EPILOG

32 1 0
                                    

11 Bulan Kemudian

"Assalamualaikum," ucap Farel begitu ia berada di depan pintu rumah neneknya. Beberapa orang dari keluarga Farel tersebut pun menjawab salamnya.

Sebentar lagi akan memasuki waktu berbuka puasa. Di atas meja, telah tersaji berbagai macam menu untuk berbuka puasa. Akan tetapi, Farel lebih memilih membuat segelas kopi hitam untuk membatalkan puasanya nanti. Ya, perjalanan jauh baru saja ia tempuh selama 2 hari 1 malam sendirian. Tentu cukup melelahkan baginya. Begitu Azan Maghrib berkumandang, Farel segera meminum kopi hitamnya, lalu pergi ke teras untuk menghisap sebatang rokok. Setelah Sholat Maghrib, Farel pun berniat untuk mengistirahatkan dirinya karena besok sudah lebaran dan tentu saja dirinya harus bangun pagi untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.

***

Lebaran Hari Ketiga

Mobil sedan hitam memasuki area parkir sebuah kafe. Ada beberapa karangan bunga serta papan akrilik yang terpampang di area sekitar kafe. Karangan bunga dan akrilik tersebut dikirim sebagai ucapan selamat atas grand opening kafe tersebut. Farel pun turun dari mobilnya. Dilihatnya, kedua temannya sudah menunggunya di kafe tersebut. Farel melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 18.40. Cukup ramai pengunjung yang sudah memenuhi bangku kafe. Ya, suasana lebaran masih terasa, terlihat dari beberapa pengunjung wanita yang masih memakai gamis serba hitam. Farel pun segera menuju kursi tempat kedua temannya duduk.

"Maaf lahir batin Maa, maaf lahir batin Bang Fasha," ucap Farel sambil menyalami tangan kedua temannya.

"Yoi, maaf lahir batin juga," balas kedua temannya tersebut.

Kemudian, Farel memandangi bangunan kafe tersebut. Raut wajah kepuasan terlihat di wajahnya. Ia tersenyum, ambisi terakhirnya telah tercapai meskipun itu bukanlah ambisi dirinya sendiri, melainkan ambisi dirinya bersama kedua temannya itu.

"Belum sesuai ekspektasi," ujar Puma secara tiba-tiba.

"Kalau ekspektasi lu untuk cepat balik modal, tentu belum. Tapi, dilihat dari buku laporan, Alhamdulillah kita ada progress yang baik. Mengalami peningkatan perlahan-lahan, itu udah cukup bagi gua," ungkap Farel kepada kedua temannya sambil tersenyum.

"Gapapa, selain nyari rezeki, kita juga membukakan jalan rezeki untuk orang lain. Insya Allah, kalau kita ikhlas membuka jalan rezeki untuk orang lain, Allah bakalan buka jalan rezeki untuk kita juga," ujar Fasha menambahkan.

Farel langsung berbalik dan memalingkan wajahnya kepada kedua temannya tersebut. Lagi-lagi ia melakukan "tos" dengan kedua temannya.

"Yok, kita bagi sekarang," ajak Farel kepada kedua temannya.

"Lu aja Rell yang ngasih. Kawan-kawan juga mau ketemu sama lu. Lu kan baru sekali ini datang," perintah Puma kepada Farel yang tentu saja disetujui oleh Fasha.

"Oke, aku ada amplop di mobil. Kita bagi rata dulu. Biar enak"

Mereka pun mulai membagi rata uang yang dibawa masing-masing. Ya, uang itu mereka sisihkan sebagai tunjangan hari raya untuk teman-teman mereka yang bekerja di kafe tersebut. Terkumpul lah sebanyak 15 juta rupiah, dan akan mereka bagi rata untuk enam orang teman mereka yang bekerja di kafe. Farel pun masuk ke dalam.

"Bang Kiki," panggil Farel kepada salah satu temannya.

"Astaga, Bang Farel. Kapan sampai bang?" tanya Kiki kepada Farel.

"Puasa hari terakhir, bisa ganggu bentar gak? Tolong ajak kawan-kawan yang lain kumpul di ruangan," pinta Farel yang meminta tolong kepada Kiki yang memang menjabat sebagai leader barista di kafe tersebut.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang