Page 28

3.4K 363 11
                                    

Hari ini Haechan menikmati hidupnya dirumah, Ten sudah berangkat bekerja sejak pukul 8 pagi tadi dan sekarang Haechan sendirian dirumah, Hyunjin bilang sudah dijalan menuju ke rumahnya. Karena hari ini mereka sama-sama tidak ada kegiatan maka inilah yang sering mereka lakukan, berkumpul ke salah satu rumah, Jisung dan Chenle juga akan menyusul setelah menyelesaikan urusannya. Biasanya Yeri ikut, tapi anak itu sedang ada kencan dengan pacarnya. 

Haechan sengaja tidak mengunci pintunya dan dibiarkan terbuka begitu saja, 
"Yo! rujaknya dateng nih!" suara cempreng milik Hyunjin terdengar sampai ruang tengah, padahal anak itu masih di halaman rumah. Jangan tanya kenapa Haechan tidak beranjak dari posisinya selama berjam-jam, tentu saja ini karena ulah Jeno! Dari pagi tadi ia sudah berniat untuk mengabaikan segala jenis pesan dan telfon dari pria itu, ia kesal setengah mati karena gara-gara dia, Haechan harus pelan-pelan saat berjalan. Ia seperti baru sunat, susah kemana-mana. 

Ten sudah mengomelinya satu jam pagi tadi ketika dia pulang dengan keadaan banyak kissmark, oh jangan lupa Ten juga mengomeli Jeno meskipun dengan tutur kata yang lebih baik. Kan Haechan merasa kesal?!

"Wih, yang dijebol lagi semalem berapa ronde bos?" pertanyaan Hyunjin sangat menyebalkan sampai Haechan ingin memukul kepala anak itu sekarang juga, tapi sayang, dia bergerak sedikit saja akan membuat bagian bawahnya sakit. 

"Diem lo anjing." Hyunjin tak mempedulikan Haechan yang marah, ia kemudian duduk disamping anak itu sambil mengeluarkan jajanan yang dia beli. 
"Ngapa sih sensi amat dah." Hyunjin memakan gorengannya, bersandar pada sofa.  
"Ya suka suka gue lah, yang kesel juga gue." balas Haechan, 
"YO! Gue dateng!" suara Chenle langsung menggema dengan Jisung yang berjalan dibelakangnya dengan banyak bawaan. 

Haechan yang melihat Jisung membawa kompor kecil dan juga bahan masak lainnya bingung,
"Kalian mo ngapain anjir? banyak amat bawaannya." 
"Loh, bukannya kesini buat makan hot pot?" pertanyaan Chenle langsung membuat tekanan batin Haechan dan Hyunjin,

Tapi pada akhirnya mereka membuat hotpot ala-ala dengan bahan-bahan yang dibelikan oleh Chenle, oh tentu saja Chenle yang berbelanja. Mereka menghabiskan waktu hingga sore menyambut. Hyunjin sedang mandi setelah Jisung keluar dari kamar mandi, Ten sudah pulang, Chenle dan Haechan masih di kamar Haechan sambil mabar. Tiba-tiba terdengar suara ban mobil yang masuk ke area rumahnya, Haechan lantas melihat ke jendela kamarnya yang menghadap ke halaman depan, mobil yang familiar dimatanya. Mobil milik Jeno.
"Wih, diapelin tuh sama Pak Jeno." Chenle mengunyah popcornnya sambil melihat kearah halaman Haechan, Jeno keluar dari mobilnya dengan paper bag ditangannya. 

"Adek, itu pacar kamu dateng loh." Ten menghampiri ke kamar Haechan, laki-laki manis itu bahkan masih menggunakan apron-nya. 
"Yaudah sih kalo dateng." Haechan nampak tidak peduli, tentu saja dia masih marah.
"Duh kamu ini pake acara ngambek segala ke Jeno-nya lama banget." Ten keluar dari kamar Haechan dan menghampiri Jeno yang masih berdiri di pintu samping rumah.
"Masuk aja, Haechan nya lagi ngambek tapi ya bujukin aja." ucap Ten.
"Makasih ya Ma."
"Mae lanjut masak dulu ya." Ten hendak pergi namun perkataan Jeno membuat Ten berhenti,
"Eh Ma, ini ada ayam kremes, tadi beli sekalian buat bujukin Haechan." Ten menerima paper bag berisikan beberapa kotak ayam kremes. 

"Duh jadi ngerepotin gini."
"Nggak kok Ma, kalo gitu saya temuin Haechan dulu." 
"Iya gih, anaknya manyun mulu tuh." Jeno terkekeh mendengarnya, pasti lucu. 

"Dek." Jeno mengetuk pintu terbuka itu dua kali sambil melongokkan kepala melihat ke dalam, 
"Sore Pak." sambut Chenle dengan senyum lebarnya,
"Eh sore Pak." Jisung yang baru masuk ke kamar langsung salim ke Jeno, 

"Dek, kenapa nggak bales chat sama angkat telfon saya?" Jeno masih berdiri sambil menatap tunangannya itu yang bahkan tidak melihat kearahnya. 
"Nggak mau masih marah. Gitu katanya." Chenle mewakili Haechan yang tidak mau bicara, meskipun temannya itu bahkan tidak bicara padanya tapi Chenle tahu apa yang terjadi pada Haechan, sangat jelas juga karena bekas kelakuan Jeno masih tercetak di leher dan bahu anak itu. 

PE;ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang