"Jake..kau baik baik saja?" Tanya Ben saat lelaki dengan kacamata itu nampak lemas.
"Aku kelaparan.." Ben memukul pundak Jake saat mendengar ucapan lelaki itu.
"Kenapa tidak makan dasar bodoh. Dimana yang lain?" Tanya Ben lagi. Jake menghela napasnya.
"Aaron sedang berada di hernia dia yang mengurus persiapannya"
"Oke..Dimana Ashley?" Tanya Ben lagi saudara kembarnya itu hobi sekali menghilang.
"Ada pemotretan, tidak terasa sudah hampir 5 tahun" Ben tersenyum saat mendengar ucapan jake.
"Yah...kau benar"
"Kau yakin akan menyampaikannya?"
Ben menatap Jake dengan senyumnya. Dia mencubit pipi kakaknya itu.
" Sudah saatnya membersihkan marga ayah bukan?" Jake rasanya ingin menangis, dia kembali teringat saat Sam dan Selina memintanya untuk hidup bersama mereka.
"Jika bukan karena kalung ini, aku mungkin sudah menjadi budak di negeri orang" ucap Jake, dia memegang kalung milik Sam itu lalu meremasnya.
"Sudahlah Jake..semuanya sudah berlalu. Ayo kembali mempersiapkan acara besar kita" Jake mengangguk lalu bangkit dari kursinya dan mengajak Ben pergi ke suatu ruangan.
"Wah..Jake, ini..dari darah ayah kan?"
Jake hanya berdeham sebagai jawaban. Ben meraba garis yang menghubungkan lukisan pasangan itu.
"Ben..dari sini menuju tengah. ini darah milik ibu" ucap Jake seraya menjalankan jarinya di garis yang melingkari jari kelingking si gadis dan berakhir di lukisan hati yang ada di tengah.
"Semuanya?, Hati ini?" Tanya Ben sambil menunjuk ke arah lukisan hati.
"Tidak setengahnya saja. Setengahnya lagi darah ayah, itu yang mereka katakan" Ben mengangguk, dia meraba lukisan itu lagi lalu tanpa sadar air matanya mengalir.
"Tidakkah menurutmu lukisan ini sangat berarti?" Jake tersenyum lalu memeluk adiknya yang nampak emosional.
"Ya, ini menunjukkan cinta ayah pada ibu. Begitupula sebaliknya..hei ayolah jangan menangis. lukisan yang terakhir ada disana. Ayo kita mulai pindahkan semuanya" Ben menghapus air matanya. Dia merasa bangga pada ayah ibunya karena mempertahankan cinta mereka.
"Ayo, waktu kita tinggal sebentar lagi hingga hari yang kita tunggu-tunggu tiba" ucap Ben, dia kembali bersemangat dan itu membuat Jake tersenyum senang.
----
"Hai, minju?" Giaryn menatap adiknya sinis saat lelaki itu bersikap manis kepada anak dari shinzu dan minjae.
"Halo juga Gerald, lama tidak ketemu oh ya kau tahu film kemarin bagus sekali loh tapi sayang sekali hanya tayang di Korea" giaryn rasanya ingin tertawa saat melihat muka adiknya yang cengo karena minju tiba tiba cerewet
"Mirip sekali dengan ibunya" shinzu menyikut perut minjae yang seenaknya berbicara.
"Kenapa?, Benar kan?"
"Aku sudah menjaga imej ku saat ini tolong hargai itu sayang" minjae mengecup kening istrinya itu.
"Paman!, Ceritakan tentang paman Sam!" Pinta giaryn, kenapa harus menunggu Ben saat ada saksi hidup yang lain.
"Bukankah di buku ada?"
"Tidak, mereka melakukan time skip" shinzu menggeleng saat minjae menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joker & The Queen [ End ]
FanficThe road that was broken Brought us together A.N inspired by : the Joker and the Queen- Ed Sheeran Cover: dibuat di PicsArt+ibis