"Kasian cuk," ujar Puma setelah mendengar cerita Farel.
"Ya, gitulah. Wajar kan dia banyak diem? Ya karna dia..." belum selesai Farel melanjutkan kalimatnya, Puma langsung memotong.
"Wajar. Gua ngerti. Dia banyak pikiran, banyak beban juga dalam hidupnya. Tapi kalau sama lu dia diem terus kayak kemaren gak?" tanya Puma.
"Nggak terlalu sih, lumayan sering kok kami ngobrol kalau lagi berdua"
"Nah kan. Berat masalah dia itu Rel. Jadi ya wajar kalau dia nyari pelampiasan di luar"
"Tadi gua sempet emosi Maa sama dia," keluh Farel yang kemudian kembali menyalakan rokoknya.
"Emosi kenapa lu?"
Farel pun memperlihatkan isi chat whatsapp dirinya bersama Ara yang berisi Ara ingin menghabiskan waktu bersamanya sebelum ia pulang.
"Apa gak cukup Maa selama gua di Padang?" tanya Farel.
"Mungkin ada yang mau dibilang nya ke lu Rel, mungkin dia mau cerita sama lu. Bisa jadi dia nyaman sama lu, terus dia mau nyeritain semua permasalahan dia selama ini," ujar Puma menjelaskan.
"Nyaman? Sama gua? Hahahaha. Ngaco lu anjing"
"Gak ada yang tau cok"
"Tapi sorry Maa, gua takut Maa. Gua takut sama lingkungannya yang tadi. Lu liat kan isi chat cewek tadi itu? Gua ngeri," ungkap Farel kepada Puma.
"Lu ngeri? Lu kasian gak sama dia?"
"Iya kasian lah goblok," jawab Farel.
"Ya lu harus bantu dia keluar dari situ," ujar Puma kemudian.
"Hah? Bantu dia? Yakin lu? Ga ada yang bisa bantu dia selain diri dia sendiri Maa. Ngerti kan lu?" tanya Farel kepada Puma.
"Iya gua ngerti bangsat, tapi kan lu bisa bantu," ujar Puma sekali lagi untuk meyakinkan Farel. Farel pun mengerti apa maksud dari Puma.
"Gak Maa, gua gak mau masuk ke sana. Secara gak langsung, kalau gua mau bantu dia, gua harus masuk dulu ke kehidupan dia yang sekarang. Lu tau kan kehidupan dia sekarang dijalaninnya di lingkungan yang kayak gitu. Misalkan nih, gua masuk terus gua ngajak dia keluar dari lingkungannya. Iya kalau berhasil. Kalau enggak? Ya sia-sia Maa. Lebih parah lagi, bisa-bisa gua ikutan kejebak tanpa gua sadari. Gua udah ninggalin masa-masa itu Maa. Udah cukup dulu gua clubbing tiap akhir pekan meskipun gak rutin, gua gak mau masuk ke dunia itu lagi," Farel mengakhiri kalimatnya dengan hembusan nafas.
"Berat memang Rell, lu dah pernah ngerasain yang begitu. Kalau lu masuk ke lingkungan dia, gua rasa gak menutup kemungkinan lu bakalan terjebak. Karena apa? Lu dulu pernah kayak gitu. Lu ketemu lagi dunia yang kayak gitu, ya kemungkinan lu bakalan betah lagi, ditambah lingkungan yang mendukung," ujar Puma menjelaskan.
"Sebenernya gua gak terlalu mempermasalahkan dunia malam Maa, kalau sekedar dunia malam gua masih bisa ngontrol. Tapi masalah yang tadi cok, yang masalah lesbi. Menurut penelitian, itu suatu penyakit yang menular. Bukan menular dari badan ke badan, tapi menular di lingkungan Maa. Gua gak mau anjing kejebak disitu," jelas Farel sambil mengepalkan tangan sebagai komitmen dirinya bahwa ia tak ingin kembali ke masa lalunya.
"Ya terus keputusan lu apa?"
"Itu yang mau gua tanya sama lu anjing. Kira-kira dia ngajak gua ngabisin waktu sebelum gua pulang ini gua setujui gak?"
"Rel, kalau dia udah nyaman sama lu, lu apa gak kasian kalau lu tolak permintaan dia?" tanya Puma kemudian.
"Ehh ngentot, dia tuh gak mungkin nyaman sama gua," jawab Farel dengan penuh keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...