PART 11 (Ara's Problem)

14 3 0
                                    

Setelah berkendara dalam waktu yang sangat lama, pada pukul 14.30, Farel telah memasuki Kota Solok. Ia memilih berhenti di Kota Solok untuk mengisi perutnya di rumah makan. Untuk melakukan perjalanan jauh, Farel memang tak ingin mengisi perutnya dengan makanan berat ketika ingin berangkat. Ia takut, jika dirinya makan berat, maka ia akan mengantuk di perjalanan. Setelah selesai makan, ia memesan kopi hitam kesukaannya untuk menemani dirinya merokok. Setelah menghabiskan kopi dan merokok, ia pun segera melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Kota Solok menuju Kota Padang merupakan jalan favorit Farel. Jalan yang berkelok-kelok dipadukan dengan pemandangan yang indah, hal tersebut membuat Farel tak lelah melakukan perjalanan yang jarak tempuhnya sangat jauh. 

***

Pada akhirnya, Farel sampai di rumah neneknya pada pukul 17.15. Ia pun segera mandi dan melaksanakan Sholat Maghrib begitu Azan berkumandang. Setelah Sholat Maghrib, ia segera makan malam dan bersiap untuk mengistirahatkan dirinya setelah Sholat Isya nanti.

***

Dua hari telah Farel lalui di Kota Padang. Hari pertama, ia berniat untuk keluar bersama Ara, akan tetapi hujan tak kunjung berhenti dari pagi sampai malam. Hal itu membuatnya malas untuk beranjak dari rumah. Hari kedua, ia melakukan latihan penuh bersama game kesayangannya untuk menghadapi kejuaraan yang cukup bergengsi. Ia berlatih mulai dari pagi hari ketika ia bangun sampai malam ketika ia akan tidur lagi. Ia hanya berhenti ketika waktu Sholat dan makan. Barulah pada hari ketiga ia berniat untuk mengajak Ara keluar. Akan tetapi, sore itu ia berniat pergi bersama mamanya untuk mengganti ban mobilnya. Ia pun segera mandi untuk bersiap-siap.

"Ma, nanti kawanin ganti ban depan mobil ya. Sore kita pergi," ujar Farel kepada mamanya setelah ia mandi.

"Oke nak," jawab mamanya.

Farel pun membaringkan tubuhnya dikasur sambil memainkan HP nya. Tiba-tiba, pada pukul 12.30, masuk beberapa pesan dari Ara ke HP nya. Saat itu, Farel sedang berada diluar dan HP nya tertinggal di dalam kamar.

"Rell, aku lagi buntu banget. Udah tiga hari ni aku di kos temen aku karena lagi ribut sama mama"

"Aku mau minta tolong sama kamu, maaf banget minta tolong terus, maaf banget kamu ketemu orang kayak aku, tapi aku tau cuma kamu yang bisa ngerti. Sekali ini aja, aku gak tau lagi mau ngadu ke siapa"

"Aku boleh pinjam uang kamu lagi gak? Aku mau bayar arisan, terus hari ini paket aku datang. Uang aku udah abis untuk beli makan disini. Aku gak tau nanti mau makan apa karena gak megang uang sama sekali"

"Maaf ya Rel, walaupun kita baru kenal tapi aku udah lancang banget minta tolong terus sama kamu. Aku segan banget, tapi juga ga ada pilihan. Maaf banget"

Farel pun kembali masuk ke kamarnya, dan mengecek HP nya. Ia terkejut, ada beberapa pesan masuk dari Ara. Ia pun segera membacanya, dan setelah membaca pesan tersebut Farel terkejut sekaligus kasihan dengan Ara. Beruntung, Farel baru saja mendapatkan uang pemberian dari dosennya karena ia telah membantu di acara penyuluhan hukum kemarin. Menurutnya, tak ada salahnya membantu Ara yang kini sedang dalam kesulitan. Akan tetapi, ia sedikit tak habis pikir. Hal apa yang membuat Ara bertengkar dengan mamanya sehingga ia sampai kabur dari rumah. "What???," ujarnya dalam hati. Ia pun segera membalas pesan Ara.

"Berapa kak?"

Ara tak menyebutkan nominal uang yang ia butuhkan, ia justru kembali mengirimkan pesan permintaan maaf yang sedikit membuat Farel kesal. "Ah, santai aja kali. Selagi aku bisa bantu pasti aku bantu kak," ujarnya dalam hati.

"Aku segan banget sama kamu, kamu ga marah sama aku karna minta tolong terus?" tanya Ara kepada Farel.

"Kalau kamu marah bilang aja gapapa kok. Karena emang aku nyusahin kamu terus," tambah Ara kemudian.

Farel pun heran, alasan apa yang mengharuskan dirinya untuk marah. "Fuck! Kenapa aku harus marah sih?" ujarnya dalam hati. Ia pun segera membalas pesan wanita tersebut.

"Santai kak, selagi aku bisa bantu aku coba bantu kok," tulis Farel dalam pesan tersebut.

"Mau pinjam berapa tuh?" Lanjut Farel.

"Hmm, jawab dulu. Kamu marah gak?" balas Ara kemudian yang membuat Farel membanting HP nya ke kasur. Ia kesal dengan pertanyaan semacam itu. Tapi ia berusaha membalas pesan dari Ara setenang mungkin.

"Nggak, santai aja kak"

"Maaf ya, maaf banget. Aku ngerasa gak enak sama kamu karena minta tolong terus," balas Ara kemudian.

Farel hanya menghela nafas dalam-dalam. Ia merasa sebentar lagi emosinya akan memuncak. Ia membanting HP nya ke kasur untuk yang kedua kalinya. Ia kemudian menuju wastafel dapur untuk mencuci mukanya sejenak. Setelah merasa sedikit tenang, ia kembali ke kamar dan membalas pesan Ara.

"Gapapa kak, santai aja. Mau make berapa?" tanya Farel kemudian.

"300 boleh? Aku bayar arisan 100, sisanya untuk paket sama pegangan untuk beli makan," balas Ara kemudian.

"Maaf ya, kalo gabisa gapapa kok Farel," lanjut Ara.

"Aku cuma bisa minjemin 250 kak, gimana? Gapapa kan?"

"Iya gapapa," balas Ara kemudian.

"Butuh siang ini ya? Atau bisa nanti malam?"

"Iya, siang ini, aku mau beli makan"

"Aduh, saldo di M-Banking aku kosong. Aku cuma megang uang cash. Kakak lagi di kos kawan kakak yang kemarin kan?"

"Iya disitu"

"Bentar ya kak, nanti aku antar kesitu aja," jawab Farel.

"Oh, Farel udah di Padang? Iyadeh Rel, aku laper banget. Makasih ya," balas Ara berterima kasih.

"Iya kak sama-sama"

"Maaf ya ngerepotin," balas Ara meminta maaf entah yang keberapa kalinya.

Ia memilih untuk tak membalas pesan tersebut. "Fuck. Minta maaf aja terus. Dah gua bilang, kalau gua bisa bantu bakalan gua bantu kok. Gak jelas banget," ujar Farel dalam hati. Ia pun tak membalas pesan tersebut dan langsung menyalakan mobilnya.

Ambisi (The Wrong Part Of Town)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang