan menuju ke sofa untuk duduk.

"Kejutan." Jeno tertawa kecil, 
"Aku panggilin Mae dulu ya," Haechan langsung pergi setelah mendapat persetujuan dari Jaehyun, buru-buru dia pergi ke kamar Ten yang kini sedang melipat baju. 
"Mae mae mae, cepet keluar mae ada orang tuanya Mas Jeno." Haechan dengan terburu-buru dan sedikit panik menarik tangan Ten. 

"Hah? Kok kamcagiya banget?" tanya Ten,
"Ihh aku juga gatau Ma." balas Haechan,
"Eh, yaudah kamu buat minuman sana. Untung Mae udah belanja jus buah-buahan tadi." perintah Ten diiyakan oleh Haechan, anak itu bergegas menuju ke dapur sekarang, di meja depan sudah ada beberapa makanan ringan untuk jamuan tamu meskipun lebih sering Haechan makan sendiri sih. 

Haechan memindahkan satu kotak jus jambu pada teko kaca lalu membawa satu set minuman beserta gelas ke ruang tamu. 
"Haechan duduk sini nak." Ten menepuk bagian kosong sofa disampingnya, mereka jadi duduk berhadapan dengan Jeno, Taeyong dan Jaehyun.

"Jadi mereka kesini mau bahas soal tanggal pernikahan kamu sama Jeno." ucapan Ten sedikit mengejutkan Haechan, tapi dia sendiri juga tahu kalau hari ini pasti akan terjadi. 

"Saya udah ngobrol sama Papa, kalau semisal bulan depan tanggal 29 gimana?" Haechan terlihat mengingat-ingat apakah ada kegiatan di tanggal 29 itu atau hari penting lainnya. Sampai akhirnya Haechan menganggukkan kepalanya,

"Aku nggak masalah kalau tanggal 29, Mama gimana?" tanya Haechan sambil menatap Ten, 
"Mama juga setuju kalo kamu setuju." ucap Ten. Semua orang disana tersenyum mendengar jawaban dari Haechan dan Ten.

"Kalau gitu, kita tukeran kontak boleh? banyak yang harus disiapin dan biar tau selera kalian gimana." Taeyong menawarkan pada Ten,

"Boleh boleh." kedua submissive tersebut terlihat asik mengobrol setelah bertukar kontak, 
"Jadi, kapan kamu jadi lulusnya?" tanya Jaehyun,
"Ini udah habis kelar sidang Om, jadi mulai ngurus berkas-berkas." Jaehyun menggelengkan kepala mendengar panggilan Haechan,

"Panggil Papa aja, kan udah mau jadi menantu." ucapnya, Haechan tersenyum malu-malu, dia akan segera menikah dengan Jeno, entah kenapa perasaannya jadi berbunga-bunga kalau dia ingat-ingat.
"Eh, iya Pa." 
"Bagus, nanti kamu kalau mau kerja boleh masuk ke perusahaan Papa kalau mau." ucap Jaehyun,
"Eh kalau itu aku udah dikontrak duluan sama Abang Dery, hehe. Disuruh kerja di perusahaannya yang baru." kepala Jaehyun mengangguk sebagai jawaban,
"Tapi kamu kalau nggak kerja juga nggak papa kok sayang." Jeno menambahi,
"Nggak papa, aku mau bantu Abang juga. Toh perusahaannya juga ada atas nama aku juga." mendengar hal itu Jeno dan Jaehyun tidak bisa lagi memberikan saran, keputusan Haechan adalah yang terbaik untuknya juga. Jaehyun juga memaklumi, Haechan masih muda dan baru lulus pasti menginginkan hal yang baru dan pengalaman bekerja setelah menempuh pendidikan. 

"Kalau butuh bantuan jangan sungkan buat tanya ke Papa atau ke Jeno, ya?" 
"Siap Papa!" Haechan menjawab sambil melakukan pose hormat pada Jaehyun, 


Setelah pertemuan dua keluarga itu, Haechan merebahkan tubuhnya di sofa ruang bersantai, Piyo masih disana sambil sesekali menguap karena mengantuk. 
"Piyo udah malem, mending bobok. Besok kamu sekolah." Piyo menolehkan kepalanya, anak itu menuliskan sesuatu pada papan mainan miliknya, 

'Piyo mau tidur tapi Mama masih bersih-bersih, Piyo takut tidur sendirian'

Haechan lupa, anak itu tidak bisa tidur sendiri, "Hari ini kakak yang temenin tidur ya?" mendengar itu kepala Piyo langsung mengangguk dengan semangat. Kedua kakak beradik beda Ibu itu terlihat senang pergi ke kamar Piyo. Haechan bahkan menyanyikan lagu tidur untuk anak itu. 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang