PART 6 (The Right Part Of Town)

15 2 0
                                    

Sesampainya dirumah, Farel pun bernapas lega. Ia tak langsung masuk kerumah, melainkan duduk terlebih dahulu di teras rumah untuk menenangkan dirinya. Ia hisap sebatang rokok yang tersisa dari bungkus rokoknya. Setelah merasa sedikit tenang, Farel segera masuk ke dalam rumah. Ia pun segera mandi, lalu melaksanakan Sholat. Setelah itu, ia mengecek HP nya sebentar. Tak ada pesan dari Ara masuk ke HP nya. Ia berpikir bahwa Ara langsung tertidur begitu sampai di rumah. Ia pun segera memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur, agar ia lupa hal yang terjadi di malam ini.

***

Beberapa hari, Farel hanya menghabiskan waktu dirumah. Ia tak merasa bosan karena ada kegiatan yang ia jalani, apalagi kalau bukan menekuni game kesayangannya. Hari telah memasuki waktu maghrib. Tiba-tiba, ada pesan masuk ke HP Farel. Farel yang saat itu tengah bersantai setelah latihan pun segera mengecek pesan tersebut. Pesan tersebut berasal dari Puma. Puma adalah teman Farel dalam bermain game. Farel memiliki sahabat satu SMA yang berkuliah di Kota Bandung. Puma merupakan teman kuliah sahabat Farel tersebut. Saat bermain game, Farel pernah bertanya asal daerah Puma yang ternyata Puma berasal dari Padang. Hal itu lah yang membuat mereka bisa bertemu di Kota Padang. Terlebih lagi, Puma berhasil menyelesaikan kuliahnya satu tahun lebih cepat dibandingkan Farel. Kini, Puma sedang berusaha mencari pekerjaan, sama halnya dengan Farel. Hal itu lah yang membuat mereka berdua semakin akrab. Mereka memiliki satu tujuan, yaitu bekerja. Terlebih lagi, Puma bukanlah orang yang sombong.

"Nanti malam gua kerumah kawan gua Rel, deket dari rumah lu. Join aja lu" tulis Puma pada pesan tersebut.

"Rame gak Ma? Gak enak gua kalo rame"

"Bertiga doang, santai aja cuk," balas Puma kemudian.

"Okelahh, kabarin aja ntar," balas Farel.

***

Jam menunjukkan pukul 20.30. Puma pun kembali menghubungi Farel untuk memberi kabar bahwa ia telah sampai dirumah temannya. Puma pun mengirimkan lokasi kepada Farel, dan Farel pun segera membalas pesan tersebut yang menyatakan bahwa dirinya akan segera menuju ke rumah kawan Puma. Sesampainya disana, Puma beserta dua orang temannya sedang bermain game. Farel pun ikut bermain sebentar. Setelah selesai beberapa pertandingan, mereka pun terlibat dalam beberapa obrolan, entah itu seputar dunia perkuliahan, pesekolahan bahkan sampai pekerjaan.

"Gimana kemaren lu ikut jobfair?" tanya Farel kepada Puma.

"Gak masuk cuk, banyak nya jadi sales. Agak susah kalo itu. Kejer target terus gua," ujar Puma kepada Farel

"Berarti lu kemaren emang gak niat ya Ma? Lu cuma pengen nemuin cewek lu doang ya? Hahaha"

"Haa, yo tu bang. Puma nii cabul bang. Harus ketemu terus sama ceweknya hahaha," ujar Dicky yang merupakan salah satu teman Puma.

"Anjiang," ujar Puma kepada Dicky yang diiringi oleh tawa mereka berempat.

"Lu kemaren ngajakin gua ke kafe itu lu sama siapa Rel? Dadakan lu anjir, itu gua baru selesai badminton," ujar Puma kepada Farel.

"Adalahh Maa hahaha," jawab Farel sambil sedikit tertawa.

"Ohh, alah dapek cewek kawan ko haaa" ujar Puma yang kalau diartikan ke Bahasa Indonesia, berarti menyatakan bahwa Farel sudah mendapatkan pacar.

"Alun lai Ma, kawan se tuu," balas Farel yang menyatakan bahwa wanita yang diajaknya pergi beberapa hari lalu hanya sekedar teman.

"Mau lu seriusin?" tanya Puma kemudian.

"Belum mikir kesana gua cuk. Sekarang ini yang gua pikirin gimana caranya gua dapet kerja. Pilihan gua cuma dua, kalo nggak kerja disini ya kerja di Lampung, tempat orang tua gua," ujar Farel kepada Puma.

"Kalo lu kerja disini, tu cewek mau lu seriusin berarti?" tanya Puma lebih lanjut.

"Yahh, liat aja dahh kedepannya"

"Lu kapan balik Rel? Masih lama lu disini?" tanya Puma lagi.

"3 hari lagi gua balik ke Jambi Ma. Ada penyuluhan sama dosen"

"Terus, abis dari Jambi lu pulang ke Lampung atau kesini lagi?"

"Belum tau Maa, liat nanti, aja dah" ujar Farel kemudian.

Akhirnya, mereka berempat pun larut dalam berbagai macam obrolan. Obrolan yang paling sering adalah obrolan mengenai dunia kerja serta dunia percintaan. Farel telah dijuluki sebagai sadboy oleh Puma sejak mereka pertama kali bertemu. Malam itu pun terungkap, bahwasanya Puma pernah juga merasakan menjadi sadboy, hal yang kini sedang dirasakan oleh Farel. Selain itu, Farel pun menceritakan kejadian yang membuatnya menjadi paranoid dimalam itu. Mulai dari Farel dan Ara yang menjadi pusat perhatian orang banyak ketika mereka makan di daerah GOR, hingga saat Farel mengantarkan Ara. Cerita itu membuat Puma dan kedua temannya tertawa karena melihat Farel yang begitu paranoid dan overthinking

"Hahahaa, bisa-bisanya lu kena mental Rell," ujar Puma setelah mendengar cerita Farel yang diiringi dengan tawa.

"Ya gimana lagi Ma, gua juga baru sekali masuk ke daerah itu. Ya mana gua tau lah hahaha"

"Tapi Rel, ada dua orang kawan gua pernah kena kejadian disitu. Memang kalo malam disitu gelap. dua orang kawan gua jatuh dari motor di daerah situ cuk," ujar Puma kepada Farel.

"Yaudah, berarti ya gak salah kalo gua takut njir"

"Sebenernya gua mulai gak nyaman tuh gara-gara waktu di GOR gua diliatin banyak orang. Ntar orang ngiranya gua mabokin anak orang sampai anak orang muntah, padahal gua gak ngapa-ngapain cok," lanjut Farel menambahkan yang langsung disambut oleh tawa Puma beserta teman-temannya.

"Jadi, sebelum lu pulang lu ada rencana ngajak dia jalan lagi?" tanya Puma kemudian.

"Ada sih, rencananya gua mau ngajak dia nonton"

"Wahh, gak kapok ya lu ternyata hahaha"

"Ngapain kapok cuk, kena mental dikit ya wajar hahaha," jawab Farel.

Tak mereka sadari, waktu telah menunjukkan pukul 22.45. Mereka pun segera pulang kerumah masing-masing. 

***

Sesampainya dirumah, Farel bercerita kepada ibunya mengenai pekerjaan. Terutama sulitnya untuk mencari pekerjaan yang telah dialami oleh Puma tadi. Ibunya pun menyemangati Farel agar tak mudah menyerah. Akan tetapi, dalam hati kecil Farel, ia memang ingin mengejar ambisinya. Akan tetapi bukan dari pekerjaan, melainkan dari game yang sekarang sangat ia tekuni. Setelah bercerita sedikit dengan ibunya, Farel pun segera mandi dan melaksanakan Sholat. Setelah Sholat, ia kembali memainkan game kesayangannya tersebut. Kejuaraan cukup bergengsi bulan depan akan dibuka. Apakah ia bisa mengejar ambisinya melaui game kesayangan yang telah ia tekuni selama dua tahun terakhir tersebut? Tidak ada yang tau.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang