Anneth bngkit dari duduknya, dia membuka tirai yang menutup jendela, sambil mengangkat telpon dari sahabatnya Nayla.
"Halo nay."
"Lo berapa lama di Bali neth?"
"Gak tahu nay, kerjaan gue masih banyak disini."
"Boring banget gue, Lo gak ada."
"Yaudah main aja sini, sekalian liburan."
"Entar gue nunggu laki pulang."
"Emang kapan pulangnya?"
"Gak tahu gue."
"Lo gak marah lagi sama gue nay?"
"Marah? Gue gak marah Ama Lo neth, gue cuman kecewa Ama betrand." Anneth menatap keluar.
"Jangan bertengkar lagi ya kalian." Ucap Anneth pada Nayla.
"Tergantung, kalau misalkan dia bikin sahabat gue nangis, gue pastiin tuh muka temboknya rata." Anneth tertawa kecil mendengar ucapan Nayla.
"Nay."
"Pokoknya gue-"
"Gue sama Alf udahan." Nayla langsung diam beberapa detik di seberang sana.
"Lo... Lagi becanda kan?"
"Jangan benci atau marah sama dia ya nay, kita udah pilih jalan masing-masing."
"Neth! Lo di marahin atau gimana? Kenapa bisa gini?"
"Kita berakhir secara baik-baik, kita juga mau orang-orang di sedikitar kita baik-baik." Ucap Anneth sambil mengusap air matanya.
"Neth!"
"Apa yang buat kalian kaya gini? Betrand gak buat keputusan sepihak kan?"
Anneth diam mengigit bibirnya berusaha menahan isakannya, dia tidak mau Nayla mendengar suara tangisnya.
"Biar gue yang ngomong sama dia."
"Gak usah nay, gue sama dia udah Sepakat, kita pisah baik-baik Lo jangan khawatir."
"Gak ada perpisahan dalam hubungan yang masih permulaan secara baik-baik neth." Kata Nayla di sebrang sana.
Anneth menarik nafas menejambakan matanya untuk mengatur perasannya, dia usap air matanya sambil membuka mata.
"Tetep jadi sahabat gue ya nay."
"Itu pasti neth, tanpa Lo minta gue akan tetep jadi sahabat Lo."
"Makasih."
"Sangat di sayangkan hubungan kalian harus berakhir, banyak banget yang sayang sama kalian, lihat perjuangan kalian membuat gue ikut merasakan sakitnya neth." Anneth mengatur dirinya agar tidak menangis kembali.
"Kita masih tetap berhubungan baik nay, hanya status yang membedakan."
"Apapun nanti kedepannya, gue harap Lo bisa nemuin laki-laki yang bisa pertahankan Lo, yang bisa buat Lo bahagia."
"Makasih nay."
"Lo baik-baik ya."
"Iya nay."
**
Betrand berjalan di Padang rumput, dapat dia rasakan angin sejuk menerpanya, terasa sejuk tapi terasa sunyi, rasanya sepi dan kurang.
"Kenangan singkat tapi cukup membuatku terpaku." Gumam betrand melangkahkan kakinya.
Betrand menyugar rambutnya yang sudah gondrong hampir sebahu, dia berjalan menghampiri sungai dan menghadap kincir angin.
Betrand menghirup udara, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana, dan matanya terpejam.
Matanya kembali terbuka, dia menyesali pejaman matanya, bukan ketenangan yang dia dapatkan, tetapi hanya kesakitan melihat dirinya menangis, kenangan dengannya semakin kuat dalam ingatannya.
"Kamu Tetap disini Alf."
Deg
Betrand berbalik, suara itu membuatnya membalikkan badan, apa mungkin dia datang menyusuinya.
"Aku disana masih menantimu."
"Anneth." Mungkin ini pertama kinya betrand menyebut namanya.
Belum pernah bahkan mungkin ini ucapan memanggil namanya dengan lengkap, karena selama ini dia tidak pernah memanggil namanya.
"Anneth? Aku Shannon Alf." Betrand mengerjap ternyata bukan Anneth yang menghampirinya.
"Tadi Jo bilang, katanya kamu kesini buat nemuin aku." Betrand berjalan.
Shannon mengikuti langkah betrand, dia berjalan di sampingnya sambil melihat kearah betrand.
"Kenapa kamu mau membantu ku?" Tanya betrand melihat kearah Shannon.
"Karena aku mau."
"Jangan harapkan apapun dariku." Ucap betrand dingin.
Shannon melangkah dia berdiri di hadapan betrand, menatap betrand yang juga menatap kearahnya.
"Hubunganmu dengan Anneth sudah berakhir bukan?"
"Dari mana kamu tahu?" Tanya betrand memalingkan wajahnya.
"Tidak penting, tapi aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Betrand menghela nafas dia menatap kearah Shannon.
"Banyak hal yang kamu lakukan untuk dia, tapi-"
"Tidak perlu bahas apapun, katakan apa saja yang kamu lakukan untuk membantuku." Ucap betrand memotong pembicaraan Shannon.
"Tidak banyak, hanya membasmi keluarga mereka saja."
"Apa yang kau lakukan?" Tanya betrand menatap tajam Shannon.
Kenapa gadis ini senekat itu? Bagaimana jika mereka balik balas dendam dan semuanya kena imbasnya.
"Melakukan hal yang sama sepertimu saat membasmi musuh mantanmu." Jawab Shannon enteng.
"Dia bukan dendam padaku, kau tidak perlu melakukan hal sebodoh itu." Shannon melipat kedua tangannya di dada.
"Sama bodohnya seperti dirimu bukan? Mempertaruhkan nyawa demi orang yang dia cinta." Betrand berdesis pelan mengerutuki kebodohan Shannon.
"Kau...." Geram betrand tertahan.
Shannon hanya tersenyum dan berlalu pergi dari hadapan betrand, setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Maaf ya buat part ini sedikit🙏🤗✨🌘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Only You
FanfictionKelanjutan dari My Love Nona An Jika dulu kamu yang memperjuangkan aku, maka izinkan aku untuk memperjuangkan mu juga. Tolong! Jangan berubah disaat hati ini sudah menetapkan namamu, aku tidak mau ana nama yang lain lagi