Masa masa paling menyebalkan sebelum pernikahan adalah masa dimana mereka tidak boleh bertemu pasangan mereka selama satu minggu sebelum hari H. Dulu kalau ada yang membicarakan itu Haechan akan menyepelekannya, karena hanya satu minggu memang apa yang berat? Tapi sekarang dia merasakannya, dia rindu dengan Jeno!
Haechan berguling diatas kasur sedari pagi, Ten yang sudah beberapa kali mondar-mandir di depan kamar Haechan yang pintunya sengaja dibuka sekarang sudah tidak tahan melihat Haechan. "Kamu ini kenapa sih dek?" tanya Ten,
"Kangen Mas Jeno..." rengek Haechan,
"Halah, kemarin aja bilang sok-sok an nggak bakal kangen sama Jeno." Ten memukul pantat Haechan,
"Ituloh, hape kamu dibawah daritadi bunyi terus." ucap Ten,
"Kok Mae gak kasih tau?!" Haechan segera beranjak dari kasurnya dan berlari kebawah, tadi dia menonton TV, dan sepertinya ponselnya tertinggal di sofa.Ketika Haechan melihat kumpulan notifikasi ternyata ada panggilan Jeno diantaranya, Haechan berdecak, bagaimana bisa dia melupakan ponselnya? Dengan segera Haechan menelfon Jeno kembali, tak butuh waktu lama bagi Jeno untuk mengangkat panggilan dari Haechan.
"Kemana aja dek?"
"Hape nya kelupaan di sofa bawah.." Haechan menjawab dengan menampakkan raut sedihnya,
"Kenapa sedih gembulnya saya?"
"Kangen Mas Jeno.." Haechan membaringkan tubuhnya miring disofa, sambil menatap layar ponsel yang menampilkan wajah Jeno. Disebrang sana Jeno tertawa, gembulnya yang satu ini sangat menggemaskan sekali."Sabar dong, kan nanti ketemu tanggal 29 dek."
"Ya tapi kan kangennya sekarang." Haechan mengerucutkan bibirnya, Jeno tersenyum.
"Habis kita nikah kan tiap hari bakal liat saya juga dek." ucap Jeno.
"Mas ih, kan udah aku bilang jangan pake saya saya gitu, kayak lagi rapat BEM aja."
"Haha, iya dek, maaf ya. Kebiasaan soalnya, kamu gimana hari ini? mau ngapain aja?" tanya Jeno, hari ini pria itu sudah izin kalau akan jarang menghubungi kalau belum malam karena sedang pergi ke luar kota, setelah menyelesaikan kontraknya sebagai dosen sementara Jeno akan memegang kendali atas perusahaan furniture milik Papa-nya."Ini temen-temen pada riweuh minta dibantu skripsiannya, paling besok ke kampus. Hari ini dirumah aja, jemput Piyo pas pulang sekolah nanti. Jajan juga kayaknya, hehe." Haechan bercerita dengan senyum kecil dan raut bahagianya, salah satu yang disukai oleh Jeno karena Haechan bercerita dengan cara yang lucu, cukup menghibur Jeno yang sudah mulai bosan dengan pekerjaannya.
"Besok saya juga ke kampus,"
"Ke kampus juga tapi gaboleh ketemu apa gunanya." Haechan masih tampak sedih,
"Udah jangan sedih gitu, nanti aku jadi makin ga tega liatnya. Aku lagi dijalan buat beli makan siang, kamu jangan lupa makan ya? Mama masak apa?"
"Tadi sih buat terong balado sama ayam bakar."
"Tuh giliran aku ga disana Mama masakannya enak banget." kali ini giliran Haechan yang tertawa,
"Sini dong makanya."
"Kalo ini sih kamu yang mau." ujar Jeno.
"Ish, emang mas nggak kangen sama aku ya?"
"Kangen sayang, kangen banget. Udah tiga hari kita nggak ketemu."
"Masih ada empat hari lagi."
"Iya, simpen kangennya dulu ya, nanti habis resepsi, kamu puas-puasin kangennya. Tapi jangan bosen.""Mana mungkin aku bosen! mas nih."
"Udah dulu ya, sampe di restoran ini. Kamu jangan lupa makan ya mbul? see you." setelah itu panggilan di akhiri, rasa rindu Haechan sedikit terobati."Huh, yaudah sekarang waktunya mangan." Haechan meletakkan ponselnya setelah membalas pesan dari teman-temannya dan pergi ke dapur untuk makan dengan suasana hati yang ceria lagi. Ten melihat bagaimana anaknya itu berjalan dengan semangat ke dapur setelah mengobrol dengan Jeno, ia hanya bisa menggelengkan kepala, "Dasar anak muda." ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PE;A
FanficA story about them, Haechan and Jeno. A student and his lecturer. ----------------------------------------------------------------------------------------- WARNING! bxb Trauma Family issues