Begitu sampai dirumah, seperti biasa, Farel menghisap rokok terlebih dahulu. Entah kenapa tiba-tiba dirinya terpikir dengan Ara. Entah apa maksud Ara yang ingin mengajaknya untuk menghabiskan waktu bersama dirinya sebelum ia pulang. "Mungkin ada yang mau dibilang nya ke lu Rel, mungkin dia mau cerita sama lu." Kalimat dari Puma itu terus-menerus berputar di dalam kepala Farel.
"Raa, kamu sekarang ada di bagian kota yang salah," ujar Farel dalam hatinya.
Perkataan Farel dalam hatinya barusan membuatnya berpikir, bukan, tapi lebih membuatnya sedikit tak rela untuk meninggalkan Ara disini. Farel tak bermaksud untuk bersama dengan Ara selamanya, melainkan ia hanya ingin "menarik" Ara dari lingkungannya yang sekarang. Hatinya seperti tak rela, ia mengagumi gadis kecil tersebut karena tekadnya yang begitu besar untuk melawan dunia yang telah jahat kepada dirinya. Hal itulah yang membuat hati Farel seperti tak rela untuk membiarkan Ara terus menerus berada di bagian kota yang salah, ya, di lingkungan yang salah. Terlebih lagi, jika Farel melihat Ara yang dulu, Farel merasa ada yang bisa diperbaiki dalam diri Ara.
Akan tetapi, logika Farel berkata "jika dia mau keluar dari lingkungan itu, harus dia sendiri yang melakukannya, bukan orang lain. Selain itu, gua juga ngeliat bahwa dia kayak ada kemauan kecil untuk berubah jadi lebih baik, tapi itu semua dia yang menentukan," Farel pun menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya.
"Ya, gua gak bisa apa-apa sekarang. Jadi sekarang gua gak perlu mikirin dia, gak perlu bantu dia keluar dari lingkungannya, dan gak perlu coba-coba untuk ngerubah dia. Gua harus mikirin diri gua sendiri. Ada ambisi yang gua kejar, ga ada waktu untuk mikirin orang lain," ujar Farel meyakinkan dirinya setelah ia menggunakan logikanya untuk berpikir.
Setelah logikanya mengatakan hal itu, Farel pun tersenyum. Ia tau tujuan berikutnya yang akan ia gapai. Apalagi kalau bukan mengejar ambisi yang selama ini tertanam dalam dirinya. Rokok yang ia hisap pun telah habis. Ia segera masuk ke dalam rumah, lalu mandi, dan kemudian bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, ia tersenyum. Keputusan apakah ia akan menolak atau menerima ajakan dari Ara untuk menghabiskan waktu bersamanya, memang belum dapat ia tentukan. Apakah ia akan menerima ajakan Ara atau menolaknya? Sekali lagi, Farel belum menentukannya.
***
Farel terbangun ketika alarm nya berbunyi dan bertepatan dengan berkumandangnya Azan Subuh. Pagi itu tak ada sama sekali kegiatan yang akan ia lakukan. Setelah Subuh, ia melanjutkan tidurnya dan mengatur alarmnya saat waktu Zuhur nanti, mengingat dirinya akan pergi untuk memasang lampu kolong mobil milik Puma. Saat Azan Zuhur berkumandang, Farel pun bangun. Akan tetapi belum ada kabar dari Puma. Setelah Sholat Zuhur, ia pun bergegas ke tempat pencucian mobil sembari menunggu kabar dari Puma. Saat ia berada di tempat pencucian mobil, Puma pun memberi kabar.
"Cuk, ni udah gak panas. Gua OTW ke tempat kawan gua," tulis Puma pada pesan tersebut.
"Oke Maa, ntar gua nyusul. Lagi nyuci mobil. Shareloc," balas Farel.
Setelah mobilnya selesai dicuci, Puma telah mengirimkan lokasi tempat ia akan memasang lampu. Ia pun bergegas menuju ke tempat tersebut. Ternyata Puma pergi ke kafe milik temannya. Karyawan kafe milik temannya tersebut lah yang akan memasang lampu kolong mobil Puma.
"Dari cucian mana lu?" tanya Puma kepada Farel begitu Farel sampai.
"Cucian Alai, deket rumah lah," jawab Farel.
"Mana? Belum dipasang?" tanya Farel kemudian.
"Belum cuk, kawan gua lagi pergi"
Mereka berdua pun larut dalam obrolan seputar masalah mobil dan pekerjaan yang memang sedang dicari oleh mereka berdua. Tak berapa lama kemudian, teman Puma tersebut datang. Farel dan teman Puma tersebut pun berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...