Acara yang dilakukan pada malam hari ini membuat Haechan bingung harus memakai apa, bahkan sampai di waktu pulang kerja Haechan masih bingung.
"Kayaknya gue harus beli yang baru deh, ga mungkin gue pake jas lama gue." Haechan tahu diri, setidaknya dia harus menggunakan pakaian yang setara dengan mereka jika tidak ingin dianggap mempermalukan Johnny.
Baiklah, Haechan harus pergi membeli baju waktu pulang kerja. Baru saja Haechan akan meninggalkan kantor karena Mas Abin juga sudah pulang lebih dahulu, Mbak Yuri masuk ke dalam ruangannya.
"Syukur belom pulang kamu, itu dipanggil Bapak." ucap Mbak Yuri,
"Eh iya makasih mbak."
"Ditunggu di ruangannya Bapak ya." kepala Haechan mengangguk sebagai jawaban, setelah itu dia langsung menuju ke ruangan Johnny yang ada di lantai atas.Tok! tok!
Haechan mengetuk pintu sebelum membuka kenop pintu dan berjalan masuk ketika melihat Johnny yang berdiri bersiap untuk pulang.
"Eh sini dek." Johnny memberi kode agar Haechan mendekat, dengan malu-malu Haechan berjalan menghampiri Johnny. Pria itu lantas memberikan sebuah paper bag pada Haechan,"Nanti kamu pake ini ya? Biar samaan kayak Ayah sama abang." ucap Johnny.
"Makasih Yah." Haechan menerima paper bag itu dengan senyum,
"Ati-ati di jalan pulangnya, motor yang Ayah kasih udah kamu pake ya?" mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan tanpa disadari, mendengar pertanyaan Ayahnya lantas Haechan menganggukkan kepalanya."Iya Yah, motor kemaren suka mogok." Haechan menjawab apa adanya, dia memang berencana membawa motor itu hari ini sampai hari ini dia rela naik gojek agar bisa membawa motor pemberian Ayahnya. Tentu saja, Haechan tidak membawanya pulang ke rumah, dia akan menitipkannya ke rumah Hyunjin nanti, dia masih belum menyiapkan jawaban jika ditanyai oleh Ten tentang darimana motor itu berasal kalau sampai ketahuan.
"Ati-ati ya nanti waktu berangkat." Johnny berpesan sebelum akhirnya mereka berpisah di parkiran, Johnny ke mobilnya dan Haechan ke motor barunya.
Haechan menatap motor sport merah itu sebelum akhirnya mulai menaikinya dan mengendarainya menuju ke rumah Hyunjin.
Tentunya Haechan sudah memberitahu Hyunjin sebelumnya, jadi ketika Haechan sampai dirumah Hyunjin anak itu sudang menunggu di depan rumah sambil nyemil biskuit roma kelapa dan satu cangkir teh. Kalau kata Hyunjin sih mau jadi anak senja,
"Gaya lo anak senja." Haechan berucap, ia membiarkan Hyunjin memboncengnya. Mereka sudah pamit ke orang tua Hyunjin dan pergi setelahnya.
"Lo motor sebagus ini kenapa nggak simpen dirumah lo aja dah?" tanya Hyunjin di tengah perjalanan,
"Mau bilang apa ke Mak gue njir kalo pulang bawa motor seharga ginjal?"
"Ya bilang aja dari bapak lo lah." Hyunjin memang sudah tahu perkara ini karena Haechan bercerita tentang Johnny minggu lalu, iya hanya Hyunjin."Lo tau sendiri gimana orang tua gue pisah." bukan rahasia lagi cerita perpisahan kedua orang tuanya diantara pertemanan Haechan.
"Iya juga, pasti langsung suruh balikin." Hyunjin tertawa.Mereka sampai di rumah Haechan saat jam setengah enam, Ten sudah bersiap untuk berangkat bekerja.
"Makasih ya udah dianterin Haechan-nya." ucap Ten pada Hyunjin,
"Wah iya mae santai aja, untung di saya juga." Hyunjin berucap dengan menatap Haechan yang menurut Haechan terlihat tengil."Gue pulang ya." pamit Hyunjin sebelum meninggalkan area rumah Haechan,
"Mae mau dianterin?" Haechan melepaskan jaketnya,
"Nggak usah, Mae mau bareng temen Mae kayak biasanya aja." Ten terlihat sudah siap dengan tas-nya,"Kamu kalo mau keluar-keluar jangan lupa kunci pintunya ya." pesan Ten sebelum meninggalkan rumah, oh, tak lupa mencium kening Haechan sebelum berangkat.
"Ati-ati Mae! temennya bilangin jangan negebut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PE;A
FanfictionA story about them, Haechan and Jeno. A student and his lecturer. ----------------------------------------------------------------------------------------- WARNING! bxb Trauma Family issues