Mereka berdua pun berkeliling untuk mencari bakso. Saat mereka jalan berdua, beberapa kali tangan mereka bersentuhan satu sama lain, dan hal itu cukup sering terjadi. Pada akhirnya, Farel menggenggam tangan Ara. Ara pun mulai menyelinapkan jari-jemarinya di antara jari-jemari tangan Farel. Memang, meskipun postur Ara cukup tinggi, akan tetapi Farel tetap menganggap Ara sebagai gadis kecil ketika berada di sebelahnya. Entah mengapa Farel menganggap seperti itu, dirinya pun tak tau. Menurut Farel, dunia terlalu jahat terhadap gadis kecil seperti Ara. Kehidupannya begitu berat, akan tetapi, keinginan dari Ara untuk terus hidup, melainkan tak hanya meratapi kehidupannya yang berat, telah menumbuhkan rasa respect yang begitu besar dalam dirinya terhadap Ara. Karena itu, Farel tak keberatan jika Ara meminta dirinya untuk menemani hari-harinya yang berat. Tapi, apakah hal ini bisa berjalan terus selamanya? Farel pun tak tau. Dalam dirinya terdapat ambisi yang harus ia penuhi. Tentu saja ia lebih mementingkan ambisinya tersebut dibandingkan dengan Ara, seorang wanita yang selalu ia anggap gadis kecil yang baru saja ia kenal.
***
Momen tersebut hanya berlangsung sebentar, Farel pun melepaskan genggaman tangannya. Ia berpikir tak seharusnya ia melakukan itu. Mereka pun terdiam untuk beberapa saat. Akhirnya, Farel pun melihat tempat makan bakso tak jauh dari mereka.
"Itu ada bakso," ujar Farel kepada Ara sambil menunjuk ke arah tukang bakso tersebut.
Mereka pun langsung menuju ke tempat bakso tersebut. Farel hanya memesan untuk Ara. Ia merasa dirinya masih kenyang dan tak mau makan. Farel takut, jika dirinya kenyang, maka ia akan mengantuk dalam perjalanan pulang nanti. Meskipun Ara pernah berkata bahwa ia bisa menyetir, Farel tak sepenuhnya percaya jika mobilnya dikendarai oleh orang lain. Terlebih lagi, Farel memang menyukai perjalanan jauh, hal itu lah yang membuat dirinya tak mengizinkan orang lain untuk mengendarai mobilnya, apalagi dalam keadaan perjalanan jauh seperti sekarang. Jangankan orang lain, jika ia sedang melakukan perjalanan jauh bersama mamanya, ia pun tak mengizinkan mamanya untuk mengendarai mobil, meskipun untuk sekedar bergantian agar dirinya bisa istirahat sejenak. Selain itu, Farel begitu menyukai cara dirinya dalam mengendarai mobil. Maka dari itu, ia akan sangat menikmati jika dirinya mengendarai mobil sejauh apapun.
"Nihh, aaa aaa aaa," ujar Ara sambil mengarahkan garpu bakso tersebut ke mulut Farel. Farel pun memakan bakso tersebut. Ia berpikir, tak mungkin ia menolak tawaran Ara jika Ara sudah bertindak seperti itu.
***
Setelah makan bakso, Farel pun berniat untuk duduk di sekitar area Jam Gadang. Tak lupa Farel membeli kopi untuk diminumnya saat perjalanan pulang nanti. Sangat disayangkan, hujan yang sempat turun membuat area sekitar Jam Gadang tersebut basah, sehingga tak ada tempat yang bisa dimanfaatkan oleh Farel dan Ara untuk duduk. Farel dan Ara pun berkeliling untuk mencari tempat yang kering, namun mereka berdua tak menemukannya. Pada akhirnya, mereka berdua pun memilih untuk pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, seperti biasa, tak banyak obrolan yang mereka lakukan. Rasa lelah sudah terlihat pada wajah Ara. Lain halnya dengan Farel. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan rasa lelah. Dari kecil, Farel dan keluarganya memang sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh melalui jalur darat. Mungkin, hal itu lah yang membuat dirinya tak mudah lelah dalam melakukan perjalanan jauh.
"Gabut kita keren banget ya, sekali gabut bisa jalan sejauh ini hahaha," ujar Ara secara tiba-tiba diiringi dengan tawa kecil.
"Lagian aku juga bingung mau ngajak kamu kemana. Kalau cuma di Kota Padang, dari sore sampai malem pasti bosan. Makanya aku ajak yang jauh aja sekalian," ujar Farel sambil tersenyum yang tentu saja membuat Ara ikut tersenyum juga.
***
Setelah berkendara dengan jarak ratusan kilometer, akhirnya mereka berdua sampai di Kota Padang. Ara berniat membeli makanan untuk teman kos nya sebelum pulang. Setelah membeli makanan, Farel langsung mengantarkan Ara kembali ke kos temannya tersebut, dan Farel pun langsung pulang. Pada pukul 02.00, Farel pun sampai dirumah. Pesan singkat dari Ara pun masuk.
"Rell, udah sampe?" tanya Ara.
"Udah kak," jawab Farel singkat.
"Aman kan? Maaf ya ngerepotin, makasih ya," ujar Ara berterima kasih.
"Aman kok kak, iya sama-sama, santai kak"
"Kirim ke aku video kita tadi," ujar Ara. Farel pun bingung video yang dimaksud oleh Ara karena cukup banyak video perjalanan yang tersimpan di HP nya.
"Yang mana?"
"Video pertama kali yang aku rekam. Yang dimobil," balas Ara.
Farel pun segera mencari video tersebut dan langsung mengirimkannya kepada Ara.
"Yang itu kan?" tanya Farel.
"Nah iya, makasih ya," balas Ara kemudian.
"Sama-sama kak"
Setelah mengirimkan video tersebut, Farel pun segera mandi dan bersiap untuk tidur. Besok, ia berniat akan berlatih penuh untuk menghadapi kejuaraan yang akan dilaksanakan kurang dari seminggu. Rasa untuk mengejar ambisi dalam dirinya begitu besar. "Gua harus lolos ke tahap selanjutnya!" ujarnya dalam hati.
***
Hari minggu, pukul 05.00. Farel sudah bangun untuk melaksanakan Sholat Subuh. Setelah Sholat Subuh, ia langsung membuka HP nya dan mulai berlatih. Hari itu, sama sekali dirinya tak ingin diganggu oleh siapapun. Ia hanya akan berhenti berlatih jika ia merasa lapar dan waktu telah memasuki waktu Sholat. Entah sudah berapa pertandingan ia berlatih, tiba-tiba saja hari sudah malam. Hasil latihannya hari itu memang tak cukup baik, akan tetapi Farel tak memikirkan hal itu. Yang ia pikirkan hanyalah, dirinya harus bisa melakukan yang terbaik. Ia berpikir, mungkin hanya ini kesempatan terakhir baginya untuk memenuhi ambisi yang selama ini tertanam dalam dirinya. Karena, jika tak bisa memenuhi ambisinya dari kejuaraan ini, ia harus segera mencari jalan lain untuk memenuhi ambisi tersebut. Dan Farel sama sekali belum siap untuk mencari jalan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...