ch 48 : Para sampah

73 11 16
                                    

"jadi Selina menusuk pria itu?" Lelaki itu menatap pria yang memakai jas almamater kampus hernia.

"Bisakah kau baca saja dan jangan cerewet" sindir gadis dengan kartu nama bertuliskan giaryn Sebastian yang menggantung di lehernya. Gadis itu Baru saja sampai setelah melaksanakan ujian di kampus adiknya itu malah bertanya hal yang tidak dia tahu.

"Bu...gia mengoceh lagi. Aku kan hanya ingin memastikan Selina teman ibu bukan?. Dimana dia sekarang?" Gadis yang tengah mengandung itu mengelus dua anak kembarnya.

"Baca saja, jangan cerewet kau sudah besar bastian" lelaki itu berlari menuju ayahnya.

"Ayah...apakah paman Sam tampan?"

"Ganti bajumu" lelaki itu kembali berdecak dan kembali masuk untuk berganti baju. Namun langkahnya terhenti saat melihat seniornya.

"Ben!!!"

"Kau tahu cerita ini?"

Lelaki bernama Ben itu tersenyum lalu membuka halaman awal buku itu.

"Eh?, Kau yang menulisnya? Gila bisa detail sekali" Ben kembali tersenyum manis lalu menunduk dan menghampiri Ryn.

Lelaki itu membuka halaman kedua matanya membulat sempurna.

"KAU ANAK MEREKA?!!, BISAKAH KAU CERITAKAN KELANJUTANNYA?!. Yang tidak tertulis di buku" sepertinya gadis bernama giaryn itu sedikit tertarik karena kini dia menatap Ben.

Ben menatap ke arah gio dan Ryn yang ada disana. Mereka berdua mengangguk lalu ikut mendengarkan ucapan Ben. Sekaligus mengenang masa lalu mereka.

----

Selina mengikuti Miller menuju mobilnya. Miller menatap Selina masih menatap kosong ke arah tangannya yang penuh darah.

"Menyesal?" Selina tersenyum tipis lalu menggeleng. Dia hanya melakukan apa yang dia inginkan.

"Ini lap lah"

"Aku takut Sam kecewa" Miller menahan tawanya karena Selian terdengar serius.

"Tolong rahasiakan ini" Miller bisa merahasiakannya tapi alat perekam itu masih merekam.

"Selina...maaf, ada alat perekam disini" Miller memberikan ponsel yang merekam ucapan mereka. Mata Selina membulat.

"Yang mana?" Tanya Selina, Miller memilih tidak menjawab. Biar Sam saja yang menjelaskan hal itu padanya nanti.

"Ayo pulang ke rumah"

"Bagaimana dengan Charlie?" Miller menatap lelaki yang pingsan karena obat yang dia tusukkan sebelumnya. Dia menarik satu sudut bibirnya.

"Entahlah...kuserahkan pada Sam" Selina menelan ludahnya saat mendengar ucapan Miller.

"Tapi ini bukan arah ke rumah"

Miller tersenyum lalu menyalakan musik favoritnya bad guy dari Billie Elish.

"Kita akan pergi ke aciel" Selina merasa aneh, bagaimana mungkin mereka pergi ke tempat itu lagi.

"Kenapa aciel?"

"Kita harus membereskan para bajingan yang masih hidup"

----

Sam menatap tempat kedua yang berhasil dia robohkan. Dia mengambil sebatang rokok dan menyalakannya lalu duduk di kursi dan menginjak mayat seorang pria yang terbaring di lantai.

The Joker & The Queen [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang