ch 27 : ignorován

91 18 20
                                    

Jika ada orang yang bertanya apa penyesalan terbesar seorang Selina, Selina akan menjawab penyesalannya adalah membiarkan Sam pergi begitu saja saat dia pamit dan memilih menemui orang tuanya.

"ANAK BAJINGAN!!!. KAU YANG MENGIRIM PEMBUNUH BAYARAN BUKAN?!" Selina menutup matanya saat ayahnya melempar vas ke arahnya. Vas itu tidak mengenainya secara langsung tapi pecahannya mengenai kaki Selina.

"AKU MEMBESARKANMU, MEMBERIMU UANG DAN KAU MALAH MAU MEMBUNUH KAMI?!" Selina menatap Hugo yang berada di luar kamar ayahnya. Hugo berontak karena tidak bisa masuk akibat ditahan oleh pengawal ayahnya.

"IBUMU BENAR, SEHARUSNYA KAU MATI SAJA SELINA!!" Lanjut ayahnya, dia kini melempar sendok makannya dan sukses mengenai kepala Selina.

"BERUNTUNG KARENA KAU PINTAR!. JIKA TIDAK AKU SUDAH MEMBUANGMU" Selina diam..dadanya sesak tapi entah kenapa air matanya kini tidak mengalir.

"AYAH!!, KENAPA KAU MENUDUH SELINA?!" Ayahnya menoleh ke arah Hugo yang berhasil masuk lalu menarik Selina ke pelukannya. Ini pertama kalinya dia melihat adiknya dimarahi sebesar ini.

"HUGO!, ANAK INI SATU SATUNYA YANG TIDAK IKUT DENGAN KITA!. DIA PASTI MENGHUBUNGI PEMBUNUH BAYARAN"

"AYAH!, JIKA BENAR SELIN MENYEWA PEMBUNUH BAYARAN. MAKA AYAH HARUSNYA MATI!"  Ucapan Hugo sukses membuat ayahnya terdiam.

"BAWA ANAK SIALAN ITU KELUAR!!. MUAL AKU MELIHATNYA!"

Hugo tertawa kecil lalu menatap ayahnya.

"Sekarang aku paham kenapa ayah dan ibu masuk rumah sakit bersamaan" lirih Hugo, Selina menatap ke arah Hugo dia melihat rahang kakaknya itu mengeras.

"HUGO!!, KUBILANG BAWA ANAK SIAL ITU KELUAR!!" Hugo mendekap tubuh Selina lalu perlahan membawanya keluar.

Selina diam, dia sudah tidak peduli Hugo akan membawanya kemana.

"Duduk, kakak beli minum dulu" Selina menuruti ucapan Hugo dan duduk dengan tenang sementara kakaknya membeli minum di mesin minuman.

"Ini...maaf, kakak ternyata tidak sepeka itu" Selina menerima botol minum dari kakaknya.

"Aku..Selin astaga maaf ha..andai saja aku..oh tuhan...kenapa, kau pasti merasa kesulitan menghadapi mereka sendirian" Selina merasakan air mata Hugo di lengannya.

"Maaf...kakakmu ini memang tidak berguna" Selin tersenyum, dia menggengam tangan kakaknya.

"Tak apa..aku sudah terbiasa yah..akhir akhir ini agak berbeda tapi aku harus kembali seperti dulu..sendirian" lirih Selina, dia kembali teringat Sam. Andai saja dia menahannya mungkin Sam akan melakukan hal yang membuat dia lupa kejadian hari ini.

"Tidak...ada aku disini sekarang"

"Haha, maaf kau juga berkata seperti itu saat aku dihukum mama karena memakan makananmu tapi kau malah menghilang saat aku dipukul olehnya" Hugo meletakkan kepalanya di tangan Selina yang memegang botol.

"Maaf..Selina..maafkan aku sungguh, aku tidak bisa melawan ibu selina"

"Ya memang, karena itu..tolong jangan ucapkan kata kata yang membuatku berharap kau akan membelaku Hugo.." ucap Selina, dia mengangkat wajah Hugo dan membuat kakaknya melihatnya.

"Kesendirian..bukan hal yang baru bagiku" ucap Selina sambil tersenyum. Dia bangkit dan pergi dari sana menuju rumahnya. Rumah yang bahkan tidak bisa dia sebut rumah.

----

"Sam, kau akan pergi?" Tanya gio, yang baru saja pulang setelah lari pagi.

"Ah..ya" gio mendekat ke arahnya dan melihat barang-barang Sam.

"Gio..., Ada yang harus kubicarakan denganmu" gio mengangguk lalu duduk di ranjang.

The Joker & The Queen [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang