Page 18

4.8K 534 46
                                    

Waktu magang tiga bulan di perusahaan Johnny tidak terasa sudah berjalan dua bulan, dan dua bulan itu Haechan juga masih menjadi tunangan Jeno. Tak ada masalah selama ini karena Jeno memperlakukannya dengan baik, dan tidak melakukan hal aneh-aneh.


Haechan dan Mas Abin langsung kembali ke kantor setelah selesai kunjungan dengan stasiun TV untuk mengurus jadwal wawancara dan liputan, mereka kembali bertepatan dengan jam makan siang. Haechan tidak pergi ke ruangan PR, melainkan dari parkiran langsung keluar untuk pergi makan, Haechan sedang tidak mau makan makanan di kantin, ia sedang ingin makan bakso.

Ketika ia hendak menyebrang jalan, ia melihat Hendery yang juga baru keluar dari gedung. Kaki Haechan melangkah dengan cepat menghampiri sang kakak, memanggilnya dengan senyum di wajahnya. 
"Abang." Hendery menghentikan langkahnya lalu menatap Haechan,
"Ade belom makan?" kepala Haechan menggeleng sebagai jawaban, 
"Tadi abis dari stasiun TV."
"Yaudah ayo sekalian sama Abang, makan disana aja ya biar ga jauh-jauh." Hendery menunjuk cafe and resto yang ada disana dan Haechan mengangguk sebagai jawaban, mungkin dia bisa makan bakso dengan Jeno nanti. 

Sebenarnya Haechan juga memiliki tujuan kenapa dia mengajak Hendery untuk makan siang bersama, ada beberapa hal yang ingin Haechan tanyakan kepada kakaknya ini. Hendery memesan nasi goreng, sedangkan Haechan memesan mi goreng. Tentu saja sudah sepaket dengan minumnya. 

"Abang, Ade....boleh nanya?" Hendery mengangkat sebelah alisnya menatap sang adik setelah mengalihkan pandang dari ponselnya. 
"Abang kenapa benci sama Ade?" pertanyaan Haechan membuat hati Hendery tertohok, apakah dia terlihat membenci Haechan?

"Darimana kamu tau abang benci sama kamu?" tanyanya, kepala Haechan menunduk sambil memainkan jemari tangannya satu sama lain. 
"Abang keliatan nggak suka sama ade, waktu kemaren juga abang keliatan kayak pura-pura. Ade ada salah apa sama abang?" yang lebih muda memberanikan diri untuk menatap kakaknya, menagih jawaban yang bukan kebohongan belaka. 

Hendery terdiam, raut wajahnya berubah, nampak tidak senang. 
"Masih inget waktu kita pindah?" Hendery mulai bercerita sedangkan Haechan menyimak apa yang akan diucapkan oleh Hendery tanpa ingin memotongnya. 

"Aslinya gue pengen ikut Mae sama lo, tapi Ayah ngelarang dan bilang kalo perusahaan butuh penerus. Dan juga Ayah janjiin pekerjaan buat Mae. Tapi semuanya nggak ada yang jalan, gue nggak pernah dibiarin ketemu atau bahkan kontak sama kalian, dibawa sekolah ke luar negri biar nggak bisa ketemu sama kalian, 24 jam abang selalu diawasin, nilai akademik, pergaulan, jadwal, semuanya diatur sama Ayah sampe abang lupa kalo gimana cara hidup yang seharusnya. Gue iri sama lo, gue bahkan harus sembunyi-sembunyi demi dapetin kabar lo sama Mae, dan ngeliat lo bahagia sama Mae bikin gue iri dan nggak suka sama lo. Ketika lo bisa ketawa sama Mae, sama temen-temen lo, gue nggak bisa. Ketika lo dapet pujian dari Mae waktu dapet piala di olimpiade, gue nggak dapet apapun dari Ayah. Oke, gue dapet Bunda, tapi dia bahkan nggak bisa inget gue gasuka apa, gue alergi apa, bahkan gue pernah masuk RS karna Bunda nggak sengaja ngasih nanas di makanan gue. Gue juga menolak kasih sayang dari Bunda, fakta kalo dia selingkuhan Ayah selama bertahun-tahun dibelakang Mae bikin gue nggak bisa nerima keluarga itu secara itu. Dan lo tau yang paling mengerikannya adalah waktu adek tiri kita lahir, nggak lama dia menghirup udara, Bunda bilang dia nggak mau nerima dia karna dia di diagnosis nggak bisa bicara. Lo tau nasib dia sekarang gimana? Dia dipanti asuhan." 

Haechan tidak menyangka jika apa yang dilalui oleh Hendery bahkan lebih berat daripada cerita hidup miliknya, rasanya semuanya tidak sebanding dengan apa yang Haechan dapatkan sekarang. Dia masih bisa bahagia meskipun hanya berdua dengan Mae dan hidup dalam kesederhanaan, dia tidak kurang apapun. Tak masalah dia harus dibully perkara dikatai anak lonte atau apa, sakit..tetapi kini Haechan merasa kecil dihadapan Hendery. Ketika netranya menatap Hendery, dia bisa melihat semuanya, kesedihan, amarah, dan lelah...

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang