Beberapa hari setelah om Putra meninggal, keluarga-keluarga Farel pun segera pulang ke tempat asalnya masing-masing. Farel lah yang ditugaskan untuk mengantarkan beberapa orang dari keluarganya ke bandara. Pagi-pagi buta Farel sudah bangun untuk segera mengantarkan om Refli ke bandara. Perjalanan mereka berdua ditemani oleh hujan yang turun pada pagi itu. Om Refli pun mulai membuka pembicaraan.
"Farel kan udah lulus nihh, rencana mau kerja dimana?" tanya om Refli tiba-tiba.
"Dimana aja mau kok om, dan apapun kerjaannya mau" jawab Farel kemudian.
Om Refli pun menawarkan Farel untuk menjadi pegawai honor di lembaga tempat ia bekerja. Akan tetapi Farel menolaknya. Ia ingin bekerja di perusahaan. Akan tetapi, ia tak menentukan lokasi dan dibidang apa perusahaan tersebut bergerak.
"Kalau di angkasa pura mau?" tanya om Refli.
"Hahaa, itu memang keinginan Farel om. Farel pengen banget kerja di angkasa pura" jawab Farel bersemangat dengan sedikit diiringi tawa kecil.
"Ohh, bagus kalau gitu. Nanti kalau ada pembukaan om kabari ya Rel" ujar om Refli yang ikut senang melihat Farel yang sangat ingin bekerja.
"Makasih om" ujar Farel kemudian.
Tak butuh waktu lama, karena lalu-lintas masih sepi, mereka pun tiba di bandara. Sesampainya di bandara, om Refli segera masuk untuk mengurus keberangkatan dan Farel pun segera pulang kerumah.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.15. Farel sedang bermain game kesayangannya. Ia pun bertemu musuh di dalam game tersebut. Begitu Farel ingin menghabisi musuh dengan cara menembaknya, tiba-tiba notifikasi pesan dari instagram pun masuk ke HP nya bersamaan dengan dirinya yang ingin menyentuh tombol tembakan. Akhirnya game pun keluar dan otomatis berpindah ke aplikasi instagram.
"Anjing!" ujar Farel kesal. Ia segera mengembalikan aplikasi game nya. Ia makin kesal ketika melihat bahwa karakternya telah mati. Ia pun segera mengembalikan ke instagram dengan sedikit kesal.
"Siapa sihh tolol yang ngirim pesan jam segini. Ganggu aja anjing!" ujar Farel sambil melihat akun yang mengirimnya pesan. Akan tetapi, begitu Farel melihat akun yang mengirimnya pesan, yang tadinya ia merasa kesal, kini berubah menjadi senang.
***
Beberapa bulan sebelumnya
Farel sedang nongkrong disalah satu coffeshop di Kota Padang bersama kedua sepupunya. Antrian cukup panjang telah berhasil mereka lalui dan akhirnya mereka pun mendapatkan tempat duduk. Suasana lebaran masih terasa dimalam itu. Terlihat beberapa pengunjung wanita masih banyak yang memakai gamis serba hitam dipadukan dengan jilbab yang berwarna hitam pula. Akan tetapi, ada seorang wanita yang menarik perhatian Farel. Wanita dengan paras cantik serta ekspresi yang cuek, rambutnya pendek sebatas leher, mengenakan kaos croptop berkerah berwarna hitam, celana berbahan jeans berwarna hitam pula serta sepatu berwarna putih. Tak lupa rokok elektrik yang menggantung dilehernya. "Polwan bukan nihh cewek" ujar Farel dalam hati karena melihat postur tubuh wanita tersebut cukup tinggi dan ideal. Entah suatu kebetulan atau memang wanita tersebut telah mengetahui bahwa dirinya diperhatikan oleh Farel, wanita tersebut pun melihat ke arah Farel. Pantang bagi Farel untuk membuang muka jika dirinya ditatap oleh seorang wanita. Pada akhirnya, wanita tersebut lah yang membuang muka terlebih dahulu dan melanjutkan antriannya.
"Liatin terus Rell, sampe mampus hahaha" ujar Rando, sepupu Farel yang umurnya 1 tahun lebih muda. Farel hanya diam mendengar perkataan Rando tersebut.
"Dia gak kedinginan apa ya? Ujan-ujan gini perutnya gak ketutup hahahahhaa" ujar Raihan dengan suara cukup keras sembari tertawa terbahak-bahak melihat outfit wanita tersebut. Hal itu pun membuat Farel risih dan menegur Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...