PART 12 (Apakah Tujuan Tersebut Terlaksana? Tak Akan Pernah!)

16 3 0
                                    

Begitu sampai di depan kos kawan Ara, Farel segera memberi kabar.

"Aku di depan kak," tulis Farel melalui whatsapp.

"Iya bentar, aku keluar," balas Ara. Tak butuh waktu lama, Ara pun muncul dan masuk ke dalam mobil Farel.

"Kamu belum makan kan? Aku juga belum, makan dulu yok," ajak Farel menawarkan.

"Boleh, gapapa aku gini aja?" tanya Ara kemudian. Maksud Ara adalah, ia menanyakan penampilannya yang menurut dirinya tak siap untuk bepergian. Padahal menurut Farel, hal itu tak menjadi masalah.

"Gapapa, santai aja. Mau makan dimana?"

"Ayam geprek aja yuk, kamu mau kan? Tempat kita makan waktu malam itu. Tapi kita gak kesana, yang deket sini aja. Ada cabangnya kok"

Farel hanya mengangguk dan segera memutarkan arah mobilnya.

"Farel udah di Padang tapi gak ngabarin aku," ujar Ara secara tiba-tiba.

"Iya, udah dua hari yang lalu aku di Padang. Kemarin tuh waktu baru nyampe aku mau ngajak kamu keluar besoknya. Tapi kan ujan tuh dari pagi sampai malam gak ada berhentinya. Mager aku jadinya," jelas Farel.

"Iyasih, aku juga gak ada keluar waktu itu"

"Eh iya, kamu kenapa bisa berantem sama mama?" tanya Farel kemudian.

"Iya, gara-gara tetangga aku ada yang ngadu ke mama. Kan dikonten tiktok aku tuh banyak konten aku lagi nongkrong terus make baju croptop gitu. Nah, karena itu mama marahin aku, sampai-sampai aku dibilang cewek murahan sama mama. Disitu lah aku sakit hati," ujar Ara menjelaskan.

Farel hanya terdiam sejenak dan menghela nafas. Memang, sudah dua kali Farel jalan berdua bersama Ara, Ara memang hobi memakai baju croptop. Akan tetapi, itu tak menjadi masalah bagi Farel. Bahkan sedikitpun Farel tak pernah malu untuk pergi berdua bersama Ara. Kalau bagi orang tua, Farel sangat merasa wajar bila Ara dimarahi oleh mamanya. Akan tetapi, tak seharusnya orang tua berbicara seperti itu kepada anaknya. Satu hal yang membuat Farel kesal, untuk apa tetangga Ara ikut campur terhadap kehidupannya. Farel bukan tipe orang yang suka mengurus kehidupan orang lain. Ia menganggap hal itu sangat-sangat tidak penting.

"Kenapa sih kok tetangga kamu rusuh gitu? Padahal aku suka suasana disini, karena aku liat orang-orangnya cuek-cuek," ungkap Farel sambil tangannya mengepal di stir mobil.

"Iya, memang banyak yang cuek kok. Tapi ya beberapa masih ada aja yang suka ngurusin hidup orang lain," ujar Ara menjelaskan.

"Gak jelas orang-orang kayak gitu," keluh Farel kepada Ara.

Untuk sejenak, mereka berdua pun terdiam. Farel masih saja terus memikirkan tetangga Ara tersebut. Apa tujuan dari orang tersebut mengurusi hidup Ara? Apakah orang tersebut iri terhadapnya? Banyak pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepalanya. Beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan. Farel dan Ara pun turun dari mobil. Setelah memesan makanan, Ara pun duduk, sedangkan Farel pergi untuk membeli rokok. Setelah Farel kembali, makanan sudah terletak diatas meja. Setelah makan, mereka pun menghisap rokok bersama-sama.

"Eh iya, sorry ya kak. Aku gak bisa lama-lama ini. Soalnya aku mau pergi sama mama sore ini. Abis ni langsung pulang ya?" ujar Farel kepada Ara.

"Iya gapapa, mau kemana emang?"

"Gak kemana-mana. Cuma mau ganti ban aja"

"Hmm okedeh," jawab Ara.

"Kakak nanti malam bisa pergi gak?" tanya Farel kemudian.

"Bisa kok"

"Nanti aku kabarin lagi ya, kalau aku bisa keluar, kita ngopi yok"

"Boleh"

Setelah menghabiskan sebatang rokok masing-masing, mereka pun bergegas pulang. Farel pun kembali mengantarkan Ara. Setelah sampai, Farel pun segera memberikan uang yang Ara pinjam kepada dirinya.

"Makasih ya," ucap Ara kepada Farel.

"Iya sama-sama," balas Farel.

"Ini kaca mobil kamu keliatan gak dari luar?" tanya Ara kemudian. Tentu saja pertanyaan tersebut membuat Farel heran.

"Keliatan sih, kenapa?"

"Oh, gapapa kok. Yaudah, hati-hati ya," ucap Ara.

Farel hanya mengangguk. Begitu Ara turun dari mobil, ia segera memacu mobilnya menuju jalan pulang. Farel masih bingung dengan pertanyaan Ara tadi. "Nanya kaca keliatan dari luar atau nggak? Gak jelas banget. Pertanyaan yang seharusnya gak perlu ditanyain," ujarnya dalam hati. 

***

Begitu sudah dekat dengan rumah neneknya, Farel segera memberi kabar kepada ibunya agar bersiap-siap, agar saat ia sampai dirumah neneknya, ia dan ibunya bisa segera pergi. Sesampainya dirumah, ia dan ibunya langsung menuju lokasi tempat Farel ingin mengganti ban mobilnya. 

***

Setelah selesai, Farel dan ibunya segera pulang bertepatan dengan waktu yang menunjukkan pukul 17.15. Farel pun menghisap sebatang rokok terlebih dahulu sebelum mandi, mengingat ia dan Ara akan pergi setelah Maghrib nanti. 

"Kak, nanti ngopi yok," tulis Farel dalam pesan singkat kepada Ara.

"Yok, boleh," balas Ara tak berapa lama setelah Farel mengajak.

"Oke kak, kalau aku OTW aku kabarin," balas Farel kemudian.

"Iya, aku lagi beli mie diluar ni, nanti aku kabarin kalau udah kelar makan ya"

"Oke kak"

Setelah menghabiskan sebatang rokok, Farel pun segera mandi. Setelah mandi, sebentar lagi akan masuk waktu Sholat Maghrib. Begitu Azan berkumandang, ia pun bergegas untuk Sholat. Setelah Sholat, tak berapa lama kemudian Ara memberi kabar melalui pesan singkat.

"Ni aku mau jalan ke kos," tulis Ara pada pesan singkat tersebut.

"Oke kak, aku OTW juga," balas Farel.

Lalu-lintas dimalam itu tak seberapa ramai, sehingga tak butuh waktu lama bagi Farel untuk sampai di kos teman Ara tersebut. Begitu sampai, seperti biasa Farel memberi kabar, dan tak lama setelah memberi kabar, Ara muncul. Hujan pun mulai turun dimalam itu.

"Yah hujan," keluh Ara.

"Iya, kamu tau gak tempat ngopi yang indoor tapi bisa ngerokok?" tanya Farel kepada Ara.

"Hmm ada tuh, ke Situ Koffie aja," ajak Ara sembari menatap ke arah Farel.

"Boleh," ujar Farel sembari mencari lokasi tempat tersebut di google maps.

"Eh iya, aku minggu lalu udah interview tau," ujar Ara secara tiba-tiba.

"Interview apa?"

"Untuk kerja," jawab Ara.

"Oh, dimana tuh?"

Ara pun menunjukkan lokasi tempat ia melakukan interview. Ternyata Ara melakukan interview di salah satu coffeshop yang berada di Kota Padang. 

"Barista ya?" tanya Farel.

"Iya, tapi belum di panggil lagi. Kata abang yang punya, barista nya ada yang mau resign, jadi kemungkinan aku gantiin dia nanti," ungkap Ara sambil tersenyum. Terpancar raut wajah senang dari Ara.

Farel hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia begitu senang mendengarnya. Saat ia bertemu dengan temannya di Kota Jambi kemarin, ia memang memiliki niat kembali ke Kota Padang untuk memberikan semangat kepada Ara agar Ara bisa mencari kerja. Akan tetapi, tak ada angin tak ada hujan, Ara memberitahu bahwa ia telah melakukan interview. 

Farel berpikir, bahwa ia tak perlu lagi memberikan semangat kepada Ara. Ia merasa, dalam diri Ara ada rasa ingin survive dalam kehidupannya yang begitu berat. Tak mendapatkan kasih sayang dari ayah sejak kecil, dan kini ia sedang bertengkar dengan mamanya, tentu mendengar kabar bahwa ia telah melakukan interview untuk pekerjaan tersebut, Farel merasa bahagia. Farel tak tau apakah tujuan dirinya kembali ke Kota Padang untuk memberikan semangat kepada Ara telah berhasil atau belum. Akhirnya Farel menyimpulkan, bahwa tujuan tersebut tak pernah terlaksana, karena ternyata, Ara telah mendahuluinya.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang