PART 23 (Tugu Gempa: Masalah Farel dan Puma)

14 0 0
                                    

"Kapan jadinya pergi?" tanya Ara dalam pesan singkat tersebut.

"Senin aku pulang," balas Farel.

"Sebelum kamu pulang, aku mau abisin waktu sama kamu," balas Ara kemudian.

Balasan tersebut, membuat Farel sedikit kesal. "Gak jelas banget, ngabisin waktu? Apa selama ini gak puas kita udah ngabisin waktu berdua?" ujarnya dalam hati. Farel pun segera membalas pesan tersebut.

"Kapan?"

"Ya bebas kapan. Sebelum pulang," balas Ara lagi.

Farel pun bingung. Ia harus membalas apa. Apakah ia memang harus menghabiskan waktu bersama Ara? Atau ia pergi begitu saja?

"Nanti aku kabarin," ujar Farel yang sedikit menghindari permintaan dari Ara tersebut.

"Oke"

Setelah itu, Farel kembali menghisap rokoknya sambil berjalan keliling-keliling di sekitaran perumahan tersebut. Ada sesuatu yang membuatnya sakit hati. 2 buah BMW seri E34 dan E36 bertipe 520i dan 320i terbengkalai menjadi rongsokan begitu saja. "Kaya-kaya orang Padang ini ya, mobil bagus kayak gini dibuang aja," ujarnya dalam hati. Ia pun mengeluarkan HP nya dan memotret kedua mobil tersebut. Tiba-tiba, masuk pesan dari Puma.

"Sini Rel join. Ada yang mau gua omongin," tulis Puma pada pesan bergambar yang menandakan Puma sedang nongkrong di salah satu kafe.

"Waduh, gua lagi nemenin mama gua Ma. Agak lama mungkin, ntar kalo sempat gua nyusul," ujar Farel. Kemudian Farel mengirimkan foto BMW yang baru saja ia ambil.

"Orang Padang kaya-kaya ya Maa, mobil kayak gitu main buang aja," tulis Farel pada pesan tersebut yang hanya dibalas dengan tertawa oleh Puma.

***

Setelah cukup lama mama Farel berbincang dengan temannya, mama Farel segera mengajak Farel untuk pulang. Akan tetapi, Farel izin kepada mamanya ingin keluar lagi menemui Puma. Setelah mengantarkan ibunya, Farel pun langsung bergegas menemui Puma di tempat Puma dan teman-temannya berkumpul tadi. Akan tetapi, disaat Farel sampai, mobil Puma sudah tak terlihat lagi. Ia pun segera menelpon Puma.

"Maa, udah balik lu?"

"Gua lagi nganterin kawan cok, lu dimana?" tanya Puma kepada Farel.

"Gua di tempat lu tadi nongkrong. Mau duduk dimana kita?"

"Langsung ke Tugu Gempa aja, mau gak lu?" jawab Puma.

"Gas. Kirim live location. Ketemuan di Imam Bonjol," ujar Farel kepada Puma.

"Gas," jawab Puma yang langsung mengirimkan live location kepada Farel.

Farel pun segera memacu mobilnya ke kawasan Imam Bonjol. Mobil Puma sudah menunggunya di tepi jalan. Begitu melihat mobil Farel, mobil Puma pun langsung jalan di depan mobil Farel. Mereka beriringan menuju Tugu Gempa. Sesampainya di Tugu Gempa, mereka pun segera memilih tempat lesehan untuk duduk dan bersantai menikmati suasana dimalam itu. Tak lupa mereka memesan minuman untuk menemani obrolan mereka.

"Kenapa lu?" tanya Farel kepada Puma.

"Kesel gua cuk"

"Ya lu kesel kenapa njing?" tanya Farel kemudian.

"Lu liat nih gua udah pakai kemeja, pakai sepatu, celana panjang. Lu liat nih isi tas gua," keluh Puma sambil melemparkan tasnya kepada Farel.

Farel pun membuka tas tersebut. Terdapat berkas-berkas persyaratan untuk melamar kerja. Akan tetapi, Farel masih bingung mengapa Puma kesal.

"Terus kenapa?" tanya Farel kemudian.

"Lu inget kan? Hari apa tuh gua ada ngirim lowongan di salah satu Bank. Nah, gua tadi mau ngantar berkas ini kesitu cok. Terus gua pamit tuhh sama nyokap gua. Tau gak nyokap gua bilang gimana?" tanya Puma kemudian.

"Bilang apa?"

"Abang. Gak usah lah abang ngelamar di Bank. Ya gimana gak kesel gua. Langsung gak semangat gua," keluh Puma kepada Farel.

"Mama lu sama aja kayak mama gua Maa. Lu inget kan pernah ngirim lowongan Bank juga ke gua waktu itu? Gitu juga kejadiannya. Itu kan apply nya online. Yaudah, gak lolos seleksi berkas gua. Restu orang tua itu memang penting, tapi ya mau gimana lagi. Gua juga kesel," keluh Farel. Ia memahami bagaimana perasaan Puma karena ia juga pernah merasakan hal itu.

"Gua bilang aja gini, "Mama nih, tolonglah, anak mau kerja didukung, jangan dipatahin gitu semangatnya. Seenggaknya biar anak mama ini ada pengalaman", gua bilang gitu Maa," lanjut Farel.

"Kalau gua ini beda Rel. Jujur aja ya, tetangga gua suka ngomongin orang. Ya gitulah," keluh Puma kemudian.

"Huffftt, tetangga tetangga," keluh Farel. Keluhan dari Puma tadi membuat Farel teringat sesuatu. Ia segera membuka HP nya dan memperlihatkan isi percakapan dirinya dengan Ara saat Ara kabur dari rumah karena bertengkar dengan mamanya.

"Lu liat tuh" ujar Farel sambil melemparkan HP nya kepada Puma. Ia pun mulai menyalakan rokoknya.

"Kenapa dia cokk?" tanya Puma kemudian.

"Ya itu. Sama kayak yang lu alamin. Gara-gara tetangga. Ngapain sih tetangga nih terlalu ngurusin hidup orang lain. Gua ngerti, tetangga ini bisa kita anggap sebagai keluarga terdekat kita. Tapi ya gak seharusnya mereka ngurusin keluarga orang lain anjing. Fuck lahh," ujar Farel yang kesal.

"Terus, duit lu dibalikin?" tanya Puma kepada Farel. Hal itu membuat Farel hilang emosi dan justru tertawa.

"Hahahaha, wehh anjing. Gua gak mempermasalahkan duit gua tot. Yang gua permasalahin ini tetangga yang kerjaannya terlalu ngurusin hidup orang lain. Tapi duit gua di balikin kok sama dia. Makanya kemaren gua bisa ke Bukittinggi sama dia. Kalaupun duit gua gak dibalikin, gak bakal gua permasalahin Maa. Selagi bisa gua bantu ya gua bantu," jelas Farel.

"Eh iya, lu pulang kapan Rell?" tanya Puma.

"Rabu gua pulang"

"Lu sama dia gimana?" tanya Puma kemudian.

"Gak gimana-gimana Maa. Tapi ada yang mau gua ceritain ke lu," ujar Farel kemudian.

"Apa tuh?" tanya Puma yang penasaran.

Farel pun mulai menceritakan bahwa akun instagram Ara yang masih "tersangkut" di HP nya. Ia pun mulai mengulik kehidupan Ara yang dulu hingga kehidupan Ara sekarang yang menurut Farel berubah secara drastis setelah Ara ditinggal oleh mantannya. Tak lupa ia menceritakan ada pesan instagram dari seorang wanita yang bertanya kepada Ara, apakah Ara memiliki teman yang "belok" atau tidak.



Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang