Sesampainya dirumah, Farel sengaja untuk menghisap rokok terlebih dahulu di teras. Gerimis pun mulai turun di malam itu. Suasana yang membuat diri Farel tenang. Ia tersenyum, sebentar lagi ia akan meninggalkan teras tersebut, teras yang biasanya ia gunakan untuk bersantai menghisap rokok dan terkadang meminum kopi pahit buatannya sendiri. Setelah selesai dengan sebatang rokok, ia segera masuk ke dalam rumah. Ia pun segera mandi. Setelah mandi, ia mengemasi barang-barang kecilnya yang belum terkemas. Tak butuh waktu lama bagi Farel untuk melakukan itu, ia kemudian berusaha untuk tidur.
Entah sudah berapa kali Farel gelisah dalam tidurnya di malam itu. Selama berada dirumah neneknya, baru sekali itu ia sangat sulit untuk tidur. Ia pun kembali ke teras untuk menghisap rokok. Ternyata, hujan sudah turun tanpa Farel sadari. Hujan yang turun di dini hari itu tak seberapa lebat. Ia melihat jam di HP nya, ternyata sudah menunjukkan pukul 02.15. Dalam hitungan jam, ia akan meninggalkan Kota Padang. Lagi-lagi, entah ia menyadarinya atau tidak, dirinya telah dikuasai kembali oleh hatinya. Hal itu terlihat, karena ia sedang memikirkan seseorang, yang tentu saja sebentar lagi akan ia tinggalkan.
"Hufftt, dia gimana ya?" ujar Farel dalam hati.
Lagi-lagi Farel terpikir oleh Ara. Instagram Ara telah ia logout dari HP nya karena menurutnya, notifikasi yang hampir setiap saat muncul, cukup mengganggunya. Farel memikirkan bagaimana Ara kedepannya. "Apakah ia bisa keluar dari bagian kota yang salah? Apakah Ara akan segera mendapatkan pekerjaan? Apakah Ara akan terus seperti ini, bertahan dalam kehidupannya yang berat dalam jebakan bagian kota yang salah?", pertanyaan-pertanyaan itu terus saja memenuhi isi kepala Farel.
Air mata Farel mulai menetes. Meskipun Ara bukanlah orang yang suka senyum, akan tetapi ia pernah melihat senyuman Ara beberapa kali ketika Ara sedang bersamanya. Ya, senyum tipis dari gadis kecil yang tengah melawan jahatnya dunia, dan berusaha bertahan di dalam kehidupannya yang berat. Tiba-tiba, entah hal apa yang menguasai diri Farel, ia menganggap mantan Ara jahat, begitu jahat.
"Anjing, kenapa setega itu? Kenapa? Mungkin dia gak pernah ngerasain gak dapat kasih sayang dari ayah sejak kecil. Setega itu dia ninggalin cewek yang gak dapat kasih sayang dari ayah sejak kecil? Terlebih lagi cewek itu memiliki ibu yang saling cuek satu sama lain dengan dirinya? FUCK!!!" ujar Farel dalam hati.
Air matanya semakin menetes, akan tetapi ia tak menghapusnya. Ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Ara. Ada laki-laki yang melontarkan candaan berbau seksual kepada Ara, dan Ara hanya diam tak bereaksi apapun.
"Dia gak nyaman, dia gak akan pernah nyaman. Sekalipun dia nyaman, pasti itu paksaan. Kemana lagi dia harus melampiaskan kehidupannya yang berat? Kemana lagi dia harus menemukan tujuannya untuk pulang. Gak ada lagi, "rumahnya" udah rusak. Dan sampai sekarang, mungkin dia belum tau siapa yang akan memperbaikinya," ujar Farel dalam hati.
"Sebelum kamu pulang, aku mau ngabisin waktu sama kamu". Pesan singkat dari Ara tersebut kembali memenuhi isi kepala Farel. Ia berusaha untuk menghapus air matanya, dan menahan agar air matanya tak menetes kembali. Akan tetapi, Farel tak bisa menahannya, air matanya tetap menetes. Hujan dimalam itu sangat sesuai dengan suasana hatinya kali ini. Langit seolah mengerti rasa sedih yang sedang dialami oleh Farel. Ia teringat perkataan Puma, yang mengatakan bahwa ia jahat jika meninggalkan Ara begitu saja.
Kini Farel sedikit menyesal. Andai saja, ia menuruti permintaan Ara tersebut, pastinya itu akan menjadi momen pertemuan terakhir dirinya bersama Ara sebelum dirinya akan berpisah dengan Ara untuk waktu yang cukup lama. "Maafin aku kak," ujar Farel dalam hati.
"Bodoh kau bangsat! Ngapain lu mikirin orang yang baru aja lu kenal? Gak perlu. Lebih baik lu mikirin diri lu sendiri. Ingat, ambisi dalam diri lu udah bertambah lagi. Lebih baik, sekarang lu kejar kedua ambisi lu itu. Lu yang akan memetik hasilnya nanti. Jangan jadi bodoh cuma karena orang yang baru lu kenal. Pakai otak lu! Pakai logika yang selama ini selalu lu banggakan. Ini bukan diri lu, bukan. Diri lu gak seperti ini. Mana diri lu yang dulu? Yang benar-benar ambisius waktu SMA? Sampai-sampai lu berani bolos bimbel cuma karena mau ikut kejuaraan PBNC dulu?!?? MANA?!!??" ujar diri Farel secara tiba-tiba. Masih dengan air mata yang menetes, Farel tersenyum. Ada hal lebih penting yang harus ia kejar dalam hidupnya. Seketika, pikirannya tentang Ara lenyap begitu saja. Farel senang, logikanya telah menguasai dirinya kembali.
"Lu juga gak boleh nyalahin mantan dia. Emang lu tau apa? Tau apa lu tentang kehidupan dia? Orang baru gak usah sok tau! Bodoh! Lu gak bisa menilai cerita hanya dari satu sudut pandang. Itulah yang selama ini selalu lu tanamkan di pikiran lu. Kenapa pandangan lu tiba-tiba bisa dikaburkan oleh dia? Itu karena lu bodoh, bahkan sangat bodoh!" logika Farel kembali berkata.
"Bisa saja dia ngelakuin kesalahan tanpa ia sadari. Terus mantan dia gak mau ngasih tau kesalahan dia itu biar dia mikir sendiri, kira-kira suatu tindakan yang udah dia lakukan itu salah atau benar. Ingat itu bodoh! DASAR BODOH!!!" logika Farel mulai keluar terus-menerus.
"Suatu saat, lu akan kembali lagi ke Kota ini. Kota yang menurut lu punya 2 bagian, yaitu bagian yang benar, dan bagian yang salah. Jangan sesekali lu coba masuk ke bagian yang salah itu. Kalau menurut lu salah ya salah. Jangan lu benarkan cuma karena ada benturan di hati lu. Bodoh! Saat lu kembali, kejar tujuan lu. Itu yang harus lu pikirin. Sekarang, lakukan yang harus lu lakukan. Jangan bimbang. Jangan terlalu bodoh jadi orang," lanjut logika Farel. Ya, saat ini dirinya sudah sepenuhnya dikuasai oleh logikanya.
"Hahahaha," tiba-tiba Farel tertawa. Ia segera membuang puntung rokoknya yang telah selesai ia hisap. Dan kemudian ia segera masuk ke dalam rumah untuk beristirahat. Senyuman dari wajah Farel terpancar sesaat sebelum ia terlelap dalam tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Teen Fiction"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...