PART 30 (Satu Perubahan Ara, Yang Mampu Merubah Farel)

11 1 0
                                    

"Apa tuh Rell?" tanya Puma.

"Kalau dia ngerubah dirinya jadi lebih baik Maa. Masalah cara dia berpakaian? Gak seberapa penting. Intinya, ya dia ngerubah dirinya jadi lebih baik lah. Ngerti kan lu?"

"Ninggalin lingkungan dia?"

"Iya, itu yang paling penting"

"Gak masalah kalau cara dia berpakaian, gak masalah juga kalau dia masih ngerokok, dan sama sekali gak jadi masalah bagi gua kalau dia masih minum minuman beralkohol," lanjut Farel.

"Lumayan berat Rell. Dia tuh gak punya tempat untuk cerita. Bisa aja mungkin dia keluar dari lingkungan dia, yang sekarang dia jadiin pelampiasan. Tapi kalau dia lagi ada masalah yang berat, dia pasti bakalan minum lagi, dan ya masuk ke lingkungan itu lagi. Kecuali..." ujar Puma yang akhirnya menghentikan kalimatnya sejenak.

"Kecuali apa?" tanya Farel.

"Pakai logika lu, gua gak mau lagi lu dikuasai sama hati lu Rell. Jangan masukin ke hati perkataan gua ini. Masukin ke otak lu, lu olah dengan cara berpikir lu. Keluarin logika lu. Lu yang bilang sendiri kan kalau logika itu hasil berpikir yang paling logis?" tanya Puma sekaligus meyakinkan Farel.

Farel hanya mengangguk dan siap mendengarkan perkataan Puma.

"Lu bisa jadi teman dia bercerita. Lu bisa nemenin dia minum kalau dia lagi ada masalah yang berat, dan lu ada disaat dia lagi down," ujar Puma menjelaskan.

"Tapi Rell, musuh bebuyutan lu adalah masa lalu dia. Lu termasuk orang baru yang masuk ke kehidupan dia, gak akan semudah itu dia bisa ngejadiin lu sebagai tempat dia bercerita, tempat dia berkeluh kesah. Intinya, gak semudah itu dia ngejadiin lu sebagai "rumah" dia yang baru," lanjut Puma.

"Sekali lagi gua tekan kan sama lu. Hindari hal-hal yang bisa bikin lu kecewa. Kalau seandainya lu nyiapin diri lu sebagai "rumah" baru untuk dia, lu gak akan pernah sadar, dan lu gak akan pernah tau Rell, kapanpun masalalu dia yang pernah jadi "rumah" lama bagi dia, bisa narik dia kembali lagi ke "rumah" nya yang lama itu. Masa lalu dia mempersiapkan segalanya, masa lalu dia udah "merenovasi rumah" lama dia menjadi sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya, disaat itu gua yakin dia bakalan pulang ke "rumah" lama dia. Dan lu sebagai "rumah" dia yang baru pasti bakalan kecewa berat Rell. Gua yakin logika lu pasti mengatakan kalau lu bakalan kecewa parah, ya kan Rel? Makanya itu, gua tekan kan ke lu entah yang keberapa kalinya, jauhkan hal-hal yang akan membuat diri lu kecewa. Ngerti Rell?" Puma memeberi saran begitu tegas kepada Farel dan menjelaskan panjang lebar.

Farel menghela nafasnya, dan kemudian mengangguk. Ia tersenyum kepada Puma.

"Thanks Maa," ujar Farel sembari menepuk punggung Puma.

"Santai cuk, gua gak mau lu terjebak disini dan ngelupain ambisi lu," ujar Puma.

"Oh iya Maa, kalau gua boleh tau. Kata lu, lu pernah juga jadi sadboy. Gimana tuh ceritanya?" tanya Farel kemudian.

"Simpel ceritanya Rell, gak seribet dan gak sepanjang cerita lu, tapi ya sakit"

"Gimana tuh?"

"Gua punya cewek waktu SMA. Gua lupa hubungan gua sama dia udah jalan berapa lama. Dia ninggalin gua demi cowok lain yang bawa mobil. Waktu itu gua masih make supra, belum make ninja hahaha. Gitu aja sihh"

"Ya walaupun simpel tapi sakit juga itu hahaha, terus barulah lu ketemu sama Yofa?" tanya Farel kemudian.

"Iya, kelas 11. Tau gak lu. Yofa kan sekelas tuh sama gua. Dia tuh selalu dapet juara kelas. 5 besar gak pernah lepas dari dia"

"Terus, kalian saingan? Lu sama dia sama-sama di 5 besar terus, dan akhirnya itu bikin kalian jadi deket? Gitu," tanya Farel kemudian.

"Nah, iya Rell, dia kan 5 besar terus tuh. Gua juga anjir," jelas Puma sambil menahan tawanya karena ke PD an Farel yang sok tau.

"Hebat juga lu anjing. Bisa 5 besar terus"

"Iya, tapi dari bawah Rell. Dia 5 besar dari atas, gua dari bawah hahahahhaa," cetus Puma kemudian sambil tertawa terbahak-bahak terlebih lagi setelah melihat ekspresi Farel.

"Si anjing, gua udah serius," umpat Farel sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi lu masih mending Maa. 5 besar dari bawah. Lah gua, dari 40 siswa, gua peringkat ke 37 hahaha," lanjut Farel sambil tertawa yang juga dibarengi dengan tawa oleh Puma.

"Ternyata lu lebih bodoh dari gua ya. Soal akademik, soal percintaan hahahaha," ejek Puma sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi Maa, kok bisa Yofa mau sama lu? Kasta aja udah beda. Dia 5 besar dari atas, lu 5 besar dari bawah? Bego juga tuh cewek hahaha"

"Eitsss, Puma nih boss. Jangan main-main hahaha," ujar Puma menyombongkan diri.

"Wah, sombong sih anjing. Mentang-mentang bawa ninja"

"Kaga cokk, waktu awal-awal gua sama Yofa, gua masih bawa supra tuh"

"Lah serius Maa? Kok bisa dia mau sama lu?" tanya Farel yang tak percaya.

"Hahaha, gak tau juga gua cok," jawab Puma yang dirinya sendiri pun tak tau mengapa Yofa bisa berpacaran dengannya. Padahal ia menyadari, semasa SMA dulu, cukup banyak saingannya untuk mendapatkan Yofa. Dan beberapa saingannya tersebut, ada yang lebih dari dia.

"Tapi jangan salah lu. Gua pernah masuk 5 besar dari atas walaupun cuma sekali" lanjut Puma kemudian.

"Kok bisa tuh?"

"Iya, dikasih tantangan gua sama bokap gua. Katanya kalau gua bisa masuk 5 besar, dia mau beliin gua motor ninja. Makanya gua bisa punya ninja itu Rell"

"Bagus juga tantangan dari bapak lu. Tapi kan sekarang udah beda lagi Maa, udah Brio sekarang bawaan lu hahaha," ujar Farel.

"Iya cuk, giliran gua udah ada Brio, eh cewek gua jauh. Kosong mulu dah kursi kiri tuh"

"Ga ada niatan nyari pengisi jok kiri sementara lu? Brio loh itu Jii, sayang kalau gak dimanfaatin. Hahaha," canda Farel sambil menunjuk mobil Puma dengan matanya.

"Si anjing, tadi ngedukung gua banget nikah sama cewek gua. Sekarang malah nyuruh yang aneh-aneh. Bangsat bangsat," umpat Puma sambil mendorong lengan Farel.

"Hahahhaa, becanda Maa"

Tak terasa, obrolan yang begitu asik diantara mereka berdua, membuat mereka tak sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 23.50. Farel pun berinisiatif untuk pulang.

"Cabut kita?" tanya Farel pada Puma sembari memperlihatkan jam tangannya.

"Yok lahh, lu besok ga kemana-mana kan?" tanya Puma kemudian.

"Nggak, kenapa emang?"

"Nongkrong lah kita besok malam, lusa kan lu udah pulang"

"Aman Maa, sekabaran aja ntar"

Mereka pun bergegas untuk pulang. Farel memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar dirinya cepat sampai dirumah. Esok hari, ia berniat untuk segera mengemasi barang-barangnya, agar pada malam harinya ia bisa kembali bertemu dengan Puma. 

***

Sesampainya dirumah, tak ada langit malam yang akan Farel lihat, tak ada rokok yang akan ia hisap terlebih dahulu. Ia segera masuk ke dalam, mandi, Sholat Isya, dan mempersiapkan dirinya untuk tidur. Tak butuh waktu lama, akhirnya Farel pun tertidur.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang