PART 13 (Too Obsessed)

14 3 0
                                    

Untuk sejenak, mereka berdua pun terdiam. Ara sibuk memilih lagu dari HP Farel yang terkoneksi dengan audio mobil. Sedangkan Farel, ia sibuk dengan rasa bahagianya. Ia senang jika Ara segera bekerja. Dengan kehidupan seperti itu, ia menilai Ara merupakan wanita yang kuat. Tak hanya merenungi kehidupannya yang berat, akan tetapi Ara memiliki keinginan untuk berusaha mengubah hidupnya. Bahkan Farel merasa, Ara jauh lebih kuat daripada dirinya. 

"Duh, ada tempat gak ya?" tanya Farel ketika sampai di tempat tersebut. Farel melihat pengunjung kafe tersebut cukup ramai.

"Liat dulu yuk," ajak Ara. 

Mereka berdua pun turun dari mobil. Benar saja, tak ada satupun kursi yang tersisa. Beruntung, masih ada space kosong yang bisa mereka manfaatkan. Petugas pun segera mengambilkan kursi untuk mereka berdua. Ternyata, Ara bertemu dengan temannya. Ia pun menyapa laki-laki tersebut. Setelah kursi sampai, mereka segera memesan minuman dan langsung duduk ke kursi yang telah disediakan. Tak berapa lama setelah pesanan mereka diantar, ada sepasang laki-laki dan perempuan baru datang dan lewat di depan mereka. Farel tak menyadari hal itu.

"Kamu ngeliat gak barusan ada cowok sama cewek lewat?" tanya Ara kemudian.

"Nggak, yang mana"

"Itu tuh," jawab Ara sambil menunjukkan laki-laki yang ia maksud.

"Oh, kenapa?"

"Dia dulu sebelum ada cewek sering DM DM aku tau. Pernah juga ngajak aku jalan gitu," ujar Ara kemudian.

"Terus?" tanya Farel heran.

"Tapi aku gak mau," jawab Ara.

"Lah kenapa?"

"Gak tau, gak mau aja," jawab Ara tanpa ada alasan yang jelas.

Farel juga ingat. Ketika ia pertama kali bertemu dengan Ara, di tempat mereka nongkrong pertama kali tersebut, Ara juga menceritakan ada cowok yang sering mengirimkan pesan singkat kepada dirinya lewat instagram. "Kenapa sih orang-orang terobsesi banget sama dia, kok gua nggak ya," ujar Farel dalam hati. Farel merasa heran.

"Eh iya, mama ada ngechat kamu?" tanya Farel kemudian.

"Tadi sore mama barusan ngechat aku"

"Ngechat apa? Nyuruh kamu pulang?"

"Iya," jawab Ara sambil mengangguk.

"Oh, mama ada minta maaf ke kamu gak?" tanya Farel lagi. Ara hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu ada minta maaf ke mama?" lanjut Farel bertanya.

"Nggak juga, aku gengsi hahaha," ujar Ara sambil tertawa kecil.

"Sama, aku tuh juga gengsi gitu kalo minta maaf ke orang tua. Tapi entah kenapa, orang tua aku kalau mereka ngerasa buat salah, pasti mereka minta maaf ke aku. Itu jadi bikin aku gak gengsi untuk minta maaf. Orang tua aku aja bisa kok minta maaf ke aku, masa aku gak bisa. Gitu sih aku mikirnya," jelas Farel kepada Ara.

"Aku sama mama memang kayak cuek-cuekan gitu," ujar Ara kemudian.

"Sebenernya bukan mama dan bukan kamu yang salah. Tetangga kamu itu yang salah, ngapain sih ngurusin hidup orang. Gak jelas banget," ketus Farel sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh iya, kata kamu kan mama marah gara-gara kamu pakai baju croptop. Waktu kita pertama kali jalan itu kan kamu juga pakai baju croptop. Emang mama gak marah waktu kamu pulang itu?" tanya Farel kemudian.

"Waktu itu kan aku lagi sakit tuh, jadi gak keliatan sama mama karena aku nutupin perut aku. Itu juga aku langsung lepas sepatu terus masuk ke kamar langsung tidur. Terus mama bikinin aku teh hangat. Mama gak ada marah waktu itu, mungkin karna udah ngeliat aku kayak gitu," jelas Ara kepada Farel.

Farel pun hanya menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pun menikmati live music di kafe tersebut. Farel merasa tak asing dengan vokalis yang sedang bernyanyi.

"Eh, abang yang nyanyi ini, dia nyanyi juga gak sih di tempat pertama kali kita ketemu itu?" tanya Farel.

"Iya, kenapa emang?"

"Suaranya bagus, kadang kalau dia nyanyi aku jadi inget sama papa. Lagu-lagu barat yang dia nyanyiin juga sering dinyanyiin sama papa," ungkap Farel.

"Oh, papa kamu suka nyanyi?"

"Iya, bagus banget suara papa. Aku juga heran kok gak nurun ke aku ya bakatnya hahaha"

"Bahkan waktu kuliah dulu, papa hampir DO dari kampus gara-gara sibuk nyanyi. Untung gak jadi DO hahaha," lanjut Farel yang membuat mereka berdua tertawa.

Pada akhirnya, mereka berdua pun menikmati live music yang tersaji di kafe tersebut. Lagi-lagi Ara menawarkan kepada Farel, apakah Farel ingin request lagu atau tidak. Seperti biasa, lagu Sheila On7 yang berjudul Hari Bersamanya masih menjadi lagu favorit Farel. Tak berapa lama kemudian, lagu yang di-request oleh Farel pun dinyanyikan. Mereka berdua sangat menikmati suasana kafe tersebut. Akhirnya, pada pukul 23.00, live music pun harus berakhir. Farel dan Ara tak langsung pulang. Beberapa kali Ara meminta tolong kepada Farel untuk memotret dirinya. Farel sama sekali tak keberatan. Setelah selesai, mereka berdua pun bergegas untuk pulang, terlebih lagi, rokok elektrik yang Farel bawa baterai nya habis dan rokok Farel pun sudah habis.

"Pulang yuk," ajak Farel yang langsung di iyakan oleh Ara.

***

Setelah keluar dari area parkir kafe tersebut, Farel pun tak berniat untuk langsung mengantarkan Ara. Ia ingin mengelilingi beberapa bagian kota bersama Ara.

"Kamu gak buru-buru kan?" tanya Farel.

"Nggak kok"

"Lewat pantai yuk"

"Yuk," jawab Ara menyetujui.

Farel memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia begitu menikmati jalanan dimalam itu. Lembapnya aspal setelah hujan, rintik air hujan yang masih tersisa dikaca mobilnya, dinginnya udara di malam itu membuat Farel begitu senang. Terlebih lagi, kabar bahagia dari Ara yang telah melakukan interview untuk bekerja menambah kebahagiaan tersendiri dalam diri Farel. Ara memang bukan pacar Farel, dan tentu saja Farel bukanlah siapa-siapa bagi Ara. Mereka berdua baru saja saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi, kehidupan Ara yang menurut Farel sangatlah berat, sedikit menumbuhkan rasa respect dalam diri Farel terhadap Ara. Betapa kuat Ara menghadapi kehidupannya, hal itulah yang terus menerus berada di pikiran Farel. 

Sepanjang perjalanan, mereka tak banyak melakukan pembicaraan. Beberapa kali Ara menyalakan lagu yang tak Farel ketahui bahkan tak pernah didengar oleh Farel. Meskipun begitu, Farel mulai menyukai lagu-lagu favorit Ara. Terkadang mereka berdua menyanyikan lagu yang menyala di mobil secara bersama-sama, menambah kehangatan suasana yang mereka lalui berdua malam itu. 

Tak lupa Farel berhenti sebentar di warung untuk membeli rokok serta membelikan Ara rokok. Mereka pun mulai menyusuri pantai dimalam itu. Beberapa kali, Farel pun menyalakan lagu favoritnya yang telah diketahui oleh Ara agar mereka berdua bisa menyanyikannya secara bersama-sama. Tak lupa mereka menghisap sebatang rokok masing-masing secara bersama-sama. 

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 00.05, Farel pun segera mengantar Ara ke kos temannya, dan setelah itu Farel pun segera menuju rumah neneknya. Memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk mencapai rumah neneknya dari kos teman Ara yang berjarak sekitar 8 KM.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang