Mereka berdua pun turun dari mobil Farel dan segera memilih tempat untuk duduk. Tempat tersebut memiliki beberapa space pilihan. Farel dan Ara memilih space yang paling kiri karena Farel ingin minum kopi. Setelah masuk dan memesan, mereka segera duduk di tempat yang langsung menghadap ke jurang dengan pemandangan jajaran perbukitan Bukit Barisan. Hujan gerimis dan cuaca dingin disore itu menemani mereka.
"Dingin banget, kamu gak kedinginan?" tanya Ara kepada Farel yang memang melihat Farel hanya mengenakan baju kaos.
"Nggak, kamu padahal udah pakai hoodie tapi masih kedinginan?" tanya Farel.
"Iya masih"
Tak berapa lama, pesanan mereka pun tiba. Ara memesan kwetiau goreng dan air mineral, sedangkan Farel tetap dengan kopi americano andalannya. Meskipun makanan sudah datang, Ara masih sibuk mendokumentasikan momen tersebut. Beberapa kali ia meminta tolong kepada Farel untuk mengambilkan video dirinya. Farel sama sekali tak keberatan akan hal itu. Beberapa kali juga, Farel memotret pemandangan tempat tersebut. Setelah Ara meminta Farel untuk mengambil video dirinya, ia pun langsung mengirimkan video tersebut ke HP nya dan meng-upload nya ke story whatsapp miliknya.
"Liat nih, kawan aku banyak yang nanya lokasinya hahaha," ungkap Ara kepada Farel sambil tertawa.
Farel hanya tertawa kecil menanggapinya. Ia sibuk menikmati pemandangan sore itu dipadukan dengan gerimis dan udara dingin ditempat tersebut. Tak lupa ia menyeruput kopi kesayangannya yang mulai dingin karena terbawa cuaca. Entah berapa banyak batang rokok yang telah ia habiskan. Ia begitu menikmati momen tersebut. Terlebih lagi, ia sedang bersama Ara.
"Aku suka hujan, apalagi kalau pemandangannya kayak gini. Kamu suka?" tanya Ara kepada Farel sambil melihat ke arah pemandangan bukit yang ada di depan mereka berdua.
"Suka sih, tapi ya jangan deres-deres banget. Ya kayak gini enak. Gerimis-gerimis gini aja," jawab Farel tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari pemandangan yang ia nikmati.
"Iya aku juga. Menurut aku, cocok aja gitu ngeliatin gerimis terus pemandangannya bagus kayak gini. Cocok juga kalau lagi jalan jauh, terus gerimis. Aku suka banget," ungkap Ara sambil tersenyum.
Farel hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Ara tersebut. Ia setuju dengan pendapat Ara. Udara dingin disertai gerimis, ditambah dengan pemandangan jajaran perbukitan seperti ini, Farel sangat menyukai hal itu.
"Kamu gak mau foto atau bikin video gitu?" tanya Ara kemudian.
"Nggak, gak hobi"
"Iyasih, cowok kan biasanya emang jarang. Beda sama cewek hahaha," ujar Ara sembari tertawa.
Ara pun mulai memakan makanan yang ia pesan. Ia pun segera menawarkan makanan tersebut kepada Farel.
"Nih, kamu gak mau?" tanya Ara.
"Nggak, aku udah makan tadi sebelum berangkat"
"Makan lah, gak abis nih sama aku"
"Iya, nanti aku makan," jawab Farel singkat.
"Nih nih, aaa aaa aaa," ujar Ara sambil mengarahkan sendok ke mulut Farel karena dilihatnya Farel tak kunjung memakan makanan yang ada di depannya. Farel pun menerima suapan dari Ara tersebut.
Akhirnya mereka berdua pun terlarut dalam beberapa obrolan. Tanpa mereka sadari, waktu telah memasuki pukul 19.00. Farel pun bingung, setelah ini ia ingin mengajak Ara kemana. Saat Farel tengah berpikir, tiba-tiba Ara merogoh saku celananya.
"Nih, uang kamu," ujar Ara kepada Farel sambil memberikan total uang 300.000 yang pernah ia pinjam kepada Farel. Ingin rasanya Farel tak mengambil uang tersebut, akan tetapi ia menghargai niat Ara yang telah berusaha mengembalikan uangnya. Ia pun menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Подростковая литература"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...