PART 32 (Pisces)

10 0 0
                                    

"Jadinya, jam berapa besok lu gerak?" tanya Puma kepada Farel.

"Abis subuh langsung gas Maa"

"Disini aja lah cuk, cari kerja disini"

"Kalau ada, lain cerita Maa. Gua udah nyari beberapa lowongan, rata-rata untuk yang lulusan SMA. Kerja di bank? Gak bakalan didukung gua, yang ada justru semangat gua dipatahin," keluh Farel sambil menghisap rokoknya.

"Yah, gitu lahh cuk," jawab Puma yang mengerti keluhan Farel tersebut.

"Maa, lu percaya sama zodiak gak?" tanya Farel secara tiba-tiba.

"Ramalannya?"

"Nggak Maa, bukan ramalannya. Tapi sifat orang yang punya zodiak itu"

"Kalau sifat, memang ada beberapa yang sesuai sih, kalau ramalan nggak percaya gua," ungkap Puma.

"Sama Maa, kalau ramalan gua juga gak percaya. Kayak Ramalan harian atau semacamnya, gua gak percaya itu"

"Emang kenapa cok? Kok tiba-tiba lu nanya masalah zodiak?" tanya Puma kepada Farel.

Farel pun membuka HP nya. Ia ingin menunjukkan sebuah video yang membahas mengenai orang yang memiliki zodiak pisces. Setelah menemukan video yang dicarinya, Farel memberikan HP nya kepada Puma. Puma pun menonton video tersebut sampai habis.

"Terus kenapa?" tanya Puma begitu selesai menonton video tersebut.

"Dia Pisces Maa"

"Ara?"

"Iya"

Untuk sejenak, Farel membuang rokoknya yang telah habis, dan membakar rokoknya yang baru. 1 hisapan dan hembusan asap pun keluar dari mulut dan hidung Farel. Ia pun mulai melanjutkan kalimatnya.

"Dia gak sendirian, dia gak pernah benar-benar sendiri," ujar Farel.

"Dia berniat melawan dunia yang udah jahat sama dia, bertahan hidup di kehidupannya yang berat. Selama ini gua ngira, dia sendirian, tapi ternyata nggak," lanjut Farel.

"Iya, terus maksud lu?" tanya Puma kemudian.

"Niat dia untuk melawan dunia yang jahat itu gak akan pernah bisa dia lakukan sendiri Maa. Lu tadi baca kan di video itu? Dan harusnya lu tau kalau dia itu memang gak sendirian," ujar Farel menjawab pertanyaan dari Puma.

"Iya gua ngerti Rell, maksud lu, dia udah di bantu kawan-kawannya kan?"

"Iya Maa. Tapi lu tau kan, lingkungan dia salah? Menurut lu gimana? Berhasil gak dia melawan dunia yang udah jahat sama dia? Atau justru, dia udah memasuki dunia yang jahat itu?" tanya Farel kemudian.

"Gua ngerti maksud lu Rel. Lu nganggap lingkungan dia itu salah satu bagian dari dunia yang jahat kan? Tapi gua mau nanya sama lu, apa dia nganggap lingkungan dia itu jahat?" Puma balas bertanya kepada Farel.

"Gak ada yang tau sih," jawab Farel kemudian.

"Nah itu dia Rell. Hal yang menurut lu jahat, belum tentu jahat bagi dia. Hal yang menurut lu salah, belum tentu salah bagi dia. Begitupun sebaliknya. Jangan lu beranggapan, cuma karena 1 orang di lingkungan dia memperlakukan dia kayak yang lu ceritain ke gua, yang ngasih candaan ke dia berbau seksual, lu samain dengan semua orang yang ada di lingkungan dia Rell," jelas Puma tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari mata Farel.

"Iya Maa, mungkin lingkungan dia memang gak sepenuhnya jahat. Tapi pengaruh dari lingkungan dia itu yang jahat, ingat gak sih lu njing sama salah satu DM instagram dari cewek itu? Yang nanya ke dia ada atau nggak kawan dia yang belok? Ingat gak?" tanya Farel kemudian.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang