Setelah mandi, Farel pun memberi kabar kepada Ara bahwa ia segera menjemputnya. Farel memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi di malam itu. Hal itu ia lakukan untuk menghilangkan rasa sakit atas kegagalan yang kini sedang ia alami. Lalu-lintas malam itu tak seberapa ramai, jarum speedometer mobilnya telah menunjuk angka 120. Farel tak peduli akan hal itu. Karena memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, tak butuh waktu lama untuk sampai dirumah Ara. Setelah Ara masuk ke dalam mobil, Farel langsung memacu mobilnya menuju tempat tujuan mereka. Farel tak banyak bicara malam itu, ia hanya ingin menenangkan dirinya.
Begitu sampai di tempat tujuan, mereka berdua langsung menuju bioskop. Film yang akan mereka tonton belum mulai dan membuat mereka berdua harus menunggu beberapa saat.
"Eh iya, ada kabar dari tempat kamu interview kemaren?" tanya Farel kepada Ara.
"Belum ada kabar," jawab Ara.
"Ohh, kawan aku kemaren tuh minta CV kamu. Dia kan punya kawan yang jadi leader barista. Jadi kalo di tempat kawannya itu kosong, mungkin kamu bisa masukin lamaran," ujar Farel kemudian.
"Okelah, aku kirim ya CV aku. Kirim ke kamu aja kan?" tanya Ara.
"Iya"
Tak berapa lama, teater tempat mereka akan menonton pun terbuka. Farel dan Ara segera masuk dan duduk di kursi yang telah mereka pesan. Setelah duduk, Farel pun berniat untuk ke toilet terlebih dahulu agar dirinya tak perlu ke toilet saat film sedang berlangsung. Film yang mereka tonton membuat beberapa penonton meneteskan air mata, termasuk Ara. Terlihat oleh Farel beberapa kali Ara menghapus air matanya. Sedangkan Farel? Mungkin air matanya telah habis setelah kegagalan yang ia alami tadi sore. Pada saat mereka menonton film, pesan dari Puma pun masuk.
"Rell, posisi CS kosong di tempat kawan gua. Mau coba masukin gak dia?"
"Oke, ntar gua tanya ke dia Maa," jawab Farel.
Film pun selesai. Farel dan Ara segera keluar dari teater dan bergegas ke area parkir. Setelah keluar dari mall tersebut, Farel mengajak Ara untuk makan terlebih dahulu.
"Makan dulu yok," ajak Farel.
"Ayok, kamu mau makan ayam geprek yang kemaren gak?" tanya Ara kepada Farel.
"Boleh," jawab Farel.
Ya, sebelumnya mereka pernah makan di tempat tersebut. Tepatnya sehari sebelum Farel pulang ke Jambi untuk melaksanakan penyuluhan hukum. Dan sekarang, mereka berdua akan mengulangi momen tersebut, terlebih bagi Farel. Kemarin, ia dan Ara makan di tempat tersebut sebelum dirinya pulang ke Jambi. Kini, ia kembali ke tempat makan tersebut bersama Ara, sebelum ia pulang ke Lampung. Kegagalan dalam memenuhi ambisinya lah yang menguatkan niatnya untuk segera pulang. Mengingat, beberapa waktu lalu mamanya sempat menawarkan lowongan kerja kepada dirinya yang berlokasi di Lampung. Dan malam ini, Farel menganggap terakhir kalinya ia jalan berdua dengan Ara. Farel tak tau, kapan ia akan kembali lagi ke Padang. Meskipun begitu, Farel belum membicarakan kepulangan dirinya kepada Ara. Ia berpikir, sepertinya Ara tak akan peduli, toh mereka juga tidak berpacaran. Begitu sampai di tempat makan tersebut, Farel dan Ara segera memesan dan memilih tempat duduk. Farel pun menjelaskan kepada Ara mengenai lowongan kerja dari Puma tadi.
"Di tempat kawannya kawan aku tuhh ada lowongan untuk CS. Tugasnya lumayan berat, Puma juga bilang gak disarankan untuk cewek. Ya tugasnya selain jadi kasir, juga ngangkat-ngangkat properti," jelas Farel kepada Ara beberapa saat setelah menyalakan rokoknya.
"Gak kuat aku, aku cepet capek hehee," jawab Ara sambil tersenyum tipis.
Setelah menunggu beberapa saat, pesanan mereka pun akhirnya diantar. Mereka mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Setelah menghabiskan makanan, mereka sama-sama menghisap rokok sejenak. Setelah itu, baru mereka beranjak dari tempat tersebut.
"Kamu buru-buru pulang gak?" tanya Farel.
"Nggak kok"
"Duduk di pinggir pantai dulu yok," ajak Farel yang tentu saja ajakan tersebut disetujui oleh Ara.
Farel pun mengarahkan mobilnya ke jalan menuju pantai, Farel memilih untuk duduk di tempat yang pernah mereka kunjungi beberapa hari yang lalu. Ia pun memesan minuman untuk dirinya sendiri. Ia berniat memesan minuman untuk Ara akan tetapi ditolak oleh Ara dengan alasan bahwa dirinya sudah kenyang. Setelah mereka berdua duduk, seperti biasa, Ara yang hobi mendokumentasikan momen, sibuk dengan HP Farel dan merekam suasana pantai dimalam hari itu. Sedangkan Farel, ia kembali menghisap rokok untuk menenangkan pikirannya. Farel sadar, malam hari itu mereka tak banyak melakukan pembicaraan, terlebih lagi Farel sedang dalam kondisi yang tak seperti biasanya. Suasana pantai yang tenang dimalam itu membuat dirinya sedikit tenang. Meskipun rasa sakit hati masih tersisa karena kegagalan untuk mengejar ambisinya, ia merasa sedikit tenang. Ia pun segera memberi kabar kepada papanya bahwa sebentar lagi ia akan pulang, akan tetapi respon papanya tetap sama. Papa Farel tak mengizinkan dirinya untuk pulang. Farel disuruh menemani mamanya untuk menjaga sang nenek yang sudah sangat tua. Papa Farel pun mengatakan kepada dirinya, sebaiknya ia pulang setelah wisuda saja. Farel pun tetap bulat dengan keputusannya. Ia tak membalas pesan dari papanya untuk menghindari adu argumen yang membuatnya emosi. Ia pun mulai membuka pembicaraan.
"Hari minggu atau senin aku pulang"
"Ke Jambi?" tanya Ara kemudian.
"Nggak, ke Lampung"
Ara hanya menangguk mendengar jawaban Farel tersebut. Setelah menghabiskan minumannya yang telah diantar beberapa saat lalu, ia pun mengajak Ara untuk pergi dari pantai karena gerimis mulai turun.
"Keliling-keliling dulu mau gak?" tanya Farel kepada Ara.
"Boleh"
Mereka pun mulai berkeliling Kota Padang. Ara meminta Farel untuk melewati daerah yang sudah lama tak dilewati olehnya. Farel pun menuruti permintaan Ara tersebut. Tak terasa, mereka sudah sampai di ujung Kota Padang. Jika diteruskan, mereka akan segera meninggalkan Kota Padang dan menuju Kabupaten Solok. Sangat disayangkan, bensin mobil Farel tersisa 3 bar. Jika masih tersisa sekitar 5 sampai 6 bar, ingin rasanya ia mengajak Ara untuk ke Kabupaten Solok malam itu. Selain itu, waktu telah menunjukkan pukul 00.05, Farel pun segera memutar arah mobilnya. Sampailah mereka di suatu daerah. Mobil Farel pun melewati salah satu club malam yang terdapat di Kota Padang.
"Eh, itu kawan aku" ujar Ara saat mobil Farel melewati club malam tersebut.
"Mana?" tanya Farel kemudian.
"Itu, yang itu" jawab Ara sambil menunjuk ke arah temannya.
Farel pun hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan. "Kawan dia?" ujar Farel dalam hati dan kemudian menganggukkan kepalanya. Ya, Ara pernah bercerita kepada Farel bahwa ia pernah masuk ke club malam tersebut karena merayakan ulang tahun temannya. Farel sama sekali tak mempermasalahkan hal itu, karena ia pun begitu. Akan tetapi, Farel bukanlah orang yang hobi masuk ke club malam. Farel lebih menyukai meminum minuman beralkoholnya dirumah, entah itu sendiri ataupun bersama teman-temannya. Selain itu, Farel bukanlah pecandu minuman beralkohol. Farel sudah tau kapan saatnya ia butuh mengonsumsi minuman beralkohol, dan kapan saat dirinya untuk tak meminum minuman beralkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...